Minggu, 1 Desember : mengajukan cuti untuk hari Senin, 9
Desember.
Sunday,
December 1st: applied for a leave on Monday, December 9th.
Acc.
Approved.
“Mau kemana, Ke?” tanya beberapa orang.
“Where
will you go, Keke?” few people asked me.
SUKABUMI.
Sukabumi is a town about 2 hours by train or 3-4 hours by car from Bogor.
“Ngapain kesana?”
“Why do you wanna go there?”
JALAN-JALAN.
TRAVELING.
“Sama siapa?”
“Who
will go with you?”
SENDIRI.
ALL
BY MYSELF.
Dan reaksi mereka hampir sama; Menatap saya dengan keheranan
dan kaget.
And
their reaction was almost same; stared at me, looking surprise.
Ini membuat saya nyengir.
This
made me grinned.
Heran juga jaman sekarang masih ada orang heran, bingung dan
kaget ketika melihat atau mengetahui ada perempuan yang pergi traveling
sendiri.
In
this millennium time I think it is pretty funny to find people who get puzzled
and surprised when they see or know a girl goes on independent traveling.
Padahal ada begitu banyak perempuan yang melakukan traveling
sendirian. Contohnya penulis buku ‘Naked
Traveler’, yang dari umur 15 tahun sudah traveling sendirian, sudah
menjelajah sampai jauh ke luar negeri. Saya sih belum ada apa-apanya.
There
are so many women go on independent traveling. The writer ‘Naked Traveler’ for example, had gone on independent traveling
since she was 15 years old. I am nothing compare to her.
Tapi sih sebetulnya dari sekitar 10 tahun lalu keinginan bertualang
saya sudah ada karena ketika itu saya rajin job hunting ke
perusahaan-perusahaan di Batam, Kalimantan dan Papua.
However, my
adventurous desire has actually lurked out since 10 years ago as at that time I
eagerly did job hunting to companies in Batam, Kalimantan and Papua.
Tapi yang berhasil saya dapatkan adalah perusahaan dekat
kota Indramayu. Selama 6 bulan bekerja disana, saya sempat beberapa kali
menjelajahi kota Indramayu dan Cirebon. Sendirian. Dengan kendaraan umum. Gaya
backpacker.
What
I got was a job in a company that located near Indramayu, a small town in the
north coast, West Java. During my 6 months employment I traveled Indramayu and
another town, Cirebon, for few times. Independent traveling. Using public
transportation. Backpacker style.
Naluri bertualang saya lucunya baru muncul lagi kira-kira 2
bulan lalu.
Funny
thing is about 2 months ago that adventurous desire came back to me.
Dan saya memutuskan untuk mengikuti kata hati saya.
And I
decided to follow my heart.
Beruntunglah saya karena di usia 42 ini saya tidak direpoti
dengan urusan rumah tangga, suami dan anak.
Lucky
me that at 42 I am free of domestic stuff, off husband and off children.
Hanya punya seorang pacar dan orang tua yang tidak punya
pilihan lain selain membiarkan saya pergi.
Just
a boyfriend and parents that have no choice than letting me go.
Jadi tanpa ragu saya mengikuti dorongan hati untuk sebulan
sekali membebaskan diri saya sepenuhnya.
So
without hesitation I follow my heart to once a month free myself.
Jumat, 6 Desember; meliburkan kegiatan les sore ini.
Murid-murid les saya sudah menjalani ulangan bahasa Inggris mereka pada hari
Rabu.
Friday,
December 6th; give a day off tutoring. My tutoring kids have had
their English exam in Wednesday.
Saya meliburkan mereka hari Jumat karena pulang dari kantor,
saya langsung menuju stasiun kereta api Bogor Paledang.
I
gave them a day off from tutoring because that Friday after work I went
straight to Bogor Paledang train station.
Sebulan lalu saya mendengar kabar jalur kereta api Bogor
Sukabumi kembali di buka.
A
month ago I heard they re-opened Bogor Sukabumi route.
Setelah ber-backpacking sendiri ke Curug Luhur, saya memang
sedang berpikir-pikir kemana tujuan traveling saya berikutnya.
After
backpacking to Luhur Waterfall, I was wondering where would be my next
traveling destination.
Sejak 2 bulan lalu saya memutuskan sebulan sekali saya akan
pergi backpacking sendiri.
I
decided 2 months ago to go backpacking once a month.
Selama setahun setengah ini mental dan kemudian fisik saya
di uji habis-habisan. Ketika pertengahan tahun ini keadaan pelan-pelan membaik,
yang tersisa adalah rasa percaya diri saya hampir hilang, tujuan hidup saya
berantakan, trauma yang membayangi,
kepahitan yang luar biasa dan depresi.
My
mental and physic have been tested hard in the past one and a half years. When
things slowly got back to its course, what left are myself confident was nearly
gone, my life purpose was at a mess, haunted by trauma, bad bitterness and
depression.
Saya hanya punya 2 pilihan; menyerah atau bangkit kembali.
I
only had 2 options; gave up or got up again.
Saya memilih untuk bangkit kembali.
I
chose to get up again.
Mudah untuk mengatakannya, setengah mati untuk melakukannya.
Easy
to say, one hell of an effort to do it.
Tapi saya mengeraskan hati. Membulatkan seluruh tekad. Saya
tidak akan pernah dikalahkan oleh kesusahan, penyakit atau manusia terjutek
sedunia. Saya akan buktikan bahwa saya lebih kuat dari semua itu.
But I
hardened my heart. Gathered all my will. Never will I be defeated by hardship,
illness or the worst bitch in this world. I will prove I am stronger than them
all.
Tanpa saya sadari perjalanan-perjalanan backpacking yang
saya lakukan sejak 2 bulan lalu menjadi cara terapi tersendiri untuk
mengembalikan kepercayaan diri saya, untuk membuat saya menjadi lebih bisa
menghargai dan menikmati hidup, menjadi cara saya untuk keluar dari kemarahan,
ketakutan, kecemasan, putus asa, depresi dan kebosanan.
Without
realizing it, the backpacking traveling I made since 2 months ago have become
sort of self therapy to regain myself confident, to make me more appreciate and
enjoy life, becoming my way to get out of anger, fear, worries, despair, depression
and boredom.
Bahkan setelah kehidupan saya sepenuhnya kembali normal dan
bahkan membaik, saya akan tetap ber-backpacking sendiri karena saya menyukainya.
Even
after my life has completely back to normal and get better, I will keep doing
independent traveling, backpacking style, because I like it.
Yang saya sukai adalah karena traveling sendiri memberi
banyak tantangan.
What
I like most is because independent traveling gives many challenges.
Tantangan itu sudah dimulai ketika saya berpikir-pikir
kemana tujuan backpacking saya selanjutnya.
The
challenge starts when I think where will my next backpacking destination.
Begitu sudah menemukan tujuan, tantangan berikutnya adalah
mencari informasi tentang tempat-tempat yang akan saya kunjungi.
Once
the destination is set, the next challenge is to get information about the
places I want to visit.
Internet menjadi sumber utama. Tapi hampir seminggu ini saya
sibuk. Ada beberapa pekerjaan yang mendadak muncul. Akibatnya waktu saya untuk
surfing di internet jadi terbatas.
Internet
is the main source of information. But I have been busy this week. There were
many unexpected work came up. It made me had little time to surf the internet.
Tapi di luar dugaan, tukang-tukang yang memperbaiki kanopi
kantor ternyata orang Sukabumi.
Out
of my expectation, the workers who fixed the office’s canopy are all resided in
Sukabumi.
Jadi saya mencuri waktu untuk mengobrol dengan seorang dari
mereka. Mencari info tentang jam-jam keberangkatan kereta dari Bogor ke
Sukabumi dan sebaliknya. Serta yang paling utama adalah stasiun Bogor Paledang
ada dimana??.. Bagaimana mau berangkat naik kereta ke Sukabumi kalau stasiunnya
saja saya belum tahu ada dimana… hehe…
So I
stole some time to chat with one of them. To get information about train
departing time from Bogor to Sukabumi, vice versa. But the most important
information is where the hell is Bogor Paledang train station??.. How would I
take the train to Sukabumi if I didn’t know where the train station is… lol..
Jumat siang itu saya berangkat tanpa tahu persisnya letak
stasiun kereta api itu tapi ah, jalan saja.. nanti toh bisa nanya orang. Tapi
kenyataannya saya bisa menemukan sendiri tanpa harus tersasar atau bertanya
kiri kanan.
I
left that Friday afternoon without really know the exact location of that train
station but what the hell, just go.. I could ask people. infact I found it
without made myself lost or had to ask around for direction.
Itu satu tantangan yang saya sukai dari traveling sendirian;
berangkat tanpa mengetahui apa yang akan saya temui di jalan, mencari cara
untuk mengatasinya dan merasa puas ketika berhasil melaluinya.
That
is one challenge I like about independent traveling; leave without knowing what
will come once I am in the road, looking for ways to solve the challenge and
feel tremendous satisfaction when I conquer it.
Semua itu mengembalikan dan menguatkan rasa percaya diri,
belajar untuk sabar, tidak panik, berpikir praktis, tidak kehilangan akal sehat
dan berani mengambil keputusan serta tidak ragu untuk bertindak. Berhasil atau
tidak bergantung dari diri sendiri.
It regains
and strengthened myself confident, learn to be patient, not to get panic, to
think practical, not losing common sense and un-afraid to make decision, not
hesitate to take action. Success or failure depends on myself.
Ini penting untuk saya karena sekian tahun saya hidup
sebagai anak tunggal dengan orang tua yang senewenan, terlalu melindungi, punya
pacar yang kurang lebih sama seperti itu, dan sebagai karyawan, di kantor, saya
terikat dengan sejuta peraturan dan tuntutan untuk mengikuti keinginan,
permintaan dan harapan banyak orang. Saya sudah sampai pada titik dimana saya
bukan hanya merasa muak dengan semua itu, tapi saya merasa lama-lama saya
kehilangan diri saya.
It is
important for me because after years living as an only child of a nervous, over
protected parents, have a boyfriend who is more and less similar to them, and
as an employee, in the office, I am tied with millions of rules and demands to
follow many people’s wishes and request. I have come to a point where I am not
only feel sick of it all but I also feel I am losing myself.
Saya mulai berontak secara positif. Membebaskan diri dengan
cara positif.
I
started to break lose positively. Free myself in positive ways.
Nah, setelah tantangan mencari tujuan traveling selanjutnya
dan informasi tentang transportasi serta tempat-tempat yang akan dikunjungi berhasil
dilewati, tantangan berikutnya adalah mencari waktu untuk jalan.
So,
after the challenge of finding the next traveling destination and get
information about transportation along with places I want to visit have been
solved, next challenge is to set the date.
12 hari kerja adalah jatah cuti tahunan setiap karyawan di
Indonesia.
12
work days are every Indonesian employee yearly leave quota.
Yang paling enak adalah ketika bekerja sebagai guru. Tidak
ada jatah cuti tapi dua kali setahun dapat libur minimal 2 minggu di akhir
semester. Pada waktu-waktu demikian Andre dan saya berpuas-puas pergi liburan.
The
most enjoyable time is when I worked as teacher. We got no leave but we could
get at least 2 weeks breaks at the end of semester, twice a year. At that time
Andre and I would go on long holidays.
Setelah saya bekerja di tempat ini, Andre menggerutu karena
saya tidak libur setiap hari Sabtu dan Minggu, serta tidak bisa sering-sering
cuti. Boro-boro pergi liburan 2 minggu, saya mengambil cuti hanya sekali
sebulan karena tidak mungkin saya mengambil seluruh jatah cuti saya yang 12
hari itu. Kantor bisa dikatakan bergantung hampir sepenuhnya pada saya dalam
hal operasional administrasi dan beberapa hal lainnya. Ya, apa boleh buat,
resiko jabatan.
After
I work in this place, Andre grumbles because I don’t get days off in Saturday
and Sunday, I can’t take my leave often either. Let alone take a long holiday,
I can only take one day leave once a month as I can’t take all of my 12 days
leave at once. Office administration operational and other stuff pretty much
depend almost fully on me. what can I say, that is occupational hazard.
Hidup mengajarkan kita untuk dapat fleksibel.
Life
teaches us to be flexible.
Tantangan berikutnya adalah… duit!
Next
challenge is… money!
Gaji saya dibawah standard UMR. Saya harus menutupinya
dengan mengajar les. Itu pun saya hanya mengambil untuk ongkos transport dan
sedikit untuk keperluan pribadi.
My
salary is beyond minimum regional wage. I have to make ends meet by giving
tutoring. And I just take few for my transportation fee and personal
necessities.
Kan ada Andre..
There
is Andre..
Sori ya, saya bukan parasit. Kalau saya mencintai seseorang,
itu cinta murni pada orangnya.. bukan pada hartanya.
Sorry,
I am not a parasite. When I love somebody, it is pure love for the person.. not
for his/her wealth.
Saya punya banyak pengalaman pahit sehubungan dengan hal
duit yang membuat saya paling ogah untuk minta uang pada orang kalau bukan
karena amat sangat terpaksa. Itu pun rasanya harga diri saya terlempar sampai
ke kaki.
I
have many bitter experience regarding money that makes me reluctant to ask
anyone for money if not because I had no other choice. It everytime I did that
I felt my pride has become a doormat.
Hubungan saya dengan mantan pacar bubar karena soal uang.
I had
my relationship with a former boyfriend screwed up over money.
Dan sedemikian sakit hatinya saya melihat perlakuan keluarga
dari pihak ayah saya karena perkara uang sampai saya memutuskan untuk tidak mau
ada hubungan lagi dengan mereka, saya tidak mau lagi memakai nama keluarga ayah
saya dan memilih untuk menaruh nama ayah saya dibelakang nama saya.
And
it hurt me so much after seeing how my father’s family treated him over money
that I decided never want to link myself with them, I didn’t want to have their
family name on me and so I put my father’s name behind my name.
Ah, uang memang bukan segalanya. Tapi dalam bepergian, uang
berperan. Itu sebabnya saya belum bisa pergi jauh-jauh. Demi perjalanan ke
Sukabumi ini saja saya sempat diperhadapkan pada pilihan, beli kebaya atau
pergi ke Sukabumi.
Money
isn’t everything. But in traveling, it does play an important role. It is why I
haven’t been traveling far. For this trip alone, I had to chose, buy kebaya or
go to Sukabumi.
Begini, 2 minggu lalu saya melihat sebuah kebaya putih yang
sederhana dan pas untuk ukuran saya.. tapi harganya Rp.150.000… wek!.. otak
saya berputar.. duit segitu bisa dipakai untuk jalan-jalan.
So, 2
weeks ago I saw a white simple designed kebaya that fitted to my size.. but it
is Rp.150.000… ouch!.. my brain spin.. I could use that money to go
traveling.
* Kebaya adalah pakaian tradisional wanita Indonesia.
www.bordirtasimalaya.com |
* FYI, kebaya is Indonesian woman's traditional dress.
Susahnya, saya pingin dua-duanya.. tapi saya tidak bisa
mendapatkan kedua-duanya.. hiks..
The
hardest part is, I wanted both.. but I couldn’t have both..
Selama seminggu saya berpikir-pikir, menghitung-hitung,
menimbang-nimbang.. apalagi tanggal 22 Desember ini kantor saya menghimbau para
wanitanya berkebaya untuk memperingati hari ibu.
I
spent a week thinking, calculating, considering.. office ask the women wear
kebaya on December 22nd to commemorate mother’s day.
Akhirnya saya menyimpulkan dan memutuskan, kebaya jarang
dipakai dan bisa usang tapi traveling meninggalkan lebih banyak foto,
pengalaman, kenangan dan kebahagiaan.
Finally
I concluded and decided that I don’t wear kebaya often and it can worn out but
traveling leaves more photos, experience, memories and happiness.
Gimana kalau tanggal 22 Desember nanti mereka bertanya
kenapa saya tidak berkebaya? Ah, cuek bebek. Bilang aja si Keke bukan
perempuan. Hehe. Lagi juga kan tidak wajib dan toh selama dua tahun ini mereka
sudah terbiasa melihat penampilan saya yang rada preman; berjeans, sepatu kets
dan membawa ransel.
How
if on that December 22nd they ask why I don’t wear kebaya? Heck, so
what. I will just tell them Keke is not a female. Lol. Beside, they are used to
see my casual tomboy appearance; jeans, sneakers and backpack.
Jadi begitulah catatan tentang persiapan menjelang
perjalanan backpacking saya berikutnya. Hari Jumat saya sudah meninjau stasiun,
beruntung berada disana ketika kereta api tiba dari Sukabumi sehingga saya tahu
seperti apa kereta apinya dan saya juga sudah langsung memesan tiket pulang
pergi untuk hari Senin, 9 Desember.
So
here it is my note on the preparation for my next backpacking trip. I have
checked on the train station on that Friday, got lucky to be there when the
train arrived from Sukabumi so I could see how the train looks like and I have
also booked round trip train ticket for Monday, December 9th.
No comments:
Post a Comment