Enak betul ya kalau bisa membaca pikiran orang. Hemat
enerji. Soalnya kita tidak perlu berlama-lama mutar otak, mengamati prilaku
orang, mencoba mengartikannya, menebak tanpa mengetahui tebakannya benar atau
tidak.
Sebagai contoh, saya jadi ingat pengalaman belum lama ini
ketika saya bertemu dengan seorang laki-laki lain yang nyaris membuat hubungan
saya dan Andre berantakan.
For
example, my own recent experience when I met another man who almost ruined my
relationship with Andre.
Pada waktu itu saya sempat gamang karena sekali pun judulnya
punya banyak pengalaman didekati lawan jenis, naksir-naksiran dan jatuh cinta
tapi akhirannya saya bertanya-tanya apa sebetulnya yang ada dalam hati dan
pikiran laki-laki itu.
I was
losing my ground at that time because though I have plenty experience being
wooed by men, have liked and falling in love but at the end I asked myself what
really in that man’s heart and mind.
Apakah dia mencintai saya? Ataukah hanya nafsu? Menjadikan
saya sebagai pelarian? Perempuan yang bisa menghibur hatinya ketika dia sedang
menghadapi masalah dalam negeri?
Was it
love? Or just lust? Making me as a comfort woman to soothe his troubled heart
when he was having problem with his partner?
Sahabat saya, kepada siapa saya mengkonsultasikan perkara
ini, tanpa pernah bertemu langsung dengan lelaki itu dan hanya menyimpulkan
dari apa yang saya ceritakan kepadanya serta memakai penalaran akal sehatnya
akhirnya mengatakan dengan tegas bahwa untuk kebaikan semua pihak, terutama
demi kebaikan saya, lebih baik saya mundur.
My
bestfriend, whom I consulted this thing, having never met the man in person and
just concluded from what she heard from me and applying her common sense,
firmly told me that for everybody’s sake, my own foremost, it is better for me to back off.
Saya membenarkan hasil pemikiran akal sehatnya itu dan saya
padamkan seluruh rasa suka saya pada lelaki itu, saya menjauhkan dan menjaga
jarak dengannya.
I agreed
with her common sense and thus I put the fire off, I distance myself from that
man.
Tapi untuk sampai ke titik itu diperlukan waktu
berhari-hari. Belum lagi enerji yang keluar karena merasa senang, ragu, kesal,
penasaran, sedih dan marah. Coba bayangkan betapa enaknya seandainya saya bisa
membaca isi hati dan pikiran laki-laki itu dari awal. Kan kalau saya tahu tidak
ada cinta dalam hatinya, dari awal saya tidak akan jadi rada-rada mabuk
kepayang menerima segala perhatian dan kebaikannya. Hehe. Atau kalau memang ada
cinta dihatinya tapi ada pertimbangan atau keraguan lainnya, kan lebih enak kalau
saya tahu dari awal sehingga saya juga bisa menentukan sikap.
But it took
me days to get to that point. Not to mention the energy I have spent when I
felt happy, uncertain, upset, curious, sad and angry. Just imagine how nice it
would be if I could read his mind and heart from the start so when I knew it
was not love then his attention and kindness would not turn me head over heels.
Lol. Or if there was love it would also do me a favor if I could tell if it was
love he had for me so I could make up my mind.
Tapi di sisi lain, untung juga manusia tidak mempunyai
kemampuan bisa membaca pikiran. Kalau tidak, bisa ketahuan dong segala
kebohongan dan kepalsuan dalam hati dan pikiran. Hehe.
But in
other side, lucky us that we don’t have the ability to read each other’s mind.
Because if not all the lies and fakes would be known by others. Lol.
Contohnya, dulu ada orang yang merasa tersinggung hanya oleh
karena hal yang menurut saya amat sangat sepele. Tapi menurut orang-orang itu,
saya telah menunjukkan sikap yang amat sangat tidak sopan dan tidak hormat
kepada mereka.
For
example, there were people who felt offended by something that in my opinion as
a very minor thing. But they thought that I have shown such a very impolite and
disrespectful attitude to them.
Saya mengalah. Saya meminta maaf. Bila mereka ingin saya
memperlakukan mereka dengan sopan dan hormat, yah, apa susahnya sih buat saya?
Sejak itu pula saya memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan tapi
tahukah mereka kalau sembari melakukan hal itu, dalam hati saya memaki fuck you
atau mengacungkan jari tengah saya? Hehe. Jadi kesopanan dan hormat yang saya
tunjukkan adalah palsu seribu persen. Hehe. Bukan salah saya. Mereka bisa
memaksa saya melakukan apa yang tidak ingin saya lakukan tapi mereka tidak bisa
melakukan hal yang sama untuk hati dan pikiran saya.
I bowed. I
apologized. If they want me to treat them with respect, hell, that is not a
hard thing to do. Eversince that I give them what they want but would they
guess that while I am doing it, in my heart I curse fuck you or point my middle
finger? Lol. So my courtesy and respect are one thousand person fake. Lol. They
can force me to do what they want but they can never do the same about my heart
and my mind.
Saya orang yang lebih mementingkan apa yang ada dalam hati
dan pikiran dari pada apa yang orang tampilkan dari luar. Karena muka, lidah
dan prilaku bisa di setel sesuai dengan waktu, situasi dan siapa yang sedang
dihadapi. Tapi hati dan pikiran berisi kejujuran.
I am
someone who thinks what is in heart and mind are more important than what
people put on show. Because face, tongue and attitude can be altered according
to time, situation and whom we are with. However, heart and mind speak about
honesty.
Kalau saya mencintai seseorang maka saya melakukannya dengan
seluruh kejujuran dalam hati dan pikiran.
When I love
someone, I am doing it with all the honesty in my heart and mind.
Ketika saya menerima seseorang sebagai sahabat, saudara atau
orang tua maka saya juga melakukannya dengan seluruh kejujuran dalam hati dan
pikiran.
When I am
accepting someone as bestfriend, brother/sister or parents, I am doing it with
all the honesty in my heart and mind.
Ketika saya merasakan kekaguman dan rasa hormat kepada
seseorang tanpa paksaan atau kewajiban maka yakinlah bahwa hal itu saya lakukan
dengan seluruh kejujuran dalam hati dan pikiran.
When I have
admiration and respect toward someone with no force or obligation, be certain
that I am doing it with all the honesty in my heart and mind.
Sampai pada suatu hari saya melihat rekaman yang di buat
oleh sebuah rumah sakit. Rekaman dari youtube ini di taruh oleh seorang teman
di wall facebooknya dan tidak sengaja saya melihatnya ketika sedang membacai
status teman-teman facebook saya. Ya, sesibuk-sibuknya saya, setiap hari selalu
saya sempatkan untuk membacai status mereka.
Until one
day I saw a video made by a hospital that was in youtube and attached to my
facebook friend. I saw it when I was reading my facebook friends statuses. Yep,
everyday I make time to read their status no matter how busy I am.
Cleveland Clinic di Amerika membuat rekaman yang menurut
saya sangat unik dan bagus karena mereka merekam beberapa orang yang berada
atau datang ke klinik itu, mewawancarai mereka dan kemudian dengan kalimat yang
tidak terlalu panjang menuliskan hasil wawancara itu yang menggambarkan dengan
sederhana tapi menyentuh tentang apa yang sedang dihadapi, dipikirkan dan
dirasakan oleh orang-orang tersebut.
Cleveland
Clinic, in USA made this footage that I think very smart and good because they
interviewed the patients who were in there or who came there and then
summarized it with short, simple but touching sentences.
Ada dampak baik terhadap diri kita bila kita tidak menjalani
hidup dengan hanya berfokus kepada diri sendiri, pada hal-hal dalam pikiran
atau perasaan kita, pada keadaan yang sedang kita hadapi.
It will do
us good if we live our lives not focusing on ourselves, on the things in our
minds or feelings, on the situation that we are facing.
Ini bukan pelajaran tentang bagaimana berempati kepada orang
lain.
This is not
to tell you about empathy.
Ini adalah tulisan ke empat setelah The Impossible, The
Pursuit of Happyness dan Nick Vujicic yang saya buat dengan tujuan supaya saya
sendiri tidak lupa dengan hal-hal positif yang saya dapatkan dari dua film dan
Nick ketika saya sedang tenggelam dalam berbagai emosi negatif akibat dari
hal-hal yang menimpa diri saya dan orang tua saya dalam setahun terakhir ini.
This is my
fourth post after The Impossible, The Pursuit of Happyness and Nick Vujicic so
I don’t forget about the positive things I got from those two movies and Nick
when I was dealing with negative emotions, side effects of the hardship my
parents and I endured in this past year.
Ketika masalah, penderitaan, penyakit, kegagalan atau
kesusahan menimpa kita, apalagi kalau itu terjadi untuk waktu yang panjang dan
tidak menunjukkan tanda-tanda menuju perbaikan atau menunjukkan tidak ada jalan
keluar maka alam pikiran serta perasaan kita dipenuhi dan dibebani oleh semua
itu.
When
problem, misery, illness, failure or hardship fell upon us, especially when it
happens for quite a long time and shows no sign of improvement or no way out,
it makes our minds and feelings fill and burdened with it.
Kalau hal memikirkan dan merasakan semua hal itu tidak
memberikan dampak negatif seperti menjadi depresi, putus asa atau menciptakan
penyakit seperti migran, maag, anoreksia.. ya, silahkan saja dipikirkan dan
dirasakan siang dan malam. Hehe.
If thinking
and feeling all those things will not bring negative side effects such as
depression, desperation or creating illness like migraine, digestive problem,
anorexia.. well, go ahead with thinking and feeling them day and night. Lol.
Saya sudah merasakan sendiri bagaimana saya jatuh dalam
depresi dan harus bersusah payah bangkit, keluar dan mengalahkan depresi itu.
I have had
it myself how I fell on depression and had to struggle my way to get up, get
out and conquered it.
Jalan untuk keluar dari fokus terhadap diri sendiri adalah
dengan melihat ke sekitar kita. Bicara dengan orang lain. Mendengarkan orang
lain. Ini cara paling manjur untuk membuat kita tidak merasa sebagai orang yang
paling susah dan paling menderita di dunia ini. Cara paling berhasil untuk
mengurangi egoisme, ketakutan dan ketidakpuasan kita.
The way out
from being self centered is by seeing around. Talk to other people. Listen to
them. This is the best way to make us feel not as the only one who suffer on
earth. This is the right way to make us less selfish, less scared and less
content.
Saya masih menghadapi keadaan yang tidak menunjukkan tanda
perubahan sebesar, sedrastis dan secepat seperti yang saya inginkan dan
harapkan tapi saya belajar untuk bisa menerimanya, menyederhanakan diri saya,
berbahagia dengan apa yang ada, berdamai dengan kemarahan, kekecewaan dan
ketakutan tanpa kehilangan tujuan, harapan serta cita-cita hidup.
I am still
facing situation that does not showing changement as big, drastic and fast as I
want and expect but I learn to accept it, to simplify myself, to be happy with
what I have, to make peace with anger, disappointment and fear without losing
my life purpose, hope and dreams.
Tidak mudah memang. Saya menghadapinya setiap hari, setiap
detik. Tapi saya tetap berusaha.
Yes, it is
not easy. I deal with this every day, every second. But I keep trying.
No comments:
Post a Comment