Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, August 13, 2012

Cinta (5) / Love (5)


Persaudaraan / Brother-Sisterhood

Saya suka bingung kalau melihat ada kakak beradik yang bisa tidak akur satu dengan lainnya. Sementara saya yang tidak berkakak dan beradik malah sampai sirik melihat orang-orang yang punya kakak atau adik.

Ya.., itu dulu..

Sekarang saya malah bersyukur saya tidak punya kakak atau adik. Hidup menjadi lebih sederhana bagi saya dengan membawa diri sendiri. Setidaknya berkuranglah beban pikiran saya.

Wah, cara berpikir yang aneh, mungkin begitu pendapat anda. Bukankah beban dalam hidup akan menjadi lebih ringan bila ditanggung bersama-sama.

Ya, benar.

Tapi itu kalau beruntung punya kakak atau adik yang kompak dengan kita. Kalau yang bawaannya ngajak bentrok mulu, gimana coba? Namanya juga manusia. 1001 macemnya. Biarpun keluar dari satu rahim tapi ga jamin semua semodel.

1979
Saya dengan almarhum adik bungsu saya, misalnya, bagai langit dan bumi. Dia lucu, centil dan menggemaskan. Sementara saya? Saya serba kebalikannya. Pendiam dan pemalu.

Dia meninggal diusianya yang belum lama menjadi lima tahun. Jadi saya tidak tahu seperti apa dia kalau umurnya panjang. Entah akan menjadi seperti bagaimana pula hubungan kakak beradik di antara kami. Saya tidak bisa membayangkannya.

Sekarang pun tidak banyak yang bisa saya ingat tentang dia. Saya memang cenderung tidak mau mengingat hal-hal menyakitkan hati yang pernah saya alami. Begitu kuatnya kemauan itu hingga akhirnya saya betul-betul bisa menghapusnya dari ingatan saya. Dan kehilangan dua orang adik dalam rentang waktu hanya 7 tahun bukanlah sesuatu yang mau saya ingat.

Saya tidak pernah berdoa meminta Tuhan mengirimkan pengganti mereka tapi ternyata saya bertemu dengan orang-orang yang kemudian menjadi kakak dan adik saya.

Charlene. 1989
Orang-orang pertama yang mendeklarasikan diri saya sebagai adiknya adalah 2 sahabat pena saya di Amerika. Kami bersahabat pena dari tahun 1989 sampai sekarang. Dari jaman belum ada internet, dari masa kami masih sama-sama anak sekolahan sampai yang satu sudah menjadi ibu dari 2 anak remaja dan yang lain adalah ibu dari seorang anak lelaki.

Mereka berdua menyebut saya ‘my sister’ dan kerap membubuhkan singkatan ‘Lylas (Love you like a sister atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘mencintaimu seperti saudaraku’) di akhir surat-surat atau email-email mereka. Dulu saya tidak pernah menanggapi dengan serius. Tapi perjalanan hidup membuktikan ternyata mereka ini serius.

Sewaktu Indonesia dilanda kerusuhan politik atau ketika terjadi bencana alam yang lumayan serius sampai diliput oleh media internasional, mereka bergantian menelpon saya untuk memastikan bahwa kami baik-baik saja disini.

Perhatian mereka tidak hanya sebatas itu. Netbook yang saya pakai sehari-hari adalah hadiah ulang tahun yang dikirimkan oleh seorang dari mereka. Besar atau kecil hadiah yang mereka berikan bukanlah yang saya utamakan. Yang terutama adalah perhatian dan cinta mereka kepada saya, yang jelas-jelas adalah orang yang tidak sedarah sedaging dengan mereka, orang asing bagi mereka, tinggal diseberang samudera dan yang belum pernah mereka temui secara langsung selama 22 tahun ini.

Tapi itulah kekuatan cinta.

Menerobos batas negara, menembus perbedaan ras, menjembatani segala perbedaan dan mendamaikan konflik.

Lalu bagaimana dengan yang ada di negeri sendiri?

Keke & Santi, 1990
Seorang teman dari jaman kuliah dulu kini menjadi orang yang memiliki rasa persaudaraan dengan saya. Karena kami lahir di tahun yang sama dan bahkan di bulan yang sama maka tidak jelas siapa yang menjadi kakak dan siapa yang menjadi adik. Hehe. Yang pasti sih, kami saling berganti peran. Kadang yang satu menjadi adik, lalu di saat yang lain berperan sebagai kakak.

Selain itu di tempat kerja saya saat ini saya tidak menduga bisa menemukan dua orang yang merasakan kasih persaudaraan. Yang seorang wanita dan lebih tua dari saya sementara yang lain adalah seorang laki-laki.

Buat saya ini pengalaman baru untuk bisa merasakan cinta persaudaraan dengan seorang laki-laki.

Biasanya jenis hubungan yang saya miliki dengan laki-laki adalah dalam bentuk pertemanan, persahabatan atau hubungan cinta asmara. Jadi agak lucu juga saya bisa bertemu dengan seorang yang umurnya jauh dibawah saya dan laki-laki pula yang bisa nyambung dengan saya tanpa kami terlibat dalam hubungan cinta sebagai laki-laki dan perempuan.

Kalau orang melihat kami mengobrol, bercanda, saling jahil menjahili, ledek meledek, berdiskusi sampai berbagi makanan dan minuman, bahkan tanpa ragu makan atau minum dari tempat yang sama serta bergantian bermanja-manja, wah, mereka tentu mengira ada sesuatu diantara kami.

Sebetulnya yang ada di antara kami adalah cinta persaudaraan.

Tidak dengan semua orang tentunya kita bisa memiliki cinta persaudaraan. Yang saya miliki saat ini jumlahnya tidak banyak. Tapi toh saya merasa menjadi ‘kaya’ karena memiliki mereka. Mereka bernilai tinggi di mata saya.

Di postingan blog saya sebelumnya saya menulis bahwa saya orang yang terlalu mandiri sampai saya tidak mau membiarkan orang masuk terlalu jauh ke dalam hati saya. Karena itu mereka yang saya ijinkan masuk sampai jauh ke dalam hati saya adalah orang-orang yang saya tahu adalah mereka yang istimewa dan sudah melewati tahun-tahun kebersamaan yang membuat kami saling mengetahui ‘warna asli’ masing-masing.
______________________________________

It amazes me to see brothers or sisters can’t get along well. While I myself who doesn’t have any brother or sister oftenly feel jealous toward people who have brother or sister.

Well, that was then..

Now I am glad I don’t have any brother or sister. Life is so much simplier for me. No need to have troubled mind cause by them.

That’s one weird thinking, you may say. Wouldn’t a burden feel lighter when you don’t have to carry it yourself?

Yes, that’s true.

But it’s when you’re lucky to have good and strong relationship with your brother or sister. What happens if it is the other way around? We all aware of how people are. 1001 types. Those who share the same womb are still not come out in one same type of person.

My late sister and I for example, we were like heaven and earth. She was adorable and funny while I was a quiet shy kid.

She died not long after she had her fifth birthday. So I don’t know what she would be like should she lived longer. Or how would it be like for us as sisters. I really can imagine it.

There are not much I can remember about her. I don’t like keeping hurtful memories. It is so strong that I can remove them off my memory. And losing two sisters in just 7 years is not a happy memory that I would like to keep.

I never asked God to send me replacement for the sisters He took from me. But strangely life brings them to me.

Lori. 1990
The first people who declared me as their sister are my pen-friends from USA. We have been friends since 1989, long before internet has become as sophisticated as it is today, it was when we were students in high school and in college. Now they both are mothers to teenagers.

They both called me sister and write ‘Lylas’ (Love you like a sister) at the bottom of their letters or emails. The thing I didn’t take it seriously until years gone by and it is proven that they really meant it.

There were time when Indonesia had political unrest or earthquake, flood, landslide so serious that international media covered it. This worried them so much that they took turned in calling me just to make sure that me and my parents were doing just ok.

That was not just their way of showing their attention and love to me. The netbook I am using now is actually a birthday present from one of them though I have to say that it is not the amount or value of their gift that I treasure. It is their attention and love to me, who clearly is not their flesh and blood, a foreigner, lives so far away across the ocean and of whom they have never met in person in these 22 years.

But that’s the power of love.

It crosses borders, make race not a big deal, build a bridge over differences and conflicts.

And how with my own fellow countrymen?

An old friend from college has turned into my sister. We were born in the same year and even in the same month so it is not clear who acts like big or younger sister. Each of us take turn in play the role.

Beside that, I found someone at work of whom I truly love as a brother. It's kind a new for me because the kind of relationship I have with men is usually in between friendship, bestfriend or romance. 

It can be deceiving though if people see how the two of us talk, joke or tease each other, when we have discussion or when we share our meals, not hesitate to eath from same plate or drink from same glass or when we talk passionately one to another, they would think we have something more going on.


But we are just two unrelated people by blood who feel and treat each other like brother and sister.

There are not much people with whom we can feel or have such close bonding so I am extremely grateful and feel so rich for having few people whom I can call my sister and my brother.

In my previous post I wrote that I am a very independent person who don’t want to let people get inside my heart too deep. The ones I allow to get inside are very special people of whom time has shown each of our ‘true color’ as a person and as a sister or brother.

No comments:

Post a Comment