“Lha bu, ini empalnya.. gentongnya mana?”
source: wikipedia |
“Er, ma’am, so this
is the empal (spicy curry-like beef soup.. wikipedia ).. where’s the gentong (clay pot)?”
Sekian tahun lalu saya pernah
bekerja di sebuah perusahaan dekat kota Indramayu. Dan pada suatu hari libur,
saya beserta beberapa kawan sekantor pun bersepakat untuk pergi bersama-sama
berwisata di kota itu.
Many
years ago I worked in a company near the town of Indramayu. And one day, as it
was my and my friends’ day off, we went to that town for a sight seeing.
Menjelang siang, laparlah
kami semua. Dan setelah berunding, kami memutuskan untuk mencicipi makanan khas
kota itu, empal gentong nama makanannya.
As
noon came, we were hungry. We all agreed to have the town’s well known side
dish of empal gentong as our lunch.
Kami menemukan penjual empal
gentong di kaki lima.
We
found a sidewalk stall that sold that dish.
Begitu makanannya datang..
dengan antusias semua langsung mencicipinya.
Once
it was served.. we excitedly gave it a try..
Kecuali seorang teman saya.
Dia menatap empal gentongnya. Lalu dengan lugunya mengajukan pertanyaan itu
pada si ibu penjual.
Except
one friend. He stared at his empal gentong. And naively asked the above
question to the vendor.
Jelas saja kami semua tertawa
mendengar pertanyaannya.
It
obviously made us all laughed.
Kecuali teman kami itu.
Keheranan dia menatap kami.
Except
our friend. He stared at us, puzzled.
“Lho, ga salah dong gue nanya
gitu” katanya sembari nyengir kocak “Ini empalnya, trus gentongnya mana?”
“What
did I say” he asked as he grinned comically “So
this is the empal (beef soup),where is the gentong (clay pot)?”
Usut punya usut ternyata nama
empal gentong itu diberikan karena empalnya di masak dalam gentong. Jadi bukan
berarti disajikan dalam gentong… hehe..
Later
we were given explanation that the name empal gentong is because the empal
(beef) is cooked in gentong (clay pot). So it doesn’t mean the dish is being
served in gentong… lol..
Kalau buat saya sih, empal
gentong yang saya makan hari itu rasanya persis dengan Soto Betawi. Jauh-jauh dari Jakarta.. eh,
nemu soto Betawi di Indramayu yang sudah berganti nama menjadi Empal Gentong..
hehe..
For
me, the empal gentong I ate that day tasted exactly like Soto Betawi. So I thought, I came all the way from
Jakarta only to find Soto Betawi in Indramayu, only it has been given different
name.
Saya jadi ingat empal gentong
alias soto betawi ini saat melihat dan mencicipi geco (tauge tauco) di
Sukabumi.
Empal
gentong a.k.a. soto betawi came to my mind when I saw and had geco in Sukabumi.
Dari surfing di internet,
saya membaca catatan orang tentang geco di jalan Sudirman, Sukabumi, yang
katanya enak. Berhubung tidak ada foto bikin saya ingin tahu geco itu seperti
apa sih? Dan rasanya gimana?
Internet
surfing led me to find someone’s note about geco in Sudirman street, Sukabumi,
that is said to be a tasty dish. Since there was no photo included on that
comment, it made me curious to know what is geco? How does it taste?
Urusan per-mochi-an selesai,
perut saya berbunyi. Baru jam 11 tapi saya tahu tekanan darah saya gampang
anjlok dan sejak sarapan jam 5 pagi tadi di rumah, saya tidak mengisi perut
dengan makanan apa pun.
Once
this mochi stuff was done, my stomach cried out. It was just 11 am but I knew
my blood pressure is easily dropped down and I haven’t eaten anything since
breakfast at home at 5 am.
Dengan membawa informasi arah
menuju jalan Sudirman dari pemilik toko mochi tadi, saya menyeberang jalan
Bhayangkara. Naik angkot warna putih nomor 14. Minta diturunkan di depan rumah
sakit As-Syifa.
The
lady owner of mochi store gave me information how to go to Sudirman street.
Take angkot number 14, the angkot color is white. Get off at As-Syifa hospital.
Turun di sana.. mana penjual
Geco (tauge / toge tauco)? Orang yang saya tanya menunjuk rumah makan Ampera
diseberang jalan. Penjual Geco berada tidak jauh dari depan rumah makan itu.
After
I got there.. where is the Geco food vendor? The guy I asked pointed at Ampera
restaurant. The vendor is not far from there.
Tahu kuning, mie basah,
ketupat, toge, disiram kuah tauco, di kasih kecap, kerupuk dan
sambal.
Tofu, noodle, ketupat (sort of dumpling made from rice packed inside woven palm leave pouch), tauco (a paste made from preserved fermented yellow soybeans), toge (bean sprout), ketchup, crackers and chili.
Di Bogor, namanya toge / tauge goreng.
In
Bogor its name is toge / tauge goreng or fried toge.
Rasanya? Tidak terlalu luar
biasa enak. Mungkin karena rasa tauco kurang kuat. Tapi lumayanlah dengan bayar
Rp.8.000,- bisa dapat porsi agak banyak. Saya menambahi dengan bekal nasi serta
lauk yang saya bawa dari rumah.
How
does it taste? Not too tasty. Maybe because tauco is less dominant. But it is
not bad to get enough portion for only Rp.8.000,-. I added it with my own lunch
meal that I brought in my lunch box.
Yah, urusan nama memang
sering bikin orang ketipu.
Well,
this name thing could misled people sometimes.
Misalnya nih, membaca atau
mendengar nama Sarah akan bikin kita membayangkan perempuan dengan wajah atau
fisik.. yah, yang sesuai dengan namanya. Tapi yang muncul ternyata seorang yang
harusnya dinamai Siti. Hehe.
For
example, when read or heard the name Sarah would make us imagine a girl or a
woman who has face or body that.. yeah, fits her name. But the person’s
appearance made her more fitted to be named Siti.
Sementara itu yang bernama
Siti justru seharusnya dinamai Sarah.
In
the meantime someone named Siti should be named Sarah.
Maaf, saya bukan bermaksud
untuk menghina. Siapa pun berhak memilih nama untuk diri sendiri atau untuk
anaknya sesuai dengan pertimbangan enak dipendengaran atau karena nama itu
memiliki arti bagus.
Sorry,
I don’t mean to mock anyone. Everybody has the right to choose his/her own name
or for his/her child according to one’s own consideration from liking the sound
of the name or because it has good meaning.
Berkenaan dengan nama ini
pula, beberapa minggu lalu orang terbingung-bingung ketika membaca warta dan
melihat nama saya tercantum di sana tapi tidak mengenali bahwa itu adalah nama
saya.
This
name thing has made people wonder when they read the weekly bulletin and saw my
name there but didn’t know it was my name.
Saya juga baru ngeh setelah seseorang menanyakannya.
Not
before someone asked me this, did I realize it has confused people.
Jadi ketika kali berikutnya
saya minta nama saya dicantumkan dalam warta untuk menginformasikan tanggal cuti
saya, saya wanti-wanti pada pengelola warta untuk menaruh nama Keke saja.
So
the next time I asked my name to be printed in the bulletin to inform my leave
date, I specifically asked the bulletin’s administrator to just put Keke in
there.
Bukan apa-apa, saya sudah
kepalang beken dengan nama Keke.. sampai-sampai orang tidak tahu nama asli
saya.. hehe..
It
is because I have been known as Keke.. that people forgot it is not my official
name.. lol..
Tapi eh, yang dicantumkan di
warta malah nama asli saya lalu bergaris miring, Keke. Saya jadi ngakak sendiri
ketika membacanya. Ya sutralah, toh orangnya kan saya juga. Saya tidak mau
membaweli perkara pencantuman itu.
The
bulletin came and what do you know, there was printed my real name dash Keke.
It gave me the laugh when I read it. Well, whatta heck, it is the same person,
anyway. Don’t sweat over small stuff.
Haha..
Saya telah menemui banyak
orang yang menyebut dirinya sebagai penganut agama tapi kelakuannya tidak ada
beda dengan mereka yang kita kenal dengan sebutan penjahat, penipu, pembual,
pelacur..
I
have met so many people who called themselves as religious ones but they behave
no different with those whom we call criminals, impostors, liars, hookers..
Maaf, saya tidak bermaksud
untuk menghina siapa pun.
Sorry,
I don’t mean to insult anyone.
Tapi setelah sekian waktu
mengamati, saya berkesimpulan, emas adalah emas dan tembaga adalah tembaga.
Tidak bisa di tipu sekalipun tembaga itu dilapisi emas.
No comments:
Post a Comment