Dulu ada film kocak berjudul ‘How to lose a guy in ten
days’.
There was a
funny movie with the title ‘How to lose a guy in ten days’.
Film itu berkisah tentang seorang penulis di majalah yang sedang menyusun artikel tentang bagaimana cara wanita membuat pacarnya memutuskan hubungan. Dan dia membuat target hal itu akan bisa terjadi hanya dalam waktu sepuluh hari.
The movie
was about a magazine writer who was about to write an article about what women can do to get rid her boyfriend. And she targeted it to happen in just ten days.
Film itu sebenarnya menyampaikan pesan bahwa lebih mudah
untuk mengacaukan segalanya dari pada mempertahankannya.
The movie’s
message is it is easy to screw everything than to keep it intact.
Sikap kita, perbuatan kita, perkataan kita, kebiasaan kita,
sifat kita, latar belakang kita, keyakinan kita dan seribu satu hal lainnya dalam
diri kita cenderung untuk bikin orang angkat kaki dari sisi kita dari pada
membuat mereka betah bertahan disisi kita sebagai teman, sahabat, pasangan,
keluarga, rekan kerja, tetangga, pembantu atau karyawan kita.
Our
attitude, our behavior, our words, our habits, our characters, our backgrounds,
our belief and million other things in us tend to kick people off us than to
make them choose to stick with us as friend, bestfriend, partner, family,
colleague, neighbor, maid or employee.
Contoh, belum lama ini saya berkenalan dengan seseorang yang
saya kategorikan sebagai pribadi yang ‘unik’ (ehem.. maksudnya: ‘agak aneh’).
For
example, I recently met somebody whom I classified as a ‘unique’ individual
(umm.. I meant: ‘a little freak’).
Dia mengatakan bosan dan kesepian. Aktivitas dan pergaulannya
memang terbatas. Jadi tidak heranlah kalau rasa bosan dan sepi mengikutinya
setiap hari.
He said he
is bored and lonely. So he has limited activity and limited contact with other
people so no wonder if boredom and loneliness fill his days.
Logika saya mengatakan, kalau saya berada dalam posisinya
maka saya pasti gembira ketika menemukan orang yang enak untuk di ajak bicara,
yang mau mengerti diri saya, yang tidak terpancing menghadapi hal-hal dalam
diri saya yang menyebalkan bagi dirinya.
My logic
says, if I were in his position it would make me happy to meet somebody who are
nice to talk to, who would understand me, who not easily be provoked by
annoying stuff in me.
Perkenalan kami berjalan belum ada dua minggu dan saya sudah
mulai merasa ‘gerah’.
It has been
going on for less than two weeks and I have started to feel uneasy.
Karena orang ini beberapa kali mengucapkan hal-hal
provokatif. Seakan ingin memancing emosi saya. Seperti ingin mengetahui
bagaimana reaksi saya.
Because
this person has said provocative things. As if he wished to make me upset. As
if he wanted to see my reaction.
Saya tidak tahu apa ini karena bawaan sifatnya seperti itu
atau ini seperti dia sedang menguji saya, untuk mengetahui orang seperti apa
saya ini sebelum dia bisa menerima saya seutuhnya.
I don’t
know if this is his nature or this is some sort of a test for me, to make him
know what kind of a person I am before he can completely accept me.
Saya memiliki dua pilihan; hengkang atau bertahan.
I have two
options; close the case or stay around.
Bukan sifat saya untuk demikian mudahnya menendang orang
keluar dari kekawanan atau hubungan apa pun yang dimilikinya dengan saya.
It is not
in my character to easily get rid somebody out of the friendship or whatever
the relationship he/she has with me.
Saya juga tidak mau menyerah begitu saja.
I am not
giving up that easy either.
Saya juga penasaran. Saya ingin tahu apa yang tersembunyi
dibalik tameng dalam bentuk hal-hal provokatifnya itu.
I am also
curious. I want to know what does he hide behind that shield of provocative
stuff.
Beberapa manusia tertentu memiliki pembawaan yang sulit;
sulit untuk dijadikan teman, sulit untuk dimengerti, sulit untuk bisa diterima
apa adanya.. sulit.. kesulitan yang kadang diciptakannya secara sengaja atau
ada dalam dirinya karena dibentuk oleh banyak faktor.
Some people
have difficult stuff in them; making them hard to be made friends, hard to be
understood, hard to be accepted as themselves.. the difficulties sometimes are made
intentionally by them or many factors have formed them into that sort of
people.
Contoh, keluarga yang kaku dan otoriter akan menghasilkan
anak-anak yang kemudian menjadi individu yang tertekan atau menjadi liar ketika
mendapatkan kebebasan atau menjadi jiplakan sempurna dari orang tua mereka.
For
example, stiff and authorize family produce children who will become depressed
individuals or turn like wild horse when getting freedom or they become perfect
mold of their parents.
Perbedaan generasi bisa membuat pihak-pihak yang pribadinya
normal membuat kesal satu dengan lainnya.
Generation
gap can make normal characters as annoying individuals toward each other of
course.
Sekali pun saya termasuk orang yang cuekan menghadapi mereka
yang lahir di abad millennium tapi saya tetap menganggap generasi ini terlalu demokratis
hingga kadang mereka tidak bisa membedakan mana yang bisa diterima dan mana
yang masuk dalam kategori kurang ajar.
Despite being
an easy going person when dealing with those who were born in millennium age
but I still think this generation is being too democrative that sometimes they
can’t tell the difference what is acceptable with the unmannered ones.
Yang pasti adalah janganlah cepat menyerah ketika menghadapi
manusia-manusia yang dalam penilaian kita berada di luar konteks kenormalan.
The thing
is don’t easily give up when dealing with people whom are not in our norm
context.
Karena sulit atau tidak sulit, setiap manusia saling
membutuhkan.
Because
whether being an easy character or a complicated one, we need each other.
Kita juga saling belajar untuk bisa menerima, memahami dan
memaafkan perbedaan dalam diri satu dengan lainnya.
We also
learn to accept, understand and forgive the differences in each other.
Jadi ketika kita menghadapi manusia yang unik, antik atau
sulit, jangan berprinsip ‘Gimana caranya
supaya bisa meng-get out-kan seseorang dalam waktu sepuluh hari’ tapi
rubahlah menjadi ‘Gimana caranya supaya
bisa berada disampingnya untuk waktu tanpa batas’.
So when we
deal with unique, antique or difficult people, don’t think ‘How to lose somebody in ten days’.. change it into ‘How to stand by somebody’s side for
unlimited time’.
No comments:
Post a Comment