“Kalau ada orang diruangan sini, jangan sampai ketahuan elu
lagi main game” saya memperingatkan Vincent “Hape di silent saja suaranya”
“Don’t make
yourself get caught playing games by anyone present in this room” I reminded Vincent
“Better silent your cellphone”
Beberapa hari sebelumnya senior saya mengungkapkan
keprihatinannya melihat anak-anak jaman sekarang yang kecanduan games.
Few days earlier
my senior spoke about his concern to see young people are become addicted to
games.
“Orang tua Vincent prihatin melihat dia senang main game
dihapenya”
“Vincent’s
parents are concerned to see him playing games on his cellphone”
“Ya, itu bukan seluruhnya salah Vincent dong” sela saya “Kan
mereka yang kasih hape canggih ke dia”
“Well, don’t put
all the blame on Vincent” I interrupted “it was them who gave him a
sophisticate cellphone”
“Iya, tahu” senior saya tertawa “Kita usahain supaya
kebiasaannya itu berkurang setidaknya selama dia ada disini. Coba deh kamu
ngomong sama dia. Kan dia dengerin kamu”
“Yes, I know” my
senior laughed “We just try to reduce his habit, at least when he is in this
compound. Please talk to him. He listens to you”
Dan itulah yang saya lakukan ketika bertemu dengan Vincent
beberapa hari kemudian.
And that was what
I did when I met Vincent few days after that.
“Gue sih ga ada masalah elu main games karena buat gue yang
penting elu bisa atur waktu supaya jangan pelajaran sekolah dan nilai-nilai elu
jadi berantakan” kata saya “Elu bukan anak kecil lagi dan elu cukup pintar buat
bisa ngerti sendiri”
“I have no
problem about you playing games because for me the important thing is you can
manage your time between so that you are doing well in school and not flunk
your grades” I spoke to him “You’re not a kid anymore and you’re smart enough
to understand it”
Mungkin bukan kata-kata seperti itu yang diharapkan senior
saya untuk saya katakan pada Vincent. Tapi persahabatan saya dan Vincent didasarkan pada kejujuran dan
fairness.
Maybe those were
not the words my senior expected me to say to Vincent. But my friendship with Vincent is built on honesty and
fairness.
“Menurut gue, ngasih hape smartphone ke seseorang dan
berharap orang itu tidak akan main game atau mengakses internet itu sama saja kayak
menaruh kue tart di depannya dan berharap dia tidak akan pernah memakannya”
lanjut saya “Tidak masuk akal kan?”
“For me, giving
a smart cellphone to someone and then expect the person to never play games on
it or access the internet through it is like put a big cake infront of him/her
and expect that person to never eat it” I went on “Doesn’t make sense, right?”
“Yoi” dia tertawa “Godaan ada tapi kita sendiri yang harus
mikir mana yang baik atau tidak”
“Yep” he laughed
“Temptation exists but it is up to us to think which one is best for our own
sake”
“Bukan elu aja” saya menunjuk ke hape saya “Nih, gue juga
pake smartphone dan godaannya bisa bikin gue lupa sama kerjaan di kantor. Gawat
kan. Bisa kacau kerjaan dan gue bisa ditabokin sejuta umat disini”
“You’re not the
only one” I pointed to my cellphone “I am using a smart cellphone and it is so
tempting I could mess up my work at the office. It’s a no-no thing. I would
have my ass kicked by millions of people in this place”
Tapi saya jadi ingin menuliskan tentang benda-benda elektronik
yang pintar ini.
But it makes me
want to write about these smart electronic gadgets.
Awal bulan Agustus saya mengganti hp setelah sebelumnya
selama dua tahun saya memakai hp Samsung Duos Ch@t 322.
Early in August
I changed my cellphone after using Samsung Duos Ch@t 322 for two years.
Saya sih sebetulnya sudah merasa cukup puas dengan Samsung
itu karena hp buat saya hanya untuk sms dan telpon.
I am actually quite
satisfied with the Samsung because I need cellphone just to text and make or
receiving phone calls.
Pada pertengahan bulan Juli, rekan saya yang dulu menjual
Samsung Duos itu mengatakan dia ingin menjual smartphonenya. Dan sekali pun dia
sudah berbusa-busa menerangkan segala kelebihan smartphone itu, saya tetap
tidak merasa terlalu antusias.
On mid of July,
my colleague who sold me that Samsung Duos said he wanted to sell his
smartphone. And though he spoke a lot about the many stuff that smartphone has
instore but I wasn’t felt so enthusiastic.
Kalau pun akhirnya saya membeli juga, alasan utamanya adalah
karena dia banting harga dan saya lihat kondisinya masih bagus karena dia beli
baru dan belum setahun dia pakai.
When I finally
agreed to buy it, my main reason is he sold under market price and I saw it
still in good condition as he bought it brand new and hasn’t used it for a
year.
Awalnya banyak terjadi kelucuan setelah smartphone itu saya
pakai karena biar pun sudah di briefing tentang bagaimana mengoperasikannya
tapi tidak semuanya sekaligus dapat saya mengerti atau saya ingat.
At first there
were many funny incidents happened after I used that smartphone because though
my colleague has briefed me how to operate it but I couldn’t grasp or
remembered it all at once.
Kelucuan pertama terjadi ketika telpon itu berdering. Saya
bingung setengah mati karena tidak tahu bagaimana cara untuk menjawabnya. Kalau
di hp manual kan ada tombol untuk menerima dan mengakhiri panggilan telpon.
Nah, mana ada tombol seperti itu di gadget yang operasionalnya memakai sistem
layar sentuh.
the smartphone on my left hand |
Untung pada saat kritis itu saya teringat pada cerita
seorang rekan lainnya tentang pengalaman pertamanya memakai smartphone. Dia
bilang layarnya di sentuh dan di geser ke kanan. Untung-untunganlah, pikir
saya, mudah-mudahan cara demikian berlaku di semua smartphone.
Luckily in that
critical moment I remembered a friend’s story about her first experience using
smartphone. She said she touched the screen and slided it to the right. Well, I
have got nothing to lose, I thought, I hope this is way is applied to all
smartphones.
Dan berhasil!.. hehe..
And it worked!..
lol..
Saya jenis orang yang senang dan cepat bisa menguasai cara
kerja program di komputer, hp, notebook, ipad dan yang sejenis itu.. tapi
begitu saya berhadapan dengan smartphone.. senewen deh saya. Nah, yang jadi pertanyaan,
ini gadgetnya yang kelewat canggih atau saya yang kelewat dogol?.. hehe..
I am the kind of
person who likes and able to know how to operate programs on computer,
cellphone, notebook, ipad and stuff like them.. but the moment I came face to
face with a smartphone.. I lost my magic touch. So, the question is, was it too
sophisticate or was I too dumb?.. lol..
Oh tapi bukan Keke namanya kalau tidak berhasil menaklukkan
sejuta tantangan.. hehe.. yah, biar pun pakai acara sembilan ratus ribu kebingungan
dan seratus ribu senewen..
Oh but don’t
call me Keke if I can’t knock out a million of challenge.. lol.. yeah, with
nine hundred thousand of confusion and a hundred thousand of nervousness..
Rekan saya mendownload blackberry, whatsapp, facebook dan
google di smartphone ini.
My colleague
downloaded blackberry, whatsapp, facebook dan google in this smartphone.
Yang paling sering saya pakai tentunya adalah facebook.
I definitely use
facebook frequently.
Saya tidak terlalu tertarik pada blackberry dan whatsapp
yang menurut saya bentuknya hampir mirip. Sedikit lebih canggih dari sms biasa
dan bentuk sederhana dari facebook.
I don’t have
keen interest on blackberry and whatsapp since I consider them alike. More
sophisticate than regular text and simple form of facebook.
Whatsapp lebih banyak berfungsi karena ada grup persekutuan
pemuda dan karena saya adalah ketuanya, tentu saja saya harus memantau dan
memakainya untuk berkomunikasi dengan para anggota pemuda.
Whatsapp is
function because there is youth fellowship group on it and since I am the head
of it, I have to use it to communicate with the members in the fellowship.
Blackberry baru belakangan ini saja jadi menarik setelah
gara-gara pin error membuat saya jadi kenalan dengan seseorang dari satu negara
di Amerika Selatan. Ini karena entah bagaimana pin teman yang saya ingin add
ternyata malah masuk ke blackberry milik orang lain dan lucunya, orang ini
sedang menunggu konfirmasi dari temannya untuk meng-add pin dia.
Blackberry has
just recently became interesting after pin error brought me to know a guy in
South America. It happened when I added a friend’s pin but my invitation
somehow arrived in other person’s Blackberry and funny thing is, this guy was
waiting to get his friend’s confirmation on his pin invitation.
Jadilah kami berkenalan dan sering mengobrol di Blackberry.
Lewat beberapa minggu kemudian barulah saya mengetahui dia adalah mahasiswa
tahun pertama di sekolah kedokteran. Duh.. berondong.. ganteng pula. Segerrrr..
hehehe..
So we introduced
one to another and have frequently chat on Blackberry. Few weeks later I
learned that he is a first year meds school student. Gosh.. a young blood.. a
good looking one too. Nice.. lol..
Tapi smartphone ini juga memberikan dampak kurang baik. Saat
jam kerja silih berganti dia berbunyi, entah itu sms biasa, whatsapp,
blackberry atau facebook, kadang-kadang malah semuanya berbunyi pada saat
bersamaan. Godaan banget.. konsentrasi kerja suka jadi buyar karenanya. Yaiii…
But this
smartphone gives bad effect too. In office hour it beeps one after another
whether it is regular text, whatsapp, blackberry or facebook, or sometimes all
of them beeped all at once. Speak about temptation.. I can’t focus on my work..
yayyy..
Berhubung baru.. yah, wajar kalau rasanya seperti sedang
‘berbulan madu’.. hehe.. apalagi seminggu terakhir ini saya menemukan momentcam
app yang memasangkan muka seseorang dengan berbagai gambar karikatur. Saya
telah membuat tiga gambar.
Since it’s a new
thing.. yeah, it makes sense if it feels like ‘honey mooning’.. lol..
especially that in the past week I found momentcam app that can put a person’s
face on its caricature drawing. I made three drawings so far.
Tapi gara-gara smartphone ini saya dan Andre sempat agak
bersitegang. Apalagi kalau bukan karena bawaan posesifnya bikin dia merasa
tidak nyaman karena takut saya bisa lebih bebas berkomunikasi atau berkenalan
dengan siapa saja (baca: cowok). Itu sebabnya dari dulu dia tidak mau
membelikan saya hp kelewat canggih.
But this smartphone
has made me and Andre have had some bumps. What else than his possessiveness
that makes him feel uneasy for fearing I can have easy access to communicate or
get to know anyone (male). It is why he never bought me any sophisticate
cellphone.
Bagian dari kecanggihan itu adalah layarnya yang bisa
dikunci dengan menggunakan pola tertentu. Saya sudah menyetel smartphone saya
dengan cara ini dan Andre tentu saja tidak bisa lagi sebebas-bebasnya melihat
segala sesuatu yang tersimpan didalamnya.
Part of its
sophistication is the screen pattern lock. I have set up a pattern to lock my
smartphone and so Andre can no longer have the freedom to see all the stuff I
keep on it.
Dia jelas jadi tidak senang..
He surely doesn’t
like this..
No comments:
Post a Comment