GOOD READINGS
Mungkin kedengarannya aneh kalau saya bilang bahwa dulu saya pernah mengalami kesulitan dalam belajar membaca.
TK tahun 1977 beda banget sama TK jaman sekarang. Tidak ada tuh anak TK diajarin baca tulis berhitung. Enaknya ya anak-anak pada waktu itu kurang stressnya dibandingin sama anak jaman sekarang. Tapi ya ruginya waktu masuk SD banyak yang belum bisa baca. Termasuk saya.
Saya ingat belajar membaca bisa sampai nangis-nangis karena ibu saya yang mantan guru SMA itu galaknya minta ampun. Semakin stress, semakin tidak ada satu pun yang bisa saya mengerti.
Ayah saya mengambil cara pendekatan berbeda. Dibawanya saya ke toko buku dan diperkenalkannya saya pada komik.
Komik membuat saya bisa membaca. Bahkan akhirnya membuat saya jadi kutu buku.
Jaman anak-anak dulu saya pernah berlangganan majalah Bobo, Si Kuncung, Ananda, Kawanku dan Hai. Lalu majalah Gadis sewaktu saya mulai remaja. Kemudian Femina, Intisari dan Readers Digest setelah saya kuliah dan bekerja.
Tapi komik tetaplah bacaan yang saya sukai. Ada pun komik yang saya sukai adalah Tintin. Sampai sekarang pun saya masih tetap menyukainya. Tintin, Kapten Haddock, Snowy, Profesor Calculus, si kembar Thomson dan Thompson serta Bianca Castafiore berjasa besar membuat saya bisa membaca dan membangkitkan minat baca saya. Top!.
Lalu di saat saya masih SD (1978-1984) komik yang saya sukai adalah Nina. Sayangnya saya tidak mengoleksi. Tapi dasar beruntung, saya ketemu dengan nyokap dari mantan murid saya yang umurnya kira-kira sebaya dengan saya dan dia mengoleksi komik itu sehingga saya bisa pinjam. Hehe.
Saya tidak terlalu suka dengan komik Superman, Spiderman atau komik silat. Mungkin karena saya perempuan. Baca komik-komik itu sih memang pernah tapi tidak jadi ngefans.
Lalu di jaman SD itu ada komik cerita dari 5 Benua, cerita Mahabrata dan kesukaan saya adalah kisah-kisah Hans Christian Andersen. HC. Andersen merangkum berbagai cerita dari benua Eropa. Kisah-kisah yang membuat imajinasi saya berkembang; Anak Itik yang Buruk Rupa, Prajurit Timah, sampai ke Hansel dan Gretel.
Oh, dan pastinya juga Donald Bebek. Siapa yang tidak suka sih dengan Mickey, Goofie, Pluto, Minnie, Donald, Daisy, Paman Gober dan trio keponakan Donald Bebek; Kwik, Kwek dan Kwak, lalu juga ada Gerombolan Si Berat, Mik Mak, si penyihir Mini Hitam.
Hehe. Hafal ya saya nama-nama tokohnya. Saya pernah diketawain orang ditempat kerja saya ini karena sewaktu ada yang menyumbang komik Donald Bebek langsung saya sandera dulu supaya bisa saya baca.
Komik jaman sekarang malah tidak saya sukai karena umumnya model komik Jepang, komik manga. Menurut saya yang namanya komik ya yang model Tintin, Nina, Superman, Cinderella, Peter Pan. Itu komik klasik.
Dari komik berkembang ke buku. Jenis buku yang saya sukai adalah yang menceritakan tentang pengalaman si penulis seperti tulisan NH. Dini dan Laura Ingalls Wilder.
Ada buku-buku sastra jaman jadul yang tetap enak buat dibaca sampai kapan pun. Favorit saya adalah karya Sutan Takdir Alisjahbana. Lalu buku-buku seperti Gone With The Wind, Little Women juga saya favoritkan.
Antara umur 16-25 tahun (1987-1996) saya sempat juga tergila-gila membaca novel. Penulis favorit saya adalah Mira W. Tapi lewat dari usia 25 tahun, anehnya pelan-pelan kesukaan saya pada novel berkurang dan akhirnya hilang.
Lucu juga melihat bahwa umur mempengaruhi jenis buku yang seseorang sukai.
Tapi dari dulu sampai sekarang, jenis buku filsafat tidak pernah saya sukai. Kadang saya baca juga. Bukan karena suka tapi karena kepingin tahu saja si filsuf ini ngebahas apa saja sih dalam bukunya. Itu pun saya bacanya melompat-lompat supaya cepat selesai. Hehe. Kadang sebelum selesai sudah saya lemparkan buku itu ke lantai karena… bosan. Aduh mak, biar dikata tu orang cendikiawan yang super duper pintar tapi buat saya jalan pikirannya… alamakjan, rumit banget.
Rekan kerja merangkap teman, sahabat dan adik saya ditempat kerja saya sekarang ini adalah penggemar bacaan filsafat.
Nah, dalam bayangan saya, yang suka dengan bacaan jenis ini adalah orang yang serius. Jadi aneh kan kalau orang yang punya rasa humor tinggi, yang suka ngeledekin dan ngejahilin saya ini kok ternyata senang baca buku filsafat.
“Bacaannya berat”, dia senang meledek saya kalau dilihatnya saya sedang mengamat-amati buku filsafat.
“Berapa kilo?” balas saya meledeknya.
“Ya sekilo 70 puluh rebu sih saya kasih deh buat si empok” jawabnya sambil tertawa.
“Ye, bang, mahal banget”
Tuh kan. Begitu deh kalau kami sudah mulai ngelantur, omongannya tetap saja bisa nyambung. Uniknya dua orang yang sama konyolnya ternyata punya selera berbeda dalam hal memilih jenis bacaan. Hehe.
Buku yang paling sensasional tentunya adalah Harry Potter. Sekalipun saya menyukainya tapi saya berpendapat buku ini tidak tepat untuk masuk kategori buku anak. Imajinasi JK Rowling memang luar biasa tapi banyak sisi dalam kisah Harry Potter yang tidak tepat untuk konsumsi bacaaan anak SD karena melibatkan tentang pembunuhan, permusuhan, kecurigaan dan balas dendam.
Tapi pssst… jangan bilang-bilang ya, kalau misalnya saya punya tongkat sihirnya Harry Potter dan ramuan Polijus, pasti ada banyak yang bakal kena saya kerjain. Hehe.
Nah sekarang masalahnya adalah mau ditaruh dimana lagi itu buku-buku koleksi saya? Semua lemari dirumah sudah sesak dengan buku-buku saya. Di kamar saya saja mereka saling bertumpukan. Diatas lemari, diatas kursi, diatas kardus. Duh, kadang puyeng juga ngeliatnya.
Nanti setelah saya sudah punya rumah seabrek gedenya, bakal saya bikin satu ruangan buat jadi perpustakaan merangkap ruang baca dengan lemari-lemari buku yang tinggi-tinggi. Disitu akan jadi sarang saya karena buat saya tidak ada tempat yang paling nyaman selain tempat dimana saya dikelilingi dengan buku.
__________________________________________
You might find it strange if I told you that many years ago I had reading problems.
Kindergarten was so different back then in 1977 when I first enrolled it. There was no reading nor math lesson. It made us less stress compared with the kids in present time. But it also disadvantaged us because it could be said that we were illiterate when we entered elementary school.
Learned how to read really stressed me like hell especially because my mother, who was a former highschool teacher, was so stern when she taught me to read.
My dad used different method. He took me to bookstore and bought me my first comic book.
Comic books taught me how to read. Infact it was a stepping stone on making me a book worm.
I subscribed 4 children magazines when I was in elementary school. Adding two more when I was in in my teen years. Later I subscribed different kind of magazines when I was in college and after I graduated from college.
But comic books are still my favourite reading ever. And the best of them is Tintin. I owed him, his dog Snowy along with his friends a big thanks for able to make reading as a fun thing to do. You guys rock!.
In my elementary school, in between 1978-1984, there was another comic series that I liked and it was Nina. Too bad I didn’t make it into my collection but it’s just my luck to find a mother of my former student who collects it so I can borrow it from her.
However I don’t really into Superman, Spiderman or kungfu comics. Maybe because I am a girl. I read them but not really in tune for those kind of comics.
Hans Christian Andersen’s stories mesmerized me. My imagination flew as I read those stories. Never get enough of them.
Walt Disney’s comics are among my favourite comics. I am smitten by Disney characters. Who wouldn’t? I don’t care I was laughed by the people in my work place for loving to read Disney’s comics.
Comics led to book. The type of books I like to read are about inspiring or life stories of the author. But I also like to read classic literature books such as Gone With The Wind or Little Women.
When I was 16-25 years old I was very much into novel books, romances kind of stories. But it faded and gone after I got older.
It’s funny to see that age plays some influence in my books preference.
But philosophy books remain as my very unfavourite books. I read some occassionaly. Not because I like them. I just wanted to know what the philosopher had on mind. It happened quite often that I threw the book to the floor before I read it all because… I found it boring. I mean, to the world the guys are probably considered to be jeniuses but to me their ways of thinking are so complicated.
My coworker whom I seen as my friend, my buddy and my brother is a great fond of philosophy books.
“It’s a heavy reading” he would tease me whenever he sees me examining a philosophy book.
“Yeah? How heavy is it?” I teased him back.
“I would give it for only 70 thousand a kilo just for you, madame” he laughed.
“That’s too much” I played along in his silly conversation.
In my thought people who like philosophy are serious people. My friend here is not. He has the same sense of humor as mine that making us can joke each other at anytime.
The most sensational book is definitely Harry Potter. Though I am a great fan of it and admire JK Rowling’s broad imagination, I think it is not a proper book for young children considering the books have too much elements of anger, vendetta and suspicion.
However, if I ever had Harry Potter’s wand and Polijus poison there would be some people I love to play trick upon. Lol..
Now the thing is my house is full with books. I have stacked them in every cabinets, cupboards, boxes that I don’t know where else to store them. My bedroom has already full with them that it gives me headache to look at them.
No comments:
Post a Comment