Setelah hampir seharian ber-backpacking sendirian ke
Sukabumi pada hari Senin, 9 Desember, hari Selasa adalah waktu untuk bed-rest
total.
After spending almost one
full day going away on independent backpacking to Sukabumi on Monday, December
9th, Tuesday was the time to have total bed rest.
Selama sebulan terakhir ini saya sedang mempelajari dan
mengenali maunya badan.
I am learning and
recognizing my body in the past month.
Ketika 2 tahun lalu umur saya genap 40, saya menyambutnya
dengan gembira karena berpikir saya sudah memasuki usia matang, walaupun saya
tetap punya sisi konyol dan kekanak-kanakan dalam diri saya tapi pengalaman
hidup saya sudah lumayan banyak membuat saya merasa kedewasaan mentalitas dan
emosi saya jauh lebih baik dibandingkan ketika saya berusia 30an.
When I turned 40, 2 years ago, I happily welcomed it as I thought I have reached the age of maturity. Though I still have the goofy and child-like sides in my personality but I have considered I have lots of life experience that matured my mental and emotion, they are better than when I was in my 30s.
Tapi hanya setahun saya merasakan kegembiraan itu.
But I tasted that happiness
for just a year.
Rasanya baru kira-kira 2 bulan lewat setelah ulang tahun
saya yang ke 41 ketika siklus dan volume menstruasi saya berubah drastis.
About 2 months before the hormone started to go abnormal |
Volumenya luar biasa banyak. Dan nyaris tidak berhenti.
Semua itu berlangsung selama satu setengah tahun.
The volume was
extraordinary. And nearly unstoppable. It happened for a year and a half.
Selama itu saya merasa seperti mayat hidup.
I felt like a zombie during
those time.
Ginekolog ke dua yang saya temui bulan April 2013 adalah
seorang yang rupanya tidak mau memberikan harapan palsu pada pasiennya. Dengan
tandas dia mengatakan kalau obat yang diberikannya tidak mampu menghentikan
menstruasi saya maka kemungkinan penyebabnya bukan abnormalitas hormon tapi
sesuatu yang serius, myium atau gejala awal kanker rahim.
The second gynecologist I
went to in April 2013 is someone who doesn’t want to give false hope to his
patient. He straight forwardly said if the meds he gave me couldn’t stop the
bleeding, it might be not just hormone abnormality but something serious,
either myiom or early sign of uterus cancer.
Saya bahkan tidak tahu apakah saya harus tertawa, menangis
atau marah ketika mendengarnya. Yang saya ingat adalah pikiran saya kosong.
Hati saya beku. Sesuatu dalam diri saya langsung mati saat itu.
I didn’t even know if I had
to laugh, cry or got angry when I heard it. all I can remember is my mind went
blank. My heart frozed. Something in me just died at that second.
Tapi obat itu berhasil menghentikan pendarahan dan menjinakkan
hormon-hormon saya. Tidak berarti bahwa siklus dan volume menstruasi saya dapat
kembali seperti sebelumnya tapi lumayanlah dia bisa dikendalikan.
But the meds stopped the
bleeding and tamed my hormones. It doesn’t mean I have my monthly cycle and
volume back to the way they used to be but at least they can be controlled.
Ketika pelan-pelan fisik saya pulih, saya berhadapan dengan
kondisi mental saya yang berantakan.
When my body slowly
improved, I faced my mental condition that was in a mess.
Setelah satu tahun setengah mengalami fisik yang tidak beres
dan pada saat yang sama harus menghadapi
kondisi kesehatan orang tua saya yang juga tidak beres, saya merasa kadar
kewarasan saya berkurang entah berapa persen.. hehe..
After a year and a half dealing
with crazy physical condition and at the same had to deal with my parents’s
health, I felt my sanity was no longer in one hundred percent good shape.
Mungkin sekitar bulan Agustus or September, saya berpikir
saya harus bangkit kembali. Saya harus kembali menjadi kuat dan kokoh.
It was probably at around
August or September that I thought I had to get back on my feet again. I must
get strong and tough again.
Dan saya harus melakukannya dengan seluruh kemauan, tekad
dan kekuatan dari dalam diri saya sendiri.
And I must do it with all my
own will, determination and strength.
Tuhan tidak ada didalamnya. Tuhan tidak berbelas-kasihan
pada saya. Tidak ada bedanya dengan kehidupan. Tidak ada bedanya dengan
orang-orang yang tanpa rasa menghilangkan nyawa sesamanya. Tidak ada bedanya
dengan penyakit yang menerkam siapa saja tanpa pandang bulu. Tidak ada bedanya dengan bencana alam atau kecelakaan yang membunuh dan mencederai begitu banyak orang.
God has nothing to do with
it. God is heartless on me. Just like life is. Just as people who could kill
their fellow human being. Just like illness don’t choose people. Just like calamity or accidents that killed and wounded so many people.
Pemulihan dan kebangkitan mental saya dimulai ketika
sendirian saya pergi ke rumah teman saya di Cengkareng pada bulan Oktober.
Tanpa gentar, walau saat itu dalam keadaan masih batuk, saya berangkat ke
tempat yang belum pernah saya datangi.
My mental recovery and
resurrection started when I went to my bestfriend’s house in Cengkareng,
Jakarta, in October. I was having cough at the time but it didn’t deter me to
go to a place that I have never been to before.
Bulan November saya ber-backpacking sendiri ke Curug Luhur.
Lagi-lagi ke tempat yang belum pernah saya datangi.
In November I went
backpacking all by myself to Curug (waterfall) Luhur. Once again, to a place I
have never been to before.
Dan Desember ini saya ber-backpacking sendiri ke Sukabumi.
Tempat yang juga belum pernah saya kunjungi.
And this December I went
backpacking once again all by myself to Sukabumi. To a place that I have never
been to before.
Perjalanan-perjalanan itu mengembalikan kepercayaan diri
saya. Sesuatu yang saya kokohkan. Saya harus percaya pada diri saya sendiri.
Saya tidak boleh mengandalkan apa pun atau siapa pun. Saya hanya boleh
mempercayai dan mengandalkan diri sendiri.
Those trips restored my
self-confident. It should become a tough pole in me. I have to trust myself. I
should not rely on things or in people. I should only trust and rely on myself.
Dan saya perhatikan, mentalitas saya jauh lebih kokoh dan
tegar dibandingkan mereka yang ber-Tuhan. Mereka itu cengeng, lemah dan lembek.
Berkeluh kesah kalau mengalami kesusahan atau masalah. Gampang menyerah pada
tantangan. Mengamuk, marah dan mengambek ketika hal-hal tidak berjalan sesuai
dengan keinginan mereka. Ego-nya berkobar-kobar. Emosinya di umbar.
And I notice my mentality is
so much stronger and tougher than those the God-believer. They are the weaper,
weak and meek. Complaining when trouble or problem comes. Easily defeated to
challenges. Get mad or throw tantrum when things don’t go as they pleased. Ego
is waving around. Emotion is being released freely.
Saya tidak membanggakan diri sendiri.
I am not taken pride on me.
Saya hanya mengatakan apa yang saya rasakan, apa yang saya
alami, hasil-hasil yang saya capai dan hal-hal yang saya temui dalam
pengajaran-pengajaran yang dulu pernah saya yakini yang ternyata pada akhirnya membuat orang
menjadi lebih egois, lebih cengeng, lebih penuntut dan tidak mandiri.
I am only telling you what I
feel, what I have been through, the things I have achieved and the teachings
which I used to believe in have turned its believer into selfish, meek, demanding
and less-independent.
Ketika saya melepaskan seluruh kepercayaan saya dan berbalik
pada diri sendiri untuk mencari kekuatan agar dapat kembali berdiri kokoh, saya
malah menjadi orang yang lebih kuat, lebih tenang dan lebih mandiri.
When I let go the things I
used to have faith in and turned to myself to get the strength to stand tough
again, I became stronger, peaceful and independent.
Hal itu saya rasakan dalam perjalanan pulang dari Sukabumi
ke Bogor.
I felt it when I was on the
way home from Sukabumi to Bogor.
Ketika KA Pangrango itu sedang langsir, saya menyempatkan
diri untuk pipis di toilet kereta.
When Pangrango train was
shunted, I went to the train’s toilet to pee.
Ketika saya akan naik ke kereta itu, saya merasakan ada
cairan mengalir. Saya memang merasa ingin pipis tapi rasanya yang mengalir itu
bukan pipis. Saya bisa membedakannya.
When I was about to get into
that train I felt a liquid poured out down there. I wanted to pee but I knew I
didn’t pee on my pants. I could tell the difference.
Dan di dalam toilet kereta, saya melihat darah.. darah merah
segar..
And inside the train’s
toilet, I saw the blood.. fresh blood..
Menstruasi saya
berhenti 25 November. Dan hari itu baru tanggal 9 Desember. Baru 2 minggu
berhenti. Dia tidak boleh keluar sekarang. Apalagi sekarang ketika saya berada begitu jauh dari rumah.
My
menstruation stopped on November 25th. And it was December 9th.
It has just stopped for 2 weeks. It can’t come now. Especially now when I am so far away from home.
Saya
mengeraskan hati. Saya tidak akan dikalahkan oleh kejadian ini. Saya baik-baik
saja. Semua akan baik-baik saja.
I toughened my heart. I will not be defeated by it.
I am fine. Everything will be fine.
Pikiran itu membuat saya menjadi kuat dan tenang.
That thought made me strong and calm.
Saya mencari tempat duduk sesuai dengan nomor di tiket saya. Beberapa saat kemudian seorang gadis muda menghampiri saya, menanyakan
apa saya membawa charger Blackberry. Wah, jangankan chargernya, Blackberry saja
saya tidak punya, gurauan saya membuatnya tertawa.
I went to find my seat. Few moments later a young girl approached me, asking if I brought
Blackberry charger. Let alone the charger, I don’t even have Blackberry, my
funny answer made her laughed.
Dia duduk di sisi saya. Dan bermula dari membicarakan
charger Blackberry, kami jadi mengobrol panjang lebar.
She sat next to me. And
Blackberry charger has led us to a long conversation.
Saya melupakan darah-darah di toilet tadi.
I forgot the bleeding in the
toilet.
Perjalanan penuh perjuangan dari stasiun Bogor Paledang ke
rumah semakin membuat saya lupa dengannya.
The long ride from Bogor
Paledang train station to my house made me forgot all about it.
Saya baru ingat lagi ketika saya mandi di rumah.
It came back to me when I
took a bath at home.
Sebetulnya 2 hari sebelum berangkat ke Sukabumi, darah itu
sempat keluar. Tapi saya membentaknya dengan mengatakan tidak boleh keluar
sekarang. Gimana ceritanye, coy, 2 hari lagi gue mau berangkat ke Sukabumi, ngaco aja elu keluar sekarang.
2 days before I left to
Sukabumi, I actually had a bleeding. But I yelled at it, hell, I would be leaving to Sukabumi in just 2 days, there is no way that you came out now.
Boleh percaya, boleh tidak percaya, pendarahan itu berhenti.. hehe..
Well, believe it or not, the bleeding stopped… lol..
Tapi tanggal 9 Desember malam, saya memutuskan besoknya saya harus total bed-rest.
But on the evening of
December 9th, I decided I must have total bed rest on the next day.
Hari Selasa adalah hari libur saya. Karena anak-anak les
juga sudah ulangan umum, saya liburkan les mereka selama sisa bulan Desember
ini dan karenanya sepanjang hari itu saya bisa istirahat total.
Tuesday is my day off. And
since my tutoring children have had their exam, I give the tutoring off for the
rest of December and thus I could have the whole day to rest.
Saya tidur lamaaaaaaaa sekali karena hari Selasa itu saya
baru bangun jam 10 pagi.
I slept sooooooo long
because I woke up at 10 am on that Tuesday.
Saya bangun, sarapan, mandi, mengobrol sebentar dengan orang
tua saya dan kemudian kembali berbaring-baring sampai saya tertidur lagi selama
2 jam.
I got up, had breakfast,
took a bath, talked with my parents for a while and lied down in my bed until I
fell to sleep for 2 hours.
Saya bangun dengan perasaan amat segar, kaki saya yang
semalam bengkak sudah kembali normal dan pendarahan saya berhenti!
I got up feeling so fresh,
feet that swelled last night had return to their normal size and my bleeding
stopped!
Benar juga kata ginekolog saya.
My gynecologist was right.
“Hormon kamu jadi aktif kalau kamu capek atau stress” begitu
katanya waktu saya datang untuk berobat tanggal 18 November.
“Fatigue and stress
activated your hormones” he said when I went to see him on November 18th.
Hormon itu memicu keluarnya menstruasi tanpa berhenti dan
dalam jumlah sangat banyak.
That hormone triggers the
unstoppable menstruation and its high volume.
Wah kacau, saya nyengir sendiri. Mana ada orang hidup yang
tidak capek atau stress?
Damn, I grinned to myself.
Is there any living human who is not tired or stress?
Ginekolog saya menyarankan saya untuk istirahat. Setiap kali
saya datang berobat, dia pasti memberikan surat istirahat. Dia selalu
bersikeras meminta saya untuk istirahat.
My gynecologist suggested me
to take a rest. Everytime I came for a visit, he would give me a letter of sick
leave. He always insists me to rest.
Hari itu pun dia memberikan saya surat ijin istirahat.
That day he gave me a letter
of sick leave.
Saya tidak pernah memberikan surat itu pada senior saya.
Membicarakannya saja tidak.
I never gave that letter to
my senior. I didn’t even say a word about it.
Bukan karena saya ini gila kerja. Tapi karena posisi saya
tidak memungkinkan saya untuk tidak masuk kerja.
Not because I were a
workaholic. But my position gives me no freedom to take a day off from work.
Jadi saya mengakali sikon ini dengan tidur lebih awal setiap
kali saya merasa badan saya mulai capek. Tidur lebih dari 8 jam mampu
memulihkan tenaga.
So I find other solution to
this situation by going to bed whenever I felt fatigue shadowing my body. More
than 8 hours of sleep can restore my strength.
Hari Selasa sekarang ini adalah hari untuk bed-rest.
Tuesday is for bed rest.
Senin, 16 Desember saya pergi tidur dari sebelum jam 7
malam. Saya mulai merasa badan capek dan hari itu ada gumpalan darah keluar.
Monday, December 16th,
I went to bed before 7 pm. I was feeling fatigue and there was blood clot came
out.
Besoknya saya bangun jam 7.30 pagi. Saya menyapu dan
mengepel lantai. Sarapan dan mandi.
The next day I got up at
7.30 am. I swept and mopped the floor. Had breakfast and took a bath.
Lalu saya berbaring-baring di tempat tidur. Tidak bisa tidur
lagi. Dan sebetulnya membosankan sekali tapi ya apa boleh buat.
After that I lied down on
bed. Couldn’t sleep. And it was so boring but I had no choice.
Hormon itu jadi jinak kalau saya tidak capek dan tidak
stress.
The hormone becomes tame
when I am not tired nor stress.
Sambil berbaring, saya mendengarkan musik. Berpikir tentang
banyak hal kecuali tentang pekerjaan karena takut bisa memicu stress.
I listened to the music as I
lied down. Thinking about many things except work for fearing it would create
stress.
Saya berpikir tentang hal-hal yang ringan saja. Berpikir
tentang orang-orang tersayang. Berpikir tentang perjalanan-perjalanan
backpacking saya. Berpikir tentang tujuan backpacking saya selanjutnya bulan
depan. Berpikir tentang apa yang akan saya tulis dalam blog ini. Berpikir
tentang hal-hal atau peristiwa-peristiwa lucu.
I thought about light stuff.
Thought about my loved ones. Thought about my backpacking trips. Thought about
where I will go in my next backpacking trip next month. Thought about what I
will write in this blog. Thought about funny things or funny moments.
Jadi begitulah, saya sedang mempelajari dan mengenali
kondisi badan saya.
So there it is, I am
learning and recognizing my physical condition.
Saya tidak bisa melarikan diri dari kenyataan. Jadi saya
harus hidup dengan kenyataan bahwa hormon saya justru berubah menjadi liar
dalam usia yang menurut penilaian saya seharusnya dia telah melewati masa-masa
liarnya.
I can’t run away from the
fact. So I have to live with the fact that my hormones are going wild at the
age when I considered them should have overcome their wild moments.
Tapi kenyataan ini berdampak panjang pada diri saya.
But this fact has long
impact on me.
Saya menjadi jauh lebih kokoh dan kuat dari sebelumnya. Saya
menemukan sumber kekuatan dalam diri saya sendiri. Dan semua itu membentuk jati
diri yang baru.
I am stronger and tougher
than before. I found the strength within myself. And they formed a new me.
Dan anehnya, saya menjadi orang yang lebih tenang dan
bahagia.
No comments:
Post a Comment