Kita sering mendengar kata-kata ‘Jadilah dirimu sendiri’ tapi kenyataannya kita semua tidak pernah
sungguh-sungguh ingin menjadi diri kita sendiri.
We have heard these
words ‘Be yourself’ but fact says we
never really want to be ourselves.
Mata kita akan selalu melirik ke orang-orang di sekitar kita
dan mata itu mengirimkan pesan kepada otak tentang ‘orang lain lebih pintar, lebih kaya, lebih beruntung, lebih bahagia, lebih…,
lebih… dan seterusnya..’
Our eyes are always
look at the people around us and those eyes send this message to the brain that
‘other people is smarter, richer,
luckier, happier …, … and so on..’
Lalu kita menjadi iri pada orang-orang itu, merasa tidak
puas dengan apa yang ada pada diri kita, menyesal kenapa harus terlahir sebagai
diri sendiri, merasa baru akan benar-benar bahagia kalau bisa memiliki apa yang
orang lain miliki atau menjadi seperti mereka.
And so we feel jealous
toward those people, feel discontent about ourselves, feel sorry for being born
as ourselves, thinking we can only be happy when we can have what other people
have or be like them.
Yang sebetulnya terjadi adalah kita tidak benar-benar tahu
bagaimana rasanya menjadi orang lain.
The truth is we
don’t really know how it really feels to be in their shoes.
Yang kita lihat dari mereka kan cuma bagian luarnya saja dan
entah kenapa bagian luar itu selalu kelihatan lebih berkilau dari pada
aslinya..
The thing is what we
see from them is just their outer image and I don’t know why outer appearance
always look shining than their real ones..
Yah, mungkin karena masing-masing kita selalu menampilkan
yang terbaik pada dunia sementara yang busuk disembunyikan atau kalau dalam
diri kita ada rasa tidak percaya diri.. maka segala sesuatu dalam diri orang
lain selalu kelihatan lebih ‘wow’
dari yang ada pada diri sendiri.
Well, maybe because
each of us always put our best side to the world and hide the nasty one inside
or if we have self confident issues, it makes everything in people look more ‘wow’ than the ones we have in
ourselves.
Hari Senin (18/8) saya mengambil cuti. Saya tidak pergi
traveling seperti yang saya lakukan kalau cuti. Saya memilih untuk menginap di
rumah teman saya karena anak-anaknya, terutama si sulung, ingin sekali saya
bisa menginap dirumah mereka.
I took my leave on
Monday, August 18th. I didn’t go traveling as what I usually do
whenever I take a leave. I chose to spend a night at my friend’s house because
her children, especially the oldest, have longed to have me staying at their
house.
Jadilah saya bermalam dirumahnya.. dan selama kurang dari 24
jam saya melihat dari dekat seperti apa hidup sebagai dirinya.
So I spent a night
at her place.. and for less than 24 hours I saw closely what it was like to be
in her shoes.
Selama ini saya selalu beranggapan segalanya dalam dirinya
adalah ‘wow’. Dia cantik, pintar, supel, menikah dengan lelaki yang baik dan
mereka dikaruniakan tiga anak perempuan yang lucu, pintar dan cantik.
All this time
everything in her was a ‘wow’ for me. She is beautiful, smart, friendly,
married to a nice man and they have three funny, smart and pretty daughters.
Nah, perkaranya adalah sekali pun saya tahu dalam diri saya
ada banyak hal-hal baik tapi saya juga menghadapi masalah dengan rasa percaya
diri dan hal itu yang selalu membuat saya merasa seperti seekor kodok ketika
berada disampingnya.
The thing is though
I know I have many good things in me but I am dealing with self confident and
it has always made me felt like a frog when I was with her.
Ketika usia saya mulai memasuki angka 40, rasa gamang itu
mulai timbul ketika diperhadapkan pada ‘kenapa belum menikah, mau kapan punya
anak? Nanti keburu tua, keburu menapouse’..
When I turned 40,
this feeling of uneasy came whenever I was faced with ‘why haven’t you settled
down, when will you have kids? You’ll get old, you’ll get menapouse’..
Padahal sebetulnya saya tahu kehidupan tidak hanya tentang
menikah dan punya anak.
Where infact I knew
life is not just about marriage and having a child.
Mungkin untuk orang lain, kehidupan adalah tentang menikah
dan punya anak. Tapi tidak bagi saya.
Maybe for others,
life is about marriage and having a child or children. But it is not for me.
Namun mata saya melihat orang-orang di sekitar saya dan
mereka terlihat demikian ‘wow’ sampai untuk beberapa waktu lamanya saya
berpikir bahwa menjadi bahagia dan menjadi manusia seutuhnya hanya bisa dicapai
kalau sudah menikah dan memiliki anak.
But my eyes looked
at the people around me and they looked so ‘wow’ that for some time I thought the
only way to be happy and to become a complete human can only be reached after
get married and have children.
Sampai saya menginap di rumah teman saya itu dan melihat
dari dekat bagaimana rasanya menjadi seorang yang menikah dan memiliki anak.
Until the day I
spent a night at my friend’s house and saw up close and personal how it was
like to be married and have children.
Saya tidak akan mengatakan hal-hal apa yang saya lihat..
saya hanya mendapat pembuktian bahwa apa yang baik pada hidup orang lain belum
tentu baik untuk diri saya.
I am not going to
tell you about the things I saw.. I just got my proof about what is good in
others not making it a good thing for me..
Mengerti maksud saya?
Do you understand
what I mean?
Yang baik dalam kehidupanmu adalah baik untuk dirimu tapi
belum tentu baik untuk saya dan kehidupan saya.
What is good in your
life is good for you but can’t tell it is then automatically works the same for
me and my life.
Kalau kamu menikah, maka itu adalah keputusanmu, pilihanmu
dan kemauanmu. Itu mungkin juga takdirmu. Maka hal itu adalah baik untuk
dirimu. Tapi belum tentu hal yang sama akan terjadi pada diri orang lain.
If you are married,
it is your decision, your choice and your wishes. Maybe it is also your
destiny. Then it is a good thing for you. But it doesn’t work the same on
others.
Demikian pula halnya kalau kamu memiliki, maka itu adalah
keputusanmu, pilihanmu dan kemauanmu. Itu mungkin juga takdirmu. Maka hal itu
adalah baik untuk dirimu. Tapi belum tentu hal yang sama akan terjadi pada diri
orang lain.
It goes the same if you
have a child or children, it is your decision, your choice and your wishes.
Maybe it is also your destiny. Then it is a good thing for you. But it doesn’t
work the same on others.
Bila saya memutuskan bahwa saya merasa bahagia dengan
hubungan tanpa ikatan dan tidak pernah punya target menikah maka itu adalah hal
yang baik untuk saya, belum tentu baik untuk dirimu.
When I decided that
I am much happier with uncommitted relationship and not into marriage then it
is good thing for me but not so for you.
Ketika saya dalam usia 40an ini berkeinginan untuk pada
suatu hari nanti bisa berhenti bekerja dan pergi bertualang sebagai seorang
backpacker dari satu kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri lain.. maka
itu adalah hal yang baik untuk diri saya dan bukan untuk dirimu.
When I, in my 40s,
wish to one day be able to quit my job and go as an adventurer backpacker
traveling from one city to another city, from one country to another country..
then it is a good thing for me and not for you.
Masing-masing kita diciptakan untuk menjadi diri kita
sendiri. Apa yang ada pada diri kita sudah di program untuk menjadi cocok dan
baik untuk diri kita. Kita menjalani hidup yang sudah ditentukan untuk kita jalani.
Each of us is
created to be ourselves. What we have is programed to fit us and good for us.
We live our lives that has been destined for us.
Terimalah itu.
Accept that.
Syukurilah itu.
Be thankful for
that.
Dan berbahagialah dengan menjadi dirimu sendiri.
No comments:
Post a Comment