Read the
previous posts related to this one; ‘What
a Wonderful World’, ‘If You Want To
Know..’ and ‘The Power.. is it powerful?’
♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Dalam film-film semacam Mission Impossible atau James Bond
pasti ada cerita tentang seorang agen yang kemudian ketahuan bekerja untuk
kepentingan dua negara yang saling bermusuhan.
In movies
such as Mission Impossible or James Bond there is always story about an agent
who later known to work for two countries that is against with one another.
Agen ganda seperti ini sangat pintar memainkan peranannya
sampai dia bisa mengelabui banyak orang.
A double
agent cleverly puts on his camouflage, he can fool the people around him.
Dulu saya pernah bekerja di perusahaan yang sebagian besar
karyawannya berusia 25-35an. Dan kami semua adalah agen ganda.
In the past
I worked in a company which most of its employees were the people aged 25 to 35
years old. And we were all double agents.
Maksudnya adalah pada hari-hari tertentu masing-masing kami
pergi menunaikan kewajiban menurut keyakinannya dan di hari-hari yang lain kami
pergi keluyuran ke cafe atau bar, pulang tengah malam atau malah subuh.
I meant that
in certain days each of us served our duties according to our faith and in
other days we went partying in cafes or bar, leaving at midnight or even at
dawn.
Kami menganggap tidak ada yang salah dengan semua itu.
We didn’t
see anything wrong with that kind of life.
Sekian tahun kemudian mendaratlah saya disini dan.. jreng..
jreng.. jreng.. agen ganda ternyata ada dimana-mana. Haha.
Years later
I landed on this place and.. well.. well.. well.. double agents can be found
anywhere. Haha.
Dulu gaya agen ganda saya dan mantan teman-teman kerja; pada
hari-hari tertentu pergi ke tempat ibadah masing-masing dan menjalankan ibadah
tapi pada hari-hari lain pergi ke cafe, pulang larut malam dan tidak jarang
dalam keadaan mabok.
In the past
our double agent style is like this; we spent certain days fulfilling our
religion obligation and spent other days club hopping, went home late and
sometime were drunk.
Beda lagi dengan gaya agen ganda di tempat ini; mereka setia
hadir dalam ruang ibadah, hafal banyak lagu keagamaan dan fasih bicara tentang
hal-hal rohani tapi ketika datang masalah, ketika sesuatu tidak berjalan sesuai
dengan keinginan, tuntutan atau egonya maka semua hal keagamaan itu pun
terlupakan berganti dengan reaksi emosi.
The double
agent’s style in this place is; regularly attend the service, know many
religious songs and speak well about religious stuff but the moment trouble
comes, when things don’t go as they want, demand or it doesn’t fulfill their
ego, gone are those religious stuff, only to be replaced by emotional reaction.
Tidak semua seperti itu. Tapi tetap saja saya jadi
bertanya-tanya dari sekian banyak yang memenuhi ruangan ibadah, berapa banyak
sebenarnya yang merupakan agen ganda? Sejauh ini saya baru berhasil mengetahui
beberapa karena mereka sendiri yang membuka kedoknya di depan saya melalui
sikap dan perilakunya ketika masalah datang.
Not everyone
is like that. But still I wonder how many double agents are there among those
who attend the service, who are the real double agents? So far I found out just
few of them after they themselves uncovered their real identity before me
through their attitude and reaction when trouble came.
Saya bisa menggolongkan diri sendiri sebagai seseorang agen
ganda karena walaupun sehari-hari saya kelihatan seperti anak manis tapi di
luar pekerjaan, saya masih suka dugem, kadang-kadang sampai tipsy juga, cara
bergaul saya juga cenderung bebas, saya bisa memaki dengan segala kata yang di
jamin akan bikin telinga anda merah kalau mendengarnya dan bagi saya batasan
antara benar atau salah itu sangat abu-abu.
I myself is
a double agent because I like partying, I got drunk sometimes, I tend to choose
free lifestyle, I can curse with the words that can make your ears burnt and
for me the thing dividing right and wrong is so thin.
Untungnya saya memiliki penguasaan diri cukup baik sehingga
ego dan emosi dapat saya kendalikan, kalau pun saya memaki maka itu dalam hati
saja atau kalau saya sedang sendiri. Kendali diri yang sama itu juga membuat
saya tidak ngotot menginginkan atau mengejar sesuatu yang jelas-jelas salah.
Luckily I
have a quite good self control so I can tamed my ego and emotion. When I
cursed, I did that in my mind or when I was all alone. And that same self
control makes me not persistent to wish for or pursuing something that is clearly not a good thing.
Nah, sejak beberapa bulan lalu saya memperhatikan
teman-teman saya di luar lingkungan kerja. Saya melihat bahwa mereka adalah
orang-orang yang memilih untuk tidak menjadi agen ganda. Mereka memilih untuk
menampilkan diri seutuhnya. Tidak bersembunyi di balik segala dalil keagamaan.
So, for some
months I have been watching my friends, the ones whom are not friends at work.
I saw that they are the people who choose not to be double agents. They choose
to be their own person. They don’t hide behind all religious stuff.
Beberapa dari mereka adalah orang-orang yang pada dasarnya
mempunyai sifat, kepribadian dan hati yang baik. Tentu masing-masing memiliki
kadar yang berbeda dan tetap memiliki kelemahan.
Some of them
are people who basically have good characters, good personalities and good
heart. Of course each comes in different level and they still have weaknesses.
Intinya adalah mereka menampilkan diri murni sebagai dirinya
sendiri.
The point is
they are who they really are.
Dan saya ingin berhenti menjadi agen ganda.
And I want
to quit being a double agent.
Saya ingin tampil sebagai diri saya.
I want to
appear as myself.
Saya ingin dikenal sebagai diri saya sendiri.
I want to be
known as myself.
Saya jenuh dan muak diharuskan tampil sebagai pribadi yang
harus sesuai dengan dalil keyakinan yang saya anut.
I am sick
and tired of the obligation to appear myself as a person who has to live in
accordance to my religion.
Kalau saya merasa tidak ada keinginan atau selera untuk
beribadah, kenapa saya harus menampilkan diri sebagai seorang yang masih
mempercayai semua hal itu?
When I don’t
have the interest nor will to attend the service, why do I have to appear as
somebody who still have faith in all those things?
Ketika hati-pikiran-jiwa saya tidak lagi berada pada semua
itu, kenapa saya tidak bisa dibiarkan menjadi diri saya seutuhnya?
When my
heart-mind-soul are no longer in those things, why can’t I just be myself?
Apakah orang lebih suka menerima kepalsuan dari pada
menerima kejujuran?
Do people
prefer accepting fakes than honesty?
Saya sudah melepaskan apa yang dulu pernah saya yakini sejak
6 bulan lalu. Tapi bukankah saya tetap menjadi seorang Keke yang humoris,
tomboy, lincah, berkata dan bersikap apa adanya, kadang-kadang masih slebor,
bisa ngambek juga pada orang-orang terdekat, tetap seorang yang baik, manis,
penyayang dan pengalah.
I have let
go everything that I used to believe since 6 months ago. Am I not still the same
Keke who has good sense of humor, a tomboy, energetic, say and do things that she
meant, sometimes still careless, had emotion outburst toward closest people, kind,
sweet, loving and give in person.
Padahal sejak 6 bulan lalu saya sudah total tidak melakukan
hal rohani apa pun.
Infact it
has been since 6 months ago that I totally stopped doing anything religious.
Apakah itu merubah sifat, kepribadian dan kebiasaan saya
dari yang baik menjadi tidak baik?
Does it
change my character, personality and habit from good to evil?
Mereka yang mengenal saya bisa menjawabnya sendiri.
Those who
know me can answer that.
Sekarang saya akan bertanya; apakah diri saya (yang dulu dan
yang sekarang) lebih buruk dari mereka yang setia beribadah?
Now let me
ask you this, am I (in past and present time) worst than those who attend the
service regularly?
Saya menemukan satu fakta bahwa pada akhirnya setiap manusia
akan dikenal dari perbuatan, sifat dan kepribadiannya yang asli bukan dari
identitas yang ditunjukkannya.
The former Indonesian president, the late Mr. Gus Dur once said, "Your religion or ethnic is not mattered.. when you do kindness to people, they will not ask what is your religion" |
No comments:
Post a Comment