*Sebelum
memulai, sebaiknya baca dulu 2 postingan saya ‘What a Wonderful
World’ dan ‘If You Want To Know..’ karena tulisan ini adalah lanjutan dari
tulisan-tulisan saya dalam 2 postingan itu. Postingan ini berlanjut ke 'Double Agent'.
*Before
you read this post, read my previous two posts ‘What a Wonderful World’ and ‘If You Want To Know..’ because this one is the continuation of the story. This post continues to 'Double Agent'
* * * * *
Setiap kali saya merasa orang-orang di kantor pusat terlalu
bergaya birokrasi, saya akan minta tolong pada senior saya supaya beliau menghubungi orang-orang itu.
Everytime
I felt the people in the head office have acted like a bunch of bureaucrats, I
would ask my senior to call those people.
Karena kalau yang bicara atau yang meminta adalah senior
saya maka yang tadinya banyak mulut, jadi diam; yang awalnya rumet, jadi
sederhana; yang mentok, jadi terbuka.. sehingga segala urusan pun jadi bisa
selesai.
Because
when my senior speaks or gives request, those who talk a lot, went silent;
complicated matter, simplified; dead-end became smooth path.. so the whole
business can be done.
Itu adalah bukti dari apa yang dapat dilakukan oleh kuasa yang dimiliki seseorang karena jabatannya.
That is a
proof of what a can do power from an authoritative person.
Kuasa bisa mengerjakan banyak hal. Satu diantaranya adalah
membawa perubahan.
Power can
do many things. One of them is to make change.
Selama 8 tahun terakhir ini saya lebih banyak berada di
antara orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama.
In the
past 8 years I spent more time being around the people who have same belief
with me.
Saya telah mengamati mereka. Mempelajari mereka dengan
seksama.
I have
observed them. Studied them carefully.
Dan satu fakta unik yang saya temui adalah; 'kuasa' yang dalam keyakinan kami dikatakan sangat luar biasa itu ternyata tidak bisa merubah prilaku, sifat atau kebiasaan buruk dalam diri manusia. Lha, jangankan untuk merubah, 'kuasa' itu bahkan juga tidak cukup kuat untuk
membuat seorang manusia dapat melihat kejelekan dalam prilaku, sifat atau kebiasaannya.
One unique fact I discovered is; the 'power' that in our faith is said to be so mighty is infact powerless when it comes to change the bad sides in people's attitude, characters or habits. Let alone to make change, the 'power' is also powerless, it can not make people see the ugly sides in their attitude, characters or habits.
Tidak semua manusia memiliki kepekaan untuk bisa melihat dan
menyadari bahwa dalam dirinya terdapat sifat atau kebiasaan yang tidak baik,
yang merugikan diri sendiri.
Not
everyone has the sensitivity to see and realize the bad side in his / her
character or habit, sides that don’t do good for him/herself.
Tidak semua manusia punya kepekaan untuk bisa mengerti bahwa
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya menjadi penunjuk apakah dalam
dirinya ada sisi-sisi yang perlu diperbaiki.
Not
everyone has the sensitivity to understand that the things happen in his/her life is actually
giving clue to show him/her that something has to be corrected, whether it is in his/her character, personality or habit.
Ketidakpekaan itu digambarkan seperti selubung yang menutupi
muka.
That
insensitivity is pictured as veil that covers the face.
Ketika manusia gagal menyadari keberadaan selubung itu oleh
karena berbagai alasan maka harus ada sesuatu yang jauh lebih kuat dari kebebalan atau ketidakmengertiannya yang datang menolongnya supaya dia dapat menyadari dan merubah yang tidak baik dalam dirinya itu.
When
someone fails to see this veil because of many reason then something more
powerful than his/her foolishness or lack of understanding, should come to help him/her to see and change the bad sides in his/her character, personality or habit.
Lalu ketika manusia itu tetap saja tidak bisa melihat
selubung itu dan melewatkan hari demi hari, bulan demi bulan bahkan tahun demi
tahun dengan sifat, pribadi serta kebiasaan yang sama sementara dia rajin
beribadah, maka apa gunanya semua ibadah itu bagi dirinya? Karena bukankah melalui ibadah itu dia mengetahui tentang 'kuasa' itu? Dan ibadah yang dilakukannya adalah ibadah kepada 'kuasa' yang luar biasa itu, bukan kepada batu, makam atau matahari.
When
someone still fails to see the veil and spends days, months and even years
having the same characters, personality or habits while he/she keeps attending
the religion’s services, then what is the point of all that?. Isn't it through those services he/she knows about the 'power'? And the service he/she attends is the ones made for that 'power' not to stone, tomb or sun.
Saya berikan satu contoh.
I give
you one example.
Ada seorang lelaki yang setia menghadiri ibadah di hari
Minggu atau di hari-hari lain ketika diadakan ibadah di rumah jemaat.
There is
a man who regularly attends Sunday service or other service held in the
congregation’s house.
Tapi orang yang sama itu juga yang kelakuannya membuat saya
kesal, takut dan jijik.
But he is the same person whose attitude has upset, scared and disgusted me.
2 tahun lalu ketika saya baru bekerja di tempat ini, saya
belum mengenali manusia-manusia yang berada disini.
I didn’t know the people well when I
was newly employed in this place about 2 years ago.
Jadi saya tidak tahu orang ini punya kelakuan yang kurang
baik terhadap perempuan.
So I
didn’t know he has annoying attitude toward women.
Yang saya tahu adalah tidak lama setelah saya bekerja
disini, dia beberapa kali mendatangi kantor pada hari-hari kerja. Menanya-nanyai
dimana rumah saya, status saya apa dan mengatakan dia seorang duda.
What I
know is, not long after I worked here, he came to the office in weekdays. Asking
where I live, if I am single and told me he is a widower.
Keramahan saya sesuai standar kesopansantunan.
I am nice to people. It is in accordance to the standard of politeness.
Sikap saya jauh dari genit. Kalian yang mengenal saya
tentulah bisa melihat sendiri saya ini seperti apa. Saya tomboy. Kalau saya
lagi ingin rapi, barulah saya rapi. Tapi umumnya sih penampilan saya seadanya
saja. Jadi saya bingung melihat orang ini demikian bernafsunya pada saya.
I am not
flirty. Those who know me surely can see what kind of person I am. A tomboy.
I only dressed-up when I feel like to. Most of the time I dressed casually. So it puzzled me to see this guy showed indecent eagerness on me.
Saya mengira selama saya tidak menanggapi orang itu, dia
bisa sadar sendiri bahwa bagi saya, dia hanyalah satu dari sekian banyak orang yang ada di
tempat ini, tidak ada sesuatu yang membuat dia lebih istimewa.
I thought
as long as I ignored him, it would make him see that for me, he is just one among so
many people in this place, not an outstanding one.
Tapi bukannya sadar, semakin lama sikapnya malah semakin berani kepada saya. Padahal akhirnya saya sudah memasang muka jutek, bersikap dingin dan terang-terangan
menghindarinya.
But it didn't open his eyes, his
attitude had even become more annoying. At the end I put on sour face, acted coldly and
clearly avoided him.
Yang paling final adalah ketika beberapa bulan lalu saya
menolak untuk bersalaman dengannya. Ini karena sudah dua kali sebelumnya dia
melakukan gerakan tertentu saat sedang bersalaman yang membuat saya demikian
jijiknya sampai saya bersumpah saya tidak akan mau lagi bersalaman dengan orang
itu.
The top
of all happened few months ago when I refused to shake hands with him. This
because it happened twice that he made a gesture while shaking hands with me
that disgusted me so much, I swore never again would I shake hands
with him.
Teman laki-laki saya banyak. Karena saya seorang yang tomboy
maka saya bisa bergaul akrab dengan laki-laki mana pun.
I have
many male friends. I am a tomboy and I get along well with any male.
Dalam kekawanan itu, kami bisa mengobrol, bercanda sampai
makan serta minum dari tempat yang sama, tanpa sungkan atau ragu.
In that
friendship, we can talk, joke and even eating or drinking from the same place
without any hesitation.
Saya bahkan pernah menginap di satu rumah bergaya studio
bersama dengan beberapa teman. Berhubung tidak ada kamar tidur maka kami semua
tidur di satu ruang yang sama. Ya apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain. Kami sedang traveling gaya
backpacker gembel jadi rumah yang disewa pun sesuai dengan kemampuan budget
kami.
I have
even once stayed in a studio house with some friends. Since it had no bedroom,
we all slept in the same room. Well, no choice. We were travelling as tight
budget backpackers. The house was all we could afford to rent.
Jadilah kami, laki-laki dan perempuan, tidur beralas
sleeping bag di lantai, dalam satu ruangan. Dan tidak seorang pun yang
berkelakuan atau bicara tentang hal-hal 'miring'.
So there
it was, we were men and women slept on sleeping bags on the floor, in the same
room and nobody did or spoke about indecent stuff.
Selama kami traveling itu pun pakaian kami sehari-hari adalah celana pendek,
tank top atau singlet. Bahkan yang cowok-cowok santai saja berseliweran dengan hanya bercelana kolor, bersinglet atau malah
tanpa atasan. Tapi semua biasa-biasa saja baik yang berpakaian demikian atau yang melihat.
During our
traveling time, we dressed in shorts, tank-tops or sleeveless underwear. The guys even were in their boxer shorts, sleeveless
underwear or topless. None of these gave a blink of an eye.
Dalam pengalaman saya kerja lembur di
tempat ini atau dimana pun saya pernah bekerja, rekan-rekan kerja berjenis
kelamin laki-laki yang ikut kerja lembur tidak ada yang bersikap tidak senonoh
pada saya.
In my working overtime experience in this place or in the former companies, none the men who also worked overtime with me, have ever treated me indecently.
Kalau soal sentuhan… yahhh… itu sih entah sudah berapa kali saya
bersentuhan tangan atau badan dengan teman atau rekan kerja ketika
kami bekerja, mengobrol atau bercanda.
About
touching… hell.. I don’t know how many times my hands or body touches with those of my friend's or people at work when we were working, talking or joking.
Seorang senior saya di tempat ini bahkan pernah mengelus
kepala saya. Hehe. Nah, ceritanya begini, suatu hari saya meninggalkan ruangan saya
tidak terkunci ketika saya berangkat bersama yang lain karena saya
mengira senior saya itu membawa kunci dan masih ada kepentingan diruangan saya
sehingga dengan tenangnya saya langsung pergi. Beberapa hari kemudian
ketika kami bertemu, kami berdua sama-sama tertawa terpingkal-pingkal mengingat
kepanikannya karena peristiwa itu. Entah karena gemas atau lucu melihat saya,
senior saya mendorong bahu saya dan juga mengelus kepala saya.
One of my
senior at work has once caressed my head. So one day I left my room unlocked
when I left with the others. I thought he brought his keys and he had some work
to do in the room so I just left. We met few days later and we had a big laugh
when we talked about how panic he was when realized I left, the room was
unlocked and he didn’t bring his keys. It was when he pushed my shoulder and
caressed my head, either because he felt funny seeing me laughing or out of reminded to that incident.
Belum lama ini seorang teman cowok bahkan mencubit pipi saya
ketika kami sedang saling meledek.
Not so
long a go a male friend pinched my cheek when we were teasing each other.
Saya bisa merasakan mana sentuhan atas dasar murni
kekawanan, persahabatan atau persaudaraan dengan yang disertai oleh hasrat atau
gairah seorang laki-laki.
I can
tell the difference between friendly or brotherhood touching with the ones that
have lust and passion from the male.
Jadi kalau saya masih bisa bergaul dengan bebas dan santai
dengan seorang laki-laki maka itu artinya saya merasa aman dengan orang itu.
So if I
can still feel at ease in my relationship with a man, it means I feel safe with him.
Ya, orang jahat dan orang baik ada dimana saja.
Yes, good
people and bad people are everywhere.
Mengenai laki-laki yang saya jadikan contoh di atas, beberapa waktu kemudian saya mendengar dari orang-orang
yang sudah lama berada di tempat ini dan dengan demikian sudah lebih mengenal
satu dengan lainnya lebih baik dari pada saya, bahwa laki-laki yang membuat
saya jijik itu kelakuannya memang genit dari dulu, bahkan dari ketika istrinya masih
hidup. Jadi saya bukan perempuan pertama dan satu-satunya yang mendapat
perlakuan seperti itu.
Regarding the guy I put as an example, sometime later I
heard from people who have been in this place longer than me and so have
known each other well, that that guy whom disgusted me has been flirty even
when his wife was alive. So I wasn’t the first and the only woman who was
treated like that.
Saya bertanya-tanya dalam hati, jadi selama bertahun-tahun, ibadah yang dengan setia dilakukannya itu tidak menghasilkan perubahan baik untuk dirinya dong?
I wondered, so all the years spent to attend the service didn't change him to the better?
Dan kuasa yang dikatakan sangat luar biasa itu ternyata
tidak berbuat apa pun ketika orang itu gagal untuk melihat serta menyadari
dalam dirinya terdapat hal-hal buruk.
And that
power, claimed to be so powerful, did and does nothing when that guy failed to
see or realized there are bad things in him.
Laki-laki itu memang akhirnya tidak lagi bersikap genit atau
kurang ajar kepada saya. Tapi itu terjadi setelah saya menolak untuk bersalaman
dengannya. Bukan karena sesuatu yang didengarnya dalam ibadah yang dihadirinya yang kemudian bikin dia melihat ada hal yang tidak benar dalam pikiran dan sikapnya, lalu dia sadar bahwa dia harus merubah semua itu.
That guy
finally stopped being flirty to me, he is no longer treat me indecently. But it
happens only after I refused to shake hands with him. So it wasn’t because of
something he heard while attending the service that made him saw he has bad stuff in his mind, thoughts and attitude and he realized he had to change them.
6 bulan yang lalu saya memutuskan melepaskan apa yang pernah saya yakini oleh
karena banyak alasan. Satu dari alasan itu adalah saya melihat kuasa itu
ternyata tidak berkuasa. Tidak merubahkan manusia. Tidak merubahkan keadaan.
6 months ago I decided to let go everything I once believed because of many reason. One of them is after I saw the power is powerless to change people nor situation.
Begini, ada banyak orang menyembah pohon, batu, gunung, makam atau
matahari. Di antara mereka ada yang baik dan ada yang jahat. Nah, mereka yang baik tetaplah menjadi orang baik. Dan yang jahat tetaplah
jahat.
You see, there are tree, stone, mountain, tomb or sun worshiper. These worshipers are good and bad people. So, those who basically are good people, remain
good. While the bad ones remain in their evilness.
Saya tidak akan menjadi heran melihat hal ini karena yang
mereka sembah adalah benda-benda mati yang tidak punya kuasa untuk mengubahkan apa pun atau siapa pun.
I am not
surprised to see this because they worship things that have no power to change anything or anyone.
Tapi ketika orang-orang, yang menyembah atau beribadah pada
sesuatu yang dikatakan sebagai berkuasa menciptakan langit dan bumi, tetap
menjadi orang baik karena pada dasarnya mereka memang orang baik dan yang jahat
tetap dalam segala kejahatannya maka dimanakah kuasa itu?.
But when
the people, who worship or attending the service for something that claimed to
be so powerful that it created this entire universe, remain as good people
because they are basically good people while the bad ones stay in their
evilness, then where the heck is that power?
Jadi saya tidak mau lagi mempercayai kuasa itu.
So I no
longer have faith in that power.
Saya juga tidak mau menghadiri ibadah karena kalau itu tidak
mampu merubah hal yang jahat dalam diri saya menjadi baik maka apa gunanya bagi
saya melakukan ibadah?
I don’t
want to attend the service because if it can’t turn the evil in me into a good
thing then what is the point of attending it?
Lebih baik saya mengasah kepekaan saya sehingga reaksi orang
dan peristiwa yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat saya
mengoreksi diri, saya menemukan kebijaksanaan, saya dapat menemukan kebahagiaan
serta kedamaian.
No comments:
Post a Comment