Mempercayai atau tidak mempercayai adalah pilihan
masing-masing.
To believe
or not believe is everyone’s choice.
Mempercayai atau tidak mempercayai adalah hak asasi setiap
orang.
To believe
or not believe is everyone’s right.
! ! ! ! ! ! ! ! !
Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk
mengomentari kepercayaan seseorang.
Remember those stuff before you decide to make comment about what somebody believes
in his or her heart.
Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk
memberi nasihat tentang kepercayaan
seseorang.
Remember those stuff before you decide to give advice on the things someone believes in
his or her heart.
Ingatlah hal-hal diatas itu sebelum anda memutuskan untuk
ikut campur dalam hal-hal yang dipercayai oleh seseorang.
Remember those stuff before you decide to interfere with the things that someone
believes in.
Niat anda boleh baik tapi belum tentu orang itu menerimanya
sebagai sesuatu yang baik.
Well
meant maybe but that person might perceive it as the opposite.
Itulah yang saya rasakan.
That
is what I feel.
! ! ! ! ! ! ! ! !
“Kamu diam saja dari tadi” Andre menghampiri saya yang
sedang duduk sendirian di beranda belakang sambil menekuri hujan yang sedang
turun “Mau ceritakan pada saya apa yang kamu lagi pikirkan?”
“You've been quiet” Andre came to me as I was sitting alone in the back porch, looking
at the rain “Wanna talk about what you have there in your mind?”
Saya menghela napas panjang. Tersenyum kecil. Menatapnya.
I
took a deep sigh. Smiled slightly. Stared at him.
“Ada sesuatu yang meresahkan hatimu” dia duduk di sisi saya.
“Something
troubling you” he sat at my side.
Saya meraih tangannya. Menempelkan tangan itu ke pipi saya
dan menciumnya.
I
took his hand. I put it on my cheek and kissed it.
“Harusnya tadi saya tidak usah datang, kalau
tidak karena ada hal-hal yang harus saya bereskan”
“I shouldn’t come to work today if not because I had few things to take
care”
“Tanggal 1 Januari nanti lebih baik kita jalan saja” lanjut
saya.
“We
better go somewhere on January 1st” I went on.
“Beneran?” dia tersenyum geli “Ada apa nih sampai kamu yang
biasanya paling ngebelain kerjaan tiba-tiba ogah masuk kantor”
“Seriously?”
he smiled “what makes you who wouldn’t skip a day suddenly don’t wanna go to
work”
“Ah, di kantor pun tidak ada kerjaan. Itu kan hari libur”
jawaban saya terdengar tidak meyakinkan.
“There
isn’t work anyway. It is a public holiday” I didn’t sound convincing.
Andre tertawa “Tidak ada kerjaan? Kamu akan kasak-kusuk
mencari sesuatu untuk dikerjakan”
Andre
laughed “No work? You would find something to do”
Saya nyengir “Ayo deh kita pergi jalan-jalan saja. Menginap
di Bandung? Kita bisa berangkat Senin sore”
I
grinned “Come on, let’s just go somewhere. Stay in Bandung? We can leave on Monday
afternoon”
“Boleh aja kalau itu mau kamu”
“Sounds
great if that’s what you want”
Dia menatap saya “Kemarilah” ditariknya saya.
He
looked at me “Come here” he drew me close to him.
Kami duduk berpelukan. Memperhatikan hujan.
We
sat with our arms wrapped around each other. Watching the rain.
Dan saya menceritakan pada Andre tentang beberapa orang di
tempat kerja yang tadi pagi mendatangi saya.
And I
told Andre about few people at work who came to me in the morning.
“Kalau saja mereka mengatakan ‘Ke, kamu akhir-akhir ini
tidak mau ikut ibadah. Ada apa? Kalau ada sesuatu yang mengganggu hati kamu,
saya atau kami ada disini buat dijadikan tempat untuk curhat’, saya tidak akan
jadi merasa terganggu karenanya”
“If
only they said ‘Keke, you have been skipping the service lately, is everything
okay? If there is something bothering you, I am or we are here for you whom you
can talk to’, I wouldn’t feel annoyed by that”
Saya menghela napas kesal.
I
sighed my upsetness.
Andre mencium kening saya.
Andre
kissed my forehead.
“Tapi mereka masuk ke ruangan saya dan langsung membombardir saya sampai-sampai saya bahkan ga bisa menyimak, meresapi, mengerti apalagi menanggapi perkataan mereka”
“They came to my room and just went like bombarding me that I couldn't really hear, absorb, understand let alone respond their words”
“Saya berangkat kerja dengan hati yang gembira” saya menatap
Andre yang diam membiarkan saya menumpahkan seluruh beban di dalam hati saya
“Padahal semalam kita pergi yang bikin saya kurang tidur dan masih sedikit mabok.
Tapi pagi itu hati saya gembira karena biar pun saya tidak lagi percaya pada tuhan atau
kekristenan tapi hari itu saya tahu saya akan bertemu dengan orang-orang yang
saya kenal dan beberapa dari mereka adalah orang-orang yang saya sayang. Sebelum insiden itu, saya lagi gembira, tahu!”
“I
went to work feeling so happy” I looked at Andre who sat quietly allowing me to
unburden my weariness “We went out the night before that made me didn’t have enough
sleep and I had a slight hangover. But that morning I was happy because despite the fact that I
no longer believe in god or christianity, I knew I would meet the
people I know on that day, some of them are my loved ones. I was happy before that incident, y’know!”
“Mood saya jadi rusak setelah insiden itu”
“The incident ruined my mood”
Saya berdiri diam. Kehabisan napas.
I
stood there in silence. Running out of breath.
“Saya perlu minum” saya masuk ke dalam.
“I
need a drink” I got inside the house.
Andre mengikuti saya. Membuka lemari dan mengeluarkan sebuah
botol.
Andre
followed me. He opened the drawer and took out a bottle.
“Apa nih?” saya tertawa ketika dia menyorongkan gelas berisi
cairan bening yang dituangkannya dari botol itu.
“What
is this?” I laughed when he gave me a glass filled with something he poured
from the bottle.
“Vodka” katanya singkat.
“Vodka”
was his short answer.
Saya tertawa lagi. Mengangkat gelas itu. “Cheers” kata saya
padanya sebelum menghabiskan isi gelas itu dengan sekali teguk.
I
laughed. I took up the glass. “Cheers” I said to him before I drank it all.
Panasnya alkohol seperti membakar hidung saya, tenggorakan,
seluruh isi jantung, paru-paru dan perut.
Alcohol
felt like a burning fire ran through my nose, throat, heart, lungs and all down
to the stomach.
Saya menunduk. Mencengkeram pinggiran meja. Mengatur napas.
Sekian detik berlalu dan pelipis saya yang tadi berdenyut serta kepala saya
yang terasa kencang mulai tenang.
I
bowed down. Grapped the tip of the table. Breathing. Few seconds passed and my
throbbing temples and headache felt eased up.
“Lebih enakan?” tanya Andre.
“Feeling
better?” Andre asked.
“Jauh lebih baik” saya menghela napas. Saya harus
menenangkan diri. Hormon saya bisa jadi aktif kalau saya capek atau stress dan
hormon itu memicu keluarnya menstruasi.
“Much
better” I sighed. I had to calm myself down. The hormone is activated whenever
I am tired or stressed up and it can triggers the menstruation.
Dia menghampiri saya. Memeluk saya. Mencium kening saya.
Mengusap-usap punggung dan lengan saya.
He
came to me. Hugged me. Kissed my forehead. Caressed my back and arms.
Saya tidak ingin menangis tapi air mata saya menetes juga.
I
didn’t want to cry but the tears just came out my eyes.
“Mereka berniat baik tapi dengan cara yang tidak tepat”
suara lembut Andre menenangkan saya “Dan kamu juga benar. Percaya atau tidak
percaya adalah urusan pribadi setiap orang yang tidak bisa dengan seenaknya
atau semudah itu untuk dicampuri atau dikomentari”
“They
meant well but used inapproriate way” Andre’s gentle voice calmed me down “And
you also right. It is in personal territory when it comes about one person’s
belief or unbelief. Something that anyone can't interfere or commenting that
easy”
“Kalau mereka berkomentar lagi atau sibuk menasihati
kamu, lebih baik kamu katakan itu bukan urusan mereka” sambung Andre “Mereka mungkin tidak setuju tapi mereka harus belajar untuk menghormati pilihan kamu”
“If they say any comment or give you advice, you better tell them that it is
none of their business” Andre continued “They may not agree with your belief but they have to learn to respect your
choice”
“Gimana kalau mereka masih juga ngotot?”
“How
if they keep messing up with that subject?”
“Kamu harus katakan kalau hal itu bikin kamu merasa amat
sangat tidak nyaman”
“You
should tell them how they make you feel very uncomfortable”
Hmm..
No comments:
Post a Comment