Aneh dan lucu juga kalau baru pada bulan Juni tahun ini saya
tahu tentang keberadaan orang luar biasa ini.
It is strange and funny
that I just knew about existence of this remarkable person in June.
Kalau bukan karena teman di facebook yang menemukan Nick di
youtube dan menaruh di wall-nya, mungkin sampai kapan pun saya tidak akan
pernah tahu apa-apa tentang dirinya.
If it was not because of
a facebook friend who found Nick in youtube and shared it on her facebook wall,
I probably would know nothing about him.
Padahal Nick sudah berkeliling ke berbagai negara, bahkan
pernah sampai ke Indonesia pada tahun 2006. Tapi bisa-bisanya saya
sama sekali tidak pernah tahu tentang dirinya.
The fact is Nick has
traveled to many countries, including to Indonesia in 2006. That is strange that I heard or
know nothing about it.
Setelah film The Impossible dan The Pursuit of Happyness
yang saya jadikan sebagai pembangkit dan pendorong semangat, Nick Vujicic
adalah pemberi semangat yang terbesar.
After
making the movies The Impossible and The Pursuit of Happyness as my spirit
lifter, Nick Vujicic is the biggest life motivator.
Bukan itu saja, saya bahkan ingin supaya semua orang tahu
tentang Nick.
Not just that, I even
want everyone to know about Nick.
Bukan karena saya sedang mempromosikan dia. Hehe. Tapi
karena saya mengaguminya.
Not because I am
promoting him. Lol. But it is because I admire him.
Ada banyak orang-orang yang bisa memberikan inspirasi kepada
sesamanya. Saya telah membaca dan menonton cerita tentang orang-orang ini. Saya
mengagumi mereka juga tapi saya merasa lebih bisa merefleksikan Nick dengan
diri saya.
There are many inspiring
people. I have read and seen their stories. I admire them too but I feel I can
relate myself more to Nick.
Ini karena Nick adalah orang luar biasa yang biasa-biasa
saja. Mengerti maksud saya?
This is because Nick is
an extraordinary person who is an ordinary one. Do you know what I mean?
Nick bukan seorang atlit, bukan ilmuwan, bukan seniman, bukan
politisi, bukan pengusaha, bukan seorang yang punya segudang prestasi atau amat
sangat jenius. Beda dengan rata-rata kisah orang-orang dengan keterbatasan
fisik atau mental yang kemudian menjadi berprestasi di bidang olah raga, seni,
pendidikan, bisnis, politik atau bidang lainnya. Dia bukanlah seorang berbakat
ganda.
Nick is not an athlete,
not a scientist, not an artist, not a politician, not a businessman, he is not
a person with lots of achievements or a genius. So it is different with most
people with handicapped who usually shone in sports, art, education, business,
politics or other field. He is not a
multi talented person.
Tapi ketika dia bicara tentang dirinya, tentang hal-hal yang
pernah dirasakannya dan dipikirkannya dan ketika di usia 8 tahun dia merasa
ingin mati saja karena tidak tahu apakah kelak dia bisa mendapatkan pekerjaan,
bisa punya istri dan anak, bukankah semua itu ada dalam rasa dan pikiran semua
manusia?
But when he speaks about
himself, about the things he felt or thought and when at the age of 8 he
thought he wanted to die because he did not know if he could get a job, if he
could have a wife and children, don’t we all have the same thoughts?
Karena siapa yang tidak pernah merasakan kecemasan,
ketakutan, kemarahan, keputusasaan, kebencian dan keraguan?
Because who never feels
worry, scared, angry, despair, hatred and doubt?
Melawan semua itu saja sudah terasa sangat berat dan susah
bagi kita yang bertubuh sehat, dengan anggota tubuh lengkap, punya gelar
sarjana, pekerjaan, pasangan, anak, harta, jadi bagaimana rasanya kalau harus
melawan seluruh emosi negatif itu bila kita adalah Nick.
Fighting those things are
not easy for us who have healthy bodies, not handicapped, have college or
university degree, jobs, spouse, children, wealth, so imagine how would it feel
to fight those negative emotions or thoughts if we were Nick.
Kekurangan, kelemahan, kesusahan dan penderitaan kita akan
terasa sangat kecil dan ringan kalau kita melihat Nick.
Our shortages, limitances,
hardships and misery will feel so small and light if we see Nick.
Saya mengalami banyak hal dalam satu tahun terakhir ini.
Lebih banyak dan lebih berat dari yang pernah saya alami di tahun-tahun
sebelumnya. Dan saya bukanlah seorang yang terlahir dengan memiliki kepribadian
optimis, tahan banting, pemaaf, penyabar serta berkepercayaan diri tinggi.
I have been through a lot
in the past year. More and harder than what I have been through in the previous
years. And I am not born with an optimistic personality nor do I have natural
self resilient, forgiving, patient or have high self confidence.
Perjuangan saya adalah perjuangan ganda karena tidak hanya
harus menghadapi dan melawan fisik, keuangan, orang tua yang sakit, tapi juga
ketakutan, kecemasan, kekecewaan, kemarahan, ketidaksabaran dan kekesalan.
I am having fights against physic, financial, ill parents and also fear, worries, disappointment,
anger, impatience and upsetness.
Kepribadian saya yang tertutup membuat saya lebih banyak
diam dan menyimpan semua konflik batin itu. Saya baru mau membagikannya kalau
saya merasa saya telah berhasil mengatasinya sehingga orang yang mendengar
tidak jadi gerah dan sebal karena isi pembicaraan saya hanya tentang keluhan
dan gerutuan tentang masalah atau kesusahan saya.
Being a reserved person
makes me prefer to be quiet and keep those soul conflicts inside. I only share
it after I feel I have overcame it so I don’t bored people with my conversation
that only about grumbling over my problems or hardship.
Saya ingin ketika orang mendengar saya bicara, mereka
mendengar bagaimana kesusahan dan kepahitan itu tidak mengalahkan saya. Akan
lebih berguna bagi mereka untuk mengetahui bagaimana perjuangan saya mengatasi
semua itu dari pada bila saya mendatangi mereka dengan muka muram, air mata
bercucuran atau pembicaraan yang isinya keluhan melulu.
I want that when I speak,
people hear me talking how I did not and do not let hardship and bitterness
defeat me. It is much more benefit them to know about my struggle to overcome
those things than to see me appear before them with sad face, tears came down
my cheek or hear me grumbling endlessly.
Kita harus malu kalau karena perkara kecil, masalah sepele,
kesalahpahaman ringan sudah membuat kita menyerah, mengamuk, tersinggung,
ngambek, mengadu kemana-mana atau kehilangan semangat hidup.
We should be ashamed if
small incident, minor problem, tiny misunderstanding can make us give up,
enraged, offended, upset, running to get backups from other people or lose the
spirit.
Kalau yang melakukan ini adalah anak berusia 5 tahun atau 15
tahun, yah, saya masih bisa memakluminya. Tapi dalam kehidupan setelah tidak
lagi mengajar di taman kanak-kanak, saya sangat malu untuk mengatakan bahwa
saya menemui banyak orang dewasa yang kelakuannya sama saja dengan anak usia
antara 5-15 tahun.
If a 5 or 15 year olds do
this, well, I can understand. But life after not teaching in kindergarten has
brought me to meet adults whom I am so ashame to see them behave no difference
with 5-15 year olds.
Berhentilah menjadi cengeng.
Stop being such a baby.
Tontonlah film The Impossible dan The Pursuit of Happyness
serta lihat rekaman tentang Nick Vujicic. Hal-hal yang mereka alami mengajarkan
kepada kita tentang ketabahan, semangat dan kedewasaan.
No comments:
Post a Comment