Memecahkan cermin bisa kena sial 7 tahun.
Breaking a mirror brings 7 years bad
luck.
Tidak boleh menyapu lantai di malam tahun
baru, nanti rejekinya bisa hilang.
Don’t sweep the floor on new year’s
eve, it will sweep away your good luck.
Anak gadis pamali (pantang) duduk didepan
pintu.
A girl shouldn’t sit infront of the
door.
Jangan berfoto bertiga karena orang yang
ditengah nanti tidak berumur panjang.
Three people shouldn’t be in a photo
together. The middle person wouldn’t live long.
Rabbit’s foot brings luck.
Takhayul.
Superstition.
Setiap bangsa, setiap suku, pasti punya kepercayaan yang
tidak masuk akal seperti beberapa yang saya contohkan diatas itu.
Every nation, every
ethnic, must have such belief as the ones I wrote above. Things that don't make sense.
Pertanyaannya adalah, percaya atau tidak dengan hal-hal
seperti itu?
The question is do we
believe or do we not believe in such things?
Apakah semakin tinggi pendidikan seseorang berarti dia tidak
akan mempercayai takhayul?
So is someone with high educational degree not believe in superstition stuff?
Atau orang yang tinggal di kota-kota besar tidak lagi
mempercayai takhayul?
Or people who live in
big cities no longer believe in superstition?
Generasi muda tidak lagi percaya pada takhayul?
Younger generation has no believe in superstition?
Dalam kenyataannya banyak orang berpendidikan tinggi atau
mereka yang lahir serta besar di kota metropolitan dan bahkan anak-anak kecil
percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal itu.
The fact is many people
with high educational degree or those who are born and raised in metropolitan cities, and even young children believe in superstitious things.
Apa seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga atau
masyarakat atau budaya yang sangat mempercayai takhayul akan membuat hal-hal
itu menjadi bagian dalam dirinya?
A person who is
raised in a superstitious family or superstitious society or superstitious
culture would make him/herself into a superstitious person?
Mungkin hampir keseluruhan akan demikian.
Most likely to turn that way.
Saya termasuk kasus langka kalau begitu.. hehe.. karena
walaupun ayah saya termasuk orang yang agak-agak percaya perkara hokus pokus
seperti itu karena dibesarkan oleh ibu yang sangat mempercayai takhayul, tapi
setelah saya dewasa, saya membentuk kepribadian sendiri yaitu lebih percaya
pada logika.
So I guess I am a rare
case.. lol.. because though my father is a hocus pocus believer as he was
raised by a woman who was very into those stuff, but when I grew up, I form my
own personality and that is a logical believer.
Lingkup pergaulan saya juga kebetulan mempertemukan saya
dengan orang-orang yang berprinsip sama.
The people I mingle with happen to be the people who are logical as myself.
Andre, seperti umumnya orang barat, amat sangat mengandalkan
logikanya. Sukurlah. Jadi kami sepaham.
Andre, like most
westerner, is very much rely on his logic. Thankfully. So we have same
perspective.
Hari Minggu (23/6) pagi saya bertemu dengan seorang ibu di
gereja. Saat itu saya sedang membantu ‘adik’ saya membagikan undangan
pernikahannya. Satu dari setumpuk undangan di tangan saya ditujukan kepada ibu
itu dan satu lagi untuk anaknya. Jadi demi kepraktisan, saya serahkan sekaligus
saja kepada ibu itu dengan diiringi pesan,
One Sunday morning (June
23rd) I met a lady in the church. I was helping my ‘brother’ handing
out his wedding invitation. One of the piling invitations in my hand at that
time was addressed to her and another one was for her son. For practical
reason, I handed both to her as I told her,
“Bu, ini tolong titip buat … (nama anaknya). Saya takut saya
tidak ketemu dengan … karena saya sibuk kasak kusuk”
“Ma’am, please give this
to … (her son’s name). I am afraid I wouldn’t able to meet … as I might be
busy”
Saya mengatakan demikian tanpa punya maksud tertentu. Ada
sekian banyak kartu undangan, ada sekian banyak manusia di tempat itu. Saya
sampai harus main uber-uberan dengan orang demi menyampaikan undangannya.
Selain itu, kegiatan saya kan bukan cuma itu saja.
I said it truthfully.
There were many invitations, there were many people in that place. It made me
had to run after someone just to hand his/her invitation. Besides, I had many other things to do on that day.
Jadi saya kaget waktu ibu itu langsung memotong perkataan
saya dengan berkata,
So I was very surprised
when the lady cut my line by saying,
“Jangan bilang gitu. Itu tidak bagus. Jangan bilang kamu
tidak akan ketemu.. (nama anaknya) lagi”
“Don’t say that. it is
not a good word. Don’t say you won’t see.. (her son’s name)
Awalnya saya bengong karena saya belum sepenuhnya mengerti
apanya yang salah dengan kata-kata saya tadi.
At first it puzzled me
quite a lot because I didn’t understand what was wrong with my words.
Sesaat kemudian barulah saya mengerti… oh… ternyata ibu ini
menganggap (mempercayai) bahwa kata ‘tidak akan bertemu lagi dengan… (nama
seseorang)’ artinya orang itu akan meninggal.
A moment later I got the
point… oh… so the lady assumed (believes) that the words ‘I wouldn’t able to
meet… (someone’s name)’ means the person would pass away.
“Konyol” Andre tertawa sewaktu saya menceritakan peristiwa
itu kepadanya “terus, kalau kita tidak ngucapin kata-kata itu lantas maut tidak
akan datang?”
“Bullshit” Andre laughed
when I told him about it “So we could cheat death by not saying those words?”
Ya. Sangat tidak masuk akal.
Indeed. It does not make
sense at all.
“Bahkan sekalipun kata-kata seperti itu dilarang untuk
diucapkan, apa itu akan bikin manusia bisa hidup selamanya? Andre betul-betul
ngakak “yang bener aja”
“Even if those words
were banned to say, would it make people live forever?” Andre really laughed it
hard “Come on”
Anda punya hal-hal tertentu yang anda percayai? Nah, saran
saya, coba telaah lagi dengan akal logika, penalaran sehat anda. Kira-kira
masuk akal tidak? Jangan sampai nanti anda jadi bahan tertawaan orang yang
menganggap kepercayaan anda itu sungguh sangat tidak masuk akal.
Do you believe in some
sort of things? Well, my advice is, take time to look at them closely using
your logic, your common sense. Would those things make sense to you? Don’t make
yourself become other people’s laughing stock because they find the things you believe
are so ridiculous.
Selain itu, yang menyedihkan dan juga memalukan bila
seseorang menganggap dirinya sebagai penganut agama tertentu tapi masih
mempercayai takhayul.
Beside that, what
pathetic and shameful is when someone claims her/himself to be a religious
person but still believe in superstition.
Karena kalau seperti itu, buat apa semua hal yang keagamaan
yang telah di dengar dan di bacanya?
Because if that were the
case, what good would it make for all that religious stuff that person has read
or heard?
Masa percaya pada hal-hal kerohanian tapi juga percaya pada
takhayul?
Or would you believe in
religion but also in superstition?
Mana bisalah jadi sejalan dua perkara itu.
Would the two things
walk in harmony?
Jadi janganlah percaya pada takhayul.
So don’t have faith in
superstition stuff.
Jangan berdalih ‘percaya tidak percaya’. Kalau anda
mengatakan demikian maka itu artinya anda percaya pada takhayul.
Don’t come up with
excuses such as ‘but you know what..’. If you say that, it means you are into
superstition stuff.
Dan jangan jadi agen ganda. Mengatakan diri orang beragama
tapi masih percaya takhayul. Buat saya, ini seperti menjadi agen rahasia untuk
2 negara yang saling bermusuhan.
And don’t be a double
agent. Telling people you are a religious person but still believe in
superstitious stuff. For me, this is like being a secret agent for 2 countries
that are at war against each other.
Saya tidak mempercayai takhayul dan juga tidak pada agama.
Logika adalah yang saya percayai sekalipun kadang ada hal-hal yang tidak dapat
dijelaskan oleh logika namun saya tetap lebih mempercayai logika.
I don’t believe in
superstition nor in religion. Logic is my only belief though there are things
that logic can’t explain but I still believe it above all else.
Saya juga mempercayai nasib. Bagi saya, selain kerja dan
kemauan keras, nasib juga berperan.
I also believe in fate.
To me, apart from hard work and strong will, fate plays its part.
Nasib menentukan apakah kita bertemu orang yang akan membawa
kita pada keberhasilan atau sebaliknya pada kesusahan.
Fate destines us to meet
a person or people who will bring success to us or the other way around,
bring trouble.
Nasib menentukan apakah kita akan mati hari ini atau besok.
Fate destines us to die
today or tomorrow.
Jadi saya jelas-jelas tidak percaya bahwa tiga orang yang
berfoto bersama maka orang yang berdiri di tengah akan lebih dulu menemui ajal.
So I clearly don’t
believe that when three people are in the same picture then the person who is
in the middle bound to meet death earlier than the other two.
Saya punya beberapa foto dimana posisi saya tepat berada
ditengah. Setiap kali akan berpose demikian, yang memotret agak enggan memotret
tapi saya selalu mengatakan saya tidak percaya pada takhayul.
I have few photos where
I was positioned right in the middle. And everytime, the one who took the
photos hesitated but I firmly said I don’t believe in superstition.
Tahun 1982 saya mengalami sakit demam berdarah sampai dokter
sudah angkat tangan, mengatakan telah melakukan semaksimal mungkin dan saya
diserahkan pada nasib, apakah akan selamat atau tidak.
In 1982 I had severe
dengue fever that made the doctor said he had done everything he could to save
me but it was up to destiny, would I survive or would I not survive.
Tahun 1989 saya berfoto dengan posisi yang sama sesaat
sebelum pulang ke Bogor setelah bermalam natal di rumah almarhum ibu dari ayah
saya. Di tol, ban belakang mobil kami meledak dan mobil itu terbalik. Keluarga
ayah saya menyesali foto itu. Jangan berfoto bertiga. Jangan berfoto sebelum
pulang ke rumah.
In 1989 I took the same
position when I was photographed with my parents shortly before we left home
after spent Christmas eve at my father’s late mother’s house. In the toll road
the back tire suddenly bursted and made the car rolled over. My father’s
family regretted those photos. Don’t take such photo. Don’t take photo before
you go home.
Tahun 1996 bis yang saya tumpangi selip dan terbalik.
Padahal saya sedang dalam perjalanan menuju kantor yang akan mewawancarai saya.
Saya harus keluar dari bis itu dengan memanjat karena pintunya berada di atas
karena dia terbalik. Dalam keadaan celana agak kotor, sedikit memar dan masih gemetaran
karena kaget dengan peristiwa itu, saya mengeraskan hati untuk tetap meneruskan
perjalanan menuju kantor itu.
In 1996 the bus I was riding on
the way to a job interview when the bus I was riding skidded and rolled over. I
had to climb up to get out through the bus door as its positioned was on top.
Though a little bruised, dusted on the pants and shaken by the unexpected
incident, I was determined to go to the office where I was scheduled to have a
job interview.
Tahun 2001 saya sedang berada dalam kereta Pakuan dari
Jakarta sewaktu tiba-tiba kereta itu berhenti karena sambungan listrik padam.
Kereta lain yang datang dari belakang sama sekali tidak tahu kalau ada kereta
yang sedang malang melintang didepannya sehingga tabrakan pun tidak bisa
dihindari. Saya terlempar jatuh ke lantai dari kursi yang lagi saya duduki.
Sudah itu dalam gelap gulita harus mencari jalan menuju pintu kereta yang
terbuka dan melompat turun dari jarak kira-kira 3 meter. Saya akhirnya pulang
ke Bogor naik taksi yang di sewa dengan beberapa penumpang lainnya.
In 2001 I was in an
express train to get me home from Jakarta when it lost power. Another train which didn’t know about it came in full speed from behind my train and hit it hard. I
was thrown from my seat to the floor as the impact of that collision and in the
dark had to find my way to the door, jumped about 3 meters down and walked to
get to side of the railway. I took a taxi with other passengers to get to
Bogor.
Tahun berikutnya saya harus 2 kali menjalani operasi. Yang pertama
untuk mengeluarkan 50 batu empedu dari kantong empedu saya dan beberapa bulan
kemudian operasi usus buntu sekaligus mengangkat kista yang menempel di luar
saluran indung telur saya.
A year later I had 2
surgeries. The first one was to remove 50 gallstones from my gallbladder and few
months later it was the surgery to remove a cyst from my ovary and also to
remove appendicitis.
Beberapa bulan setelah menjalani operasi kedua, saya
diberhentikan oleh perusahaan tempat saya kerja karena dinilai saya tidak bisa
bekerja dengan baik karena faktor kesehatan. Yap, saya dipecat karena sakit.
Few months after having
the second surgery, the company where I worked decided to let me go because
they thought I could no longer work well due to my health. Yep, I was fired
because I was ill.
Tahun 2012 saya mengalami menstruasi tanpa henti selama 8
bulan. Dokter kandungan memberi obat tapi juga terang-terangan mengatakan kalau
obat tidak bisa menghentikan pendarahan maka saya harus menjalani biopsi untuk
mengetahui apakah penyebabnya adalah myum (tumor) dalam rahim atau gejala
kanker rahim.
In 2012 I had
uncontrollable menstrual for 8 months. The gynecolog said frankly that if the
medicines didn’t stop it then I needed to have a biopsy for him to know what
was the cause. Would it because of a tumor in my uterus or would it sign of
uterus cancer.
Perjalanan hidup yang luar biasa kan? Hehe.
One hell of a life,
right? lol.
Bahkan di saat ketika saya merasa saya sudah tiba di titik
akhir dari kehidupan, saya melewatinya dan kembali sehat, kuat, kembali
berjalan naik dari keterpurukan.
Even when I thought I
have reached the point of no return, I was always survived it. I have always am
back healthy, strong, continue the journey to the summit.
Saya tidak menganggap pengalaman hidup saya yang buruk itu
sebagai akibat terlalu sering mengambil posisi ditengah ketika berfoto bertiga.
I don’t believe my bad
life experiences as the impact of me having too many photos taken of me
positioned in the middle of threesome.
Saya tetap tidak akan mempercayai dongeng takhayul apa pun
sekalipun terjadi hal-hal yang seakan ingin membuat saya mempercayainya.
I still do not believe
any kind of hocus pocus, not even when things occur as if wanting to convince
me that they were true.
Tidak akan pernah!
Never ever!
Sekali pun seisi dunia berupaya untuk meyakinkan saya,
pret!, saya tidak akan pernah mempercayai takhayul apa pun.
No comments:
Post a Comment