“Gimana hari Rabu kemarin?” tanya Andre ketika dia menelpon
saya Kamis malam (3/10).
“How was Wednesday?”
asked Andre when he called me on Thursday night (Oct 3rd).
Saya belum bisa tidur malam itu.
I couldn’t sleep that
night.
“Apanya yang gimana?” saya malah balik bertanya.
“What about it?” I asked
him back.
“Kamu ikut lagi acara di kantor hari Rabu sore itu?”
“Did you attend that
gathering in the office on Wednesday afternoon?”
“Wah, tidaklah yaww” saya tertawa.
“Noooo” I laughed.
Dia ikut tertawa “Kalau mau ikut, mending kamu kasih tahu
saya. Jadi saya bisa jemput kamu”
He laughed “If you
want to attend it, let me know so I can come and pick you up”
“Itu hari Rabu, say. Kamu kan kerja. Kamu ga di Bogor”
“That’s Wednesday, hun.
You work. You are not in Bogor”
“Bisa aja. Jam berapa sih kelarnya? Jam 6 kan?”
“I can make it. What
time does it done? 6 pm, right?”
“Ga usah. Kasihan kamu. Dari sana sudah capek kerja, harus
buru-buru ke Bogor cuma buat jemput saya. Jangan deh”
“No, don’t. You are
tired and you have to go to Bogor just to pick me up. No, I don’t want you to
do that”
“Lagi juga saya capek” saya menghela napas panjang “Percuma
saja saya ikut. Saya tidak bisa fokus dari awal acara sampai akhir. Yang saya
pikirkan cuma 'kapan pulang, kapan pulang, kapan pulang'... acaranya tidak bisa
menggugah semangat saya”
“Beside, I was
exhausted” I took a deep breath “It wouldn’t do any good for me, anyway. I
couldn’t focus from the beginning to the end of it. All I could think of was 'I
want to go home, I want to go home, I want to go home'.. the fact that it wasn’t
interesting didn’t help to lift my spirit”
Ada hal lain yang tidak saya ceritakan kepada siapa pun.
Termasuk juga pada Andre.
There was other thing
that I told to no one. Not even to Andre.
Menstruasi saya berhenti dari tanggal 17 Juli. Kalau
mengikuti jadwal normal, harusnya dia keluar tanggal 15-17 Agustus. Tapi sampai
tanggal 20an September tidak ada yang keluar.
My menstruation stopped
on July 17th. So it should come on August 15th –August 17th.
But it stopped until it was around the 20th of September.
Kabar baik?
Is it good?
Sebelum-sebelumnya bisa berhenti 2 minggu saja rasanya
nyaris tidak mungkin. Lalu sekarang bisa berhenti lebih dari 2 bulan.
Before this it was
nearly impossible to have it stop for 2 weeks. Now it stopped for more than 2
months.
Buat saya, itu sudah amat sangat luar biasa.
For me it is something
unbelievably amazing.
Tanggal 21 September ada keluar sedikit. Saat itu saya senewen dan kemudian seperti melakukan tawar menawar; jangan keluar sekarang dong. Nanti saja deh, bulan Oktober.
A small spot of blood
came out on September 21st. I freaked out and then was like making a bargain at that
time; not now. Please come later, in October.
Eh, selama 9 hari berikutnya memang tertahan. Tapi badan saya
mulai terasa tidak enak. Rasanya cepat lemas. Tapi hari Jumat (27/9) saya
paksakan diri untuk pergi dengan Andre ke Hardrock Cafe di Jakarta karena saya
sudah berjanji akan pergi.
Well what do you know,
for the next 9 days it was as if something was holding it. But I felt my body
got exhausted easily. Still I went with Andre to Hardrock Cafe in Jakarta on
Friday (Sept 27th) because I have promised him I would go there.
Besok sorenya saya pergi ke suatu acara. Langsung dari
kantor.
The next day I went to a
gathering held in the afternoon. I left from the office.
Hari Minggu badan rasanya babak belur.
I felt my body wrecked
on Sunday.
Hari Senin (1/10) saya ke kantor imigrasi untuk urusan
perpanjangan paspor. Setelah mengambil nomor antrian, saya pergi ke toilet
untuk pipis dan… yah, itu darah segar ngucur ga pakai acara ditahan-tahan
lagi.. dia keluar persis seperti yang saya minta pada tanggal 21 September..
bulan Oktober saja deh.. nah, persis tanggal 1 Oktober dia keluar.. hehe… tapi
ya persis saat saya sedang mengurusi perpanjangan paspor.
I went to immigration
office on Monday (Oct 1st) to have my passport renewed. Once I have
got my queue ticket, I went to the toilet to pee and.. yep, the fresh blood
came out like a big flood.. right on time that I bargained on September 21st..
let it be in October.. there, it came on October 1st.. lol.. but
well it was at the time when I was taking care my passport renewal.
Anehnya pulang dari kantor imigrasi, saya masih kuat
nyetrika dan nyapu-ngepel lantai rumah.
Strange thing is I could
have the energy to do the ironing, sweeping and mopping the floor after I got
home from immigration office.
Lalu sorenya, jam 3 saya tidur siang. Jam 6 sore saya bangun
dengan badan yang rasanya sakit semua sampai rasanya tidak kuat bangun dari
tempat tidur.
I took a nap at 3 pm. I
got up at 6 pm and my entire body felt like so in pain that I felt I couldn’t
get off the bed.
Malamnya, biar pun baru jam 8 tapi karena rasanya saya capek
dan ngantuk banget maka saya memutuskan untuk pergi tidur.
In the evening, it was
just 8 pm but since I felt so tired and sleepy I decided go to bed.
Dan saya sudah tidur dari jam 8 malam dari hari Sabtu dan
Minggu. Jadi dengan Senin malam itu berarti sudah 3 hari berturut-turut saya
tidur dari jam 8 malam. Tapi paginya saya bangun dengan rasa yang sama, tidak
segar.
And I have been going to
bed at 8 pm on Saturday and Sunday. So that Monday night marked the third day
that I went to bed at 8 pm. Still I don't feel fresh when I got up in the morning.
Rabu pagi (3/10) yang paling parah dari hari-hari
sebelumnya.
The worst came on
Wednesday morning (Oct 3rd).
Saya belum lama sampai di kantor ketika saya mulai merasa
badan saya lemas, gemetar yang aneh datang, napas saya pendek seperti orang
sedang asma dan keringat dingin membanjir.
I haven’t been in the
office too long when I felt nausea, that strange chill came, I breathed laborly
as if I were having asthma and I had cold sweat.
“Aduh, kenapa ya gue?” saya bingung. Apa tekanan darah saya
mendadak turun? Tapi saya tidak pusing, tidak berkunang-kunang, pandangan mata
saya tidak jadi gelap, hidung saya tidak jadi dingin.
“Hell, what is wrong
with me?” I got confused. Did my blood pressure dropped? But I didn’t have
dizziness, I didn’t feel my nose cold.
Saya duduk diam-diam. Mengatur napas. Menenangkan diri.
Soalnya kalau saya senewen, bisa-bisa jadi tambah tidak karuan ini badan.
I sat quietly. Breathing
slowly. Calming myself down. It wouldn’t help me if I let myself got panic.
Seorang senior saya datang. Didepannya, saya menampilkan diri
seakan-akan tidak terjadi apa pun.
A senior came. And I
appeared myself as if nothing was wrong with me at that time.
Saya bukan orang heboh. Saya bukan orang yang senang mencari
perhatian.
I am not a drama queen.
I am not the kind person who seeks for attention.
Dalam diam, saya mengendalikan emosi.
In silence, I control my
emotion.
Dengan diam, saya menguasai hati dan pikiran.
By staying quiet, I
control my heart and mind.
Jadi jangan heran kalau melihat saya membisu ketika saya
sedang marah, sedih, kesal, takut, sakit atau panik.
So don’t be surprised
when you see me quiet when I am angry, sad, upset, scarred, unwell or panic.
Pada hari Rabu pagi itu saya tahu hormon-hormon yang
berkenaan dengan menstruasi yang sedang menggila. Satu-satunya cara untuk
mengendalikan mereka adalah dengan menguasai seluruh hati serta pikiran
saya.
On that Wednesday
morning I knew it was the menstruation hormones were raging wildly. And the
only way to control them is by controlling my mind and heart.
Setelah senior saya pulang, saya menarik napas lega karena
saya bisa berkonsentrasi untuk menenangkan diri.
I sighed my relief when
my senior left because then I could concentrate to calm myself down.
Saya selalu menyimpan se-mug kopi di kulkas dan hari itu
saya membawa bekal roti keju. Jadi saya makan roti dan minum kopi dengan
harapan badan saya mendapat tambahan kalori dan itu menaikkan tekanan darah, serta
mudah-mudahan dapat ikut menenangkan hormon-hormon itu.
I always keep a mug of
coffee in the fridge and that day I brought a cheese sandwich. I ate it and
drank the coffee, hoping my body would get the calories and it raised my blood
pressure, hopefully they could also calm the hormones.
Pengaruhnya tidak banyak.
It didn’t do much.
Aduh, rasanya saya sudah mau nangis. Sekuat tenaga saya
melawan rasa cengeng itu.
I felt like crying. I
struggled to overcome the self-pity feelings.
“Jangan nangis, jangan pernah nangis” kata saya dalam hati
“Jangan jadi cengeng. Air mata tidak akan merubah apa pun jadi percuma aja
nangis"
“Don’t cry, don’t ever
cry” I spoke to myself “Don’t be like a baby. Tears won’t change a thing so
save yourself from shedding a single tear”
Hampir 2 jam setelah makan siang, baru badan rasanya kembali
jadi normal.
It was nearly 2 hours
after I had lunch that I felt my body returned its composure.
Jadi manalah mungkin saya ikut acara pada hari Rabu sore
itu.
So how could I attend
that Wednesday’s evening gathering.
Ada banyak alasan selain kesehatan. Beberapa diantaranya
sudah saya tulis dalam postingan sebelumnya. Tapi saat ini saya menjaga supaya
badan saya tidak capek.
There are many other
excuses beside my health. I have written about it in the previous post. But for
time being I keep myself from not being too tired.
Saya tidak mau minum obat yang diberikan oleh dokter
kandungan itu. Obat yang sudah saya minum sejak bulan April. Obat untuk
mengendalikan hormon dan menghentikan menstruasi.
I don’t want to take the
meds given by my gynecologist. The meds that I have been taken since April. The
meds to control the hormones and to stop the menstruation.
Melihat perkembangan baik dari bulan Juli yaitu ketika
menstruasi ini bisa berhenti selama lebih dari 2 bulan, saya berharap hormon-hormon
saya sedang dalam proses untuk menormalkan dirinya sendiri secara alami.
Seeing its progress from
July when it stopped for more than 2 months, I have all the hopes that it is in
a process to get itself back to normal.
Jadi saya tidak mau minum obat itu.
So I don’t want to
consume those meds.
Saya sulit untuk menceritakan semua ini pada orang-orang
disekitar saya. Terutama kepada orang-orang terdekat.
It is hard for me to
tell about all this stuff to the people around me. Especially to the closest
ones.
Kadang saya memakai media blog ini untuk menyampaikan
hal-hal yang ingin saya katakan tapi sulit untuk mencari waktu atau kata yang
tepat untuk mengatakannya.
So sometimes I used this
blog to say the things that I couldn’t find the right time or the right words
to say them.
Yah, begitulah, saya memang mahluk yang lain dari yang
lain..
No comments:
Post a Comment