Apakah kebahagiaan itu? Apa yang membuat seseorang bisa
mengatakan ‘aku bahagia’?
What is happiness? What
makes somebody can say ‘I am happy’?
Ketika segalanya berjalan lancar dalam satu hari, itukah
kebahagiaan? Atau saat mendapatkan sesuatu baru itu dapat dikatakan sebagai
suatu kebahagiaan?
When everything goes
smoothly in a day, is that happiness? Or getting something is called happiness?
Beberapa minggu lalu ini menjadi tema diskusi grup pemuda
kami.
Few weeks ago it was our
youth group discussion theme.
Saya mendengarkan mereka bicara. Dalam diam, saya mencerna
maknanya. Menyimak pendapat setiap anggota kami.
I listened them talked.
In my quietness, I absorbed its meaning. Grasping each of our group member’s opinion.
Buat saya, setiap orang memiliki definisi, pengertian atau
konsep kebahagiannya.
To me, every one of us
has our own definition, understanding or concept of happiness.
Bagi seorang anak berusia tiga tahun, kebahagiaan adalah
ketika dibelikan mainan oleh orang tuanya.
A three years old toddler
defines happiness as when her parents bought her a toy.
Sementara untuk seorang anak berusia sepuluh tahun, kebahagiaan
adalah saat dia bermain sepak bola dengan teman-temannya.
While for a ten year
olds, happiness is when he plays football with his friends.
Lalu si remaja berusia lima belas tahun, kebahagiaan datang
ketika dia lulus ujian dengan nilai yang bagus.
The fifteen year teenager
feels happy when she or he passed the exam with good grades.
Pemuda dan pemudi bahagia ketika menjadi sarjana, ketika
mendapat pekerjaan dan merasakan punya uang sendiri dari hasil jerih payahnya.
The young man and woman
feel happy when earning college or university degree, when landing on a job and
enjoying the money they are making.
Semakin bertambah usia, semakin banyak pula tuntutan dan
keinginan seseorang sehingga kebahagiaan tidak lagi menjadi sederhana dan
bukanlah hal yang mudah untuk didapatkan.
The older a person is,
the more are he or she demand and wishes so happiness is no longer a simple
thing and it becomes hard to get.
Hikmat mengatakan kebahagiaan adalah pola pikir.
Wisdom says happiness is
all about mindset.
Seseorang bisa memiliki segalanya tapi bila pola pikirnya
terlalu rumit, terlalu penuh dengan tuntutan, terlalu ingin semua berjalan baik
dan merasa tidak pernah cukup.. maka dia akan selalu mengatakan atau berpikir
dirinya tidak bahagia.
Somebody can own the
world but if his mindset is complex, demanding, wanting everything to go well
and never feel enough, he or she will always say or think of him/herself not
happy.
Otak kita memilah-milah setiap peristiwa, manusia dan hal
dalam dua folder; yang membuat bahagian dan yang membuat tidak bahagia.
Our brain sort every
moment, people and things into two folders; the ones that make us happy and the
ones that make us unhappy.
Hari Minggu kemarin misalnya, satu hari itu berganti-ganti
saya merasa bahagia dan tidak bahagia.
Last Sunday for example,
I felt happiness and unhappiness took turn in one day.
Seseorang menemui saya di pagi hari dan tanpa ucapan selamat
pagi atau senyum khasnya, teguran bahwa dia tidak menerima sms yang biasanya
saya kirimkan setiap Sabtu sore menjadi salam pembukanya sampai saya yang sudah
tersenyum dan mengulurkan tangan ke arahnya terheran-heran sambil berpikir
jangan-jangan sepanjang malam sampai bangun pagi dan sepanjang jalan menuju
kantor saya, hal itulah yang ada dalam pikirannya sehingga hal lain menjadi
tidak ada artinya lagi.
Somebody met me in the
morning and without any good morning or his smile, his opening line was he
didn’t get the text I usually sent out on Saturday afternoon which made me who
already put a smile on my face and reached my hand out to him wondered as I
thought maybe he spent all night thinking about it all the way to the morning
after he got up and drove to my office, that was all he had on mind so other
things were meaningless.
Saya jengkel. Ok, sms itu berarti segala-galanya.. tapi sebegitu
besarkah artinya sampai bisa menghilangkan kebiasaan menegur selamat pagi dan
tersenyum.. apalagi kami bisa dikatakan hanya bertemu seminggu sekali.
I was upset. Ok, so that
text means everything.. but was it meant the world that it could take off the
good morning greetings and the smile.. especially since we meet just once a
week.
Otak saya mengkategorikannya sebagai ketidakbahagiaan dan
saya menjadi tidak berbahagia karena peristiwa sms keparat itu.
My brain categorized it
as unhappiness and I was unhappy because of that darn text thing.
Saya mencoba untuk tidak memikirkannya. Saya berusaha untuk
bisa menerima dan memaafkan. Mengambil hikmahnya.
I tried not to think
about it. I tried to accept and forgive it. Tried to get the lesson.
Aktivitas kantor dan berbagai macam manusia silih berganti
menyibukkan saya. Tapi tidak-bahagiaan saya akibat dari peristiwa sms keparat
itu tetap membayangi seperti awan hitam yang bergantung terus di atas kepala
saya.
Various of activities and
people at work took turn in keeping me busy. But my unhappiness out of that darn text kept following me like a dark cloud hanging above my head.
Lalu menjelang tengah hari, bersama dua orang teman, kami
berfoto-foto. Walau sebetulnya saya tidak terlalu suka dengan nuansa Valentine
yang sarat dengan unsur feminin tapi kebersamaan kami, tawa dan canda kami
berhasil mengusir ketidakbahagiaan itu.
As noon approached, along
with two friends we took some photos. Though I am not too fond of Valentine stuff
that is so feminine but our togetherness, the laugh and our jokes were able to
get rid that unhappiness.
Ketika Andre datang menjemput saya, saat dia memeluk dan
mencium saya, ketidakbahagiaan yang membuat hati saya mendung dari pagi semakin
tak bersisa.
When Andre came to pick
me up, when he hugged and kissed me, the unhappiness that clouded me from
morning left with no trace.
Kita tidak mungkin tidak merasa bahagia.
There is no way for us
for not feeling happy.
Saat segalanya tidak berjalan dengan baik atau bahkan ketika
orang-orang tersayang berubah menjadi menyebalkan, bukan berarti kita tidak
bisa merasa bahagia.
When things don’t go well
or even when loved ones turn into assholes, it doesn’t mean we can’t feel any
happiness.
Jangan biarkan satu orang atau satu peristiwa membuat kita
tidak berbahagia karena masih ada banyak hal-hal dan orang-orang lain yang
membawa kebahagiaan dalam kehidupan kita.
Don’t let one person or
one incident make us unhappy because there are many things and people bringing
happiness into our lives.
Kebahagiaan sejati bagi saya adalah ketika kita bisa
melihat, menyadari, menghargai, mensyukuri dan menikmatinya.
True happiness for me is when we can see, realize, appreciate, be thankful and enjoying it.
No comments:
Post a Comment