Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, September 11, 2014

Faith

Kamis (28/8) itu saya merasa seperti sebuah perahu kecil ditengah lautan keraguan dan kecemasan; antara pergi atau tidak.


On Thursday (28th August) I felt like a small boat in a middle of the ocean of doubt and worry; would I go or would I backed off.

Ini berawal dari rasa sedih saya sewaktu tidak diijinkan untuk ikut acara open air persekutuan wanita dan lansia.

The whole thing started when I felt sad after I was told that I wasn’t allowed to join the women and elderly open air service.

Saya berusaha untuk tidak memikirkannya. Saya bersikap seakan saya tidak peduli. Saya katakan pada diri sendiri bahwa dua minggu sebelumnya saya toh sudah pergi survey ke tempat itu, jadi buat apa saya ke sana lagi. Lagi pula saya sedang haid dan dari pengalaman, dalam kondisi demikian hati dan badan terasa kurang nyaman serta tentram untuk di ajak bepergian jauh atau melakukan aktivitas fisik yang terlalu banyak atau terlalu berat.

I tried not to think about it. I acted as if I didn’t care. I told myself I had been there two weeks earlier when I surveyed the place so why would I want to go there again. Beside, I was having my period and from experience I knew it would be uncomfortable both for me and my body to take long distance traveling or doing lots of physical activity.

Orang tua saya dan Andre juga mengatakan sebaiknya saya tidak pergi. Andre bahkan berusaha menghibur hati saya dengan mengajak saya menghabiskan hari Jumat sore itu bersamanya, dia akan masak makanan kesukaan saya dan kami akan menonton film.

My parents and Andre said I should not go. Andre even tried to make me feel better by asking me to spend that Friday evening with him, he would cook my favorite meals and we would watch a movie.

Tapi tepat di saat saya mengira saya memang tidak akan pergi.. satu permintaan mengubah segalanya.

But right at the time when I already thought I wouldn’t go.. one request changed everything.

Ibu-ibu itu akan mementaskan drama singkat dan mereka membutuhkan satu orang lagi untuk satu peran.

The ladies would have a play and they needed one person to play one role.

Satu permintaan mengubah keadaan saya dari yang tidak diijinkan ikut menjadi diijinkan untuk ikut.

One request changed my situation from not allowed to go to be given permission to go.

Senang? Oh, amat sangat!

Would it make me happy? Oh, so very happy!

Tapi sementara saya mengikuti latihan drama.., selagi saya bersenda-gurau.., ketika saya sedang berkonsentrasi pada peranan saya.. bayang-bayang kekhawatiran mulai menaungi saya..


But while I was joining the play rehearsal.., as I was joking around.., when I was concentrating on my role.. the shadow of worries started to cover me..


Kombinasi antara emosi yang terlalu gembira dan bersemangat dengan fisik yang terlalu banyak bergerak menghasilkan haid saya keluar lebih banyak. Tidak seorang pun tahu bahwa saya beberapa kali pergi ke kamar mandi untuk mengganti pembalut dan setiap kali itu pula bayangan kekhawatiran menjadi semakin besar.

The combination of being too ecstatic and excited with having lots of physical activitiy intensified the amount of my haid. No one knew I went back and forth to the restroom to change sanitary napkin and each time it made the shadow of worries become bigger and bigger.

Baru segini saja sudah banjir begini.. gimana besok?

This was just the rehearsal and it already creating a flood of blood.. what would happen tomorrow?

Sepanjang sisa hari itu keraguan dan kekhawatiran itu tidak mau hilang.

For all the rest of of the day doubt and worry wouldn’t go away.


Sejak Juli 2013 hormon dalam diri saya agaknya mengalami perubahan seiring dengan usia saya yang sudah berada di atas 40. Perubahan hormon itu membuat siklus haid saya berubah dari yang jumlahnya sangat sedikit dan hanya berlangsung selama tiga hari menjadi amat sangat banyak dan nyaris tidak bisa dihentikan, dan ini berjalan selama berbulan-bulan. Ginekolog saya awalnya sampai mengira penyebabnya adalah tumor atau gejala kanker rahim, sampai dia menyuruh saya untuk di biopsi. 

The hormones in my body changed since July 2013 as I am in my 40s. That change the cycle of my period from having it in small quantity and for only three days to an unbelievable increase in quantity and it was nearly unstoppable, and this went on for months. My gynecologist thought it was caused by tumor or it was early sympthom of uterus cancer that he told me to have a biopsy.

Syukurlah obat yang diberikan bisa menghentikan haid itu tapi baru akhir tahun lalu haid saya bisa berhenti tanpa saya harus minum obat.

Thankfully the meds were able to stop my period but it wasn't until end of 2013 that it could stop on its own natural cycle without any meds.

Tapi bulan Agustus lalu haid saya sudah berlangsung dari tanggal 18 dan belum ada tanda-tanda dia akan berhenti. Semakin saya terlalu emosional (senang, sedih, kesal atau marah) dan semakin aktif saya bergerak, malah semakin banyak darah yang keluar.


But in that August I had my period since the 18th and there was no sign of stopping. The more I got too emotional (happy, sad, upset or angry) and the more I got active physically, the more blood came out.

Kondisi demikian membuat akal sehat saya berkata lebih baik saya tidak ikut acara open air itu. Orang tua saya dan Andre juga berpendapat sama.

My senses told me I better not went to that open air service in such condition. My parents and Andre thought the same.

Cuma, saya sudah mengatakan bersedia untuk ikut berperan dalam drama itu dan sekali saya sudah membuat suatu komitmen, saya tidak mau keraguan serta kekhawatiran saya membuat saya meninggalkan komitmen itu. Saya harus siap menghadapi dan menerima apa pun resiko dan konsekuensinya.

The thing is, I have agreed to play a role in that play and once I made a commitment, I won’t let doubt and worries to abandon that commitment. I must be ready to face and accept whatever risk and consequence.

“Kamu betul-betul serius mau tetap ikut?” tatapan dan nada suara Andre menggambarkan kegelisahannya.

“Do you still insist to go, I mean, seriously?” Andre’s look and tone clearly spoke about his concern.

Ya. Saya bukan pengecut. Saya bukan pecundang. Saya bukan orang yang cengeng. Saya tidak akan dikalahkan oleh keadaan.

Yes. I am not a coward. I am not a loser. I am not a meek person. I won’t be defeated by this condition.

Dia menghela napas. Dia tahu percuma membujuk saya kalau saya sudah membulatkan tekad seperti itu.

He took a sigh. Knew it too well nothing could be done whenever I put all my mind on something.

“Berjanjilah malam ini kamu tidur lebih awal dan besok sarapan yang benar, jangan tahan lapar dan berusahalah untuk tidak terlalu kasak-kusuk”

“Promise me you go to bed early tonight and will have proper breakfast tomorrow, don’t forget to snack, don’t skip meal time and don’t move around too much”

“Janji” bisik saya sambil menciumnya.

“I promise” I whispered as I kissed him.

Malam itu saya tidur dari jam 8, besoknya porsi sarapan saya lebih banyak dari biasanya, bahkan beberapa saat sebelum berangkat pun saya menyempatkan diri untuk makan roti.


I went to bed at 8 pm that night, I had bigger portion for my breakfast on the next morning, I even able to eat half of sandwich before we left.

Tapi untuk tidak banyak bergerak.. hmm.. susah tuh..

But to not moving around.. hmm.. it was hard to do..

Soalnya saya mendokumentasikan acara itu jadi mau tidak mau saya harus bergerak dari satu posisi ke posisi berikutnya.


I was documenting the event so I had no choice than to move from one spot to another spot.

Hasilnya ya.. haid saya keluar banyak. Saya tidak mau terlalu memikirkannya untuk mencegah saya jadi parno walau mau tidak mau saya harus berapa kali mondar mandir ke toilet untuk ganti pembalut.

It resulted in.. yeah, the increase of my haid. I didn’t want to give too much thought about it to prevent me from getting nuts but I had to go to the restroom few times to change my sanitary napkin.

Yang terakhir kali sebelum kami pulang malah menjadi satu pengalaman tersendiri karena saat itu hujan deras turun sehingga saya tidak bisa pergi ke toilet di dekat pintu masuk.

The last time I went to the toilet was before we went home and it was one hell of an experience because it was pouring rain so I couldn’t go to the toilet near the entrance gate.

Untungnya di dekat aula tempat kami mengadakan acara ada satu toilet kecil. Tapi ketika saya berada didalamnya barulah saya menyadari bahwa lampunya mati, tidak ada kunci atau gerendel dipintunya dan atapnya bocor..

Luckily there is one near the hall where we had our event. But after I was in it did I realized there was no light, the door couldn’t be locked and it was leaking..

Pipis dalam toilet yang kecil saja sudah sulit, nah, ini ditambah dengan ruangannya yang nyaris gelap gulita karena tidak ada lampu dan matahari tidak bersinar karena sedang hujan lebat, lalu deg-degan takut tiba-tiba pintu dibuka orang dari luar dan ketetesan air dari atap yang bocor.


It is hard to pee in a small toilet, add it with the room nearly pitch dark since there was no light and the sun was hiding since it was pouring rain outside, worried constantly to have somebody suddenly open the door and the water dripping on you from the leaking roof.

Betul-betul tantangan untuk pipis, ganti pembalut dan membersihkan diri dalam kondisi ruangan toilet seperti itu..


It was challenging to pee, change sanitary napkin and clean myself in such a place like that.

Tapi toh segalanya bisa berjalan dengan baik sekalipun jadi harus sedikit jungkir balik ketika melakukannya.. hehe..

But it went well though I had to juggle myself when I was doing all that.. lol..

Kalau saya menyerah pada keraguan dan ketakutan, pastilah saya akan terhindar dari semua itu tapi saya akan kehilangan begitu banyak hal menarik, lucu serta menyenangkan yang selamanya akan menjadi suatu kenangan; saya akan kehilangan kesempatan untuk menambah pengalaman dan tidak akan bisa menuliskan semuanya dalam blog ini..


If I gave up on doubt and fear, I would definitely spared from those but I would also missed so many interesting, funny and fun things that will become something to remember, I would miss the opportunity to get the experience and I wouldn’t have anything to write about it in this blog..


Keyakinanlah yang membuat saya tetap maju. Keyakinan yang membuat saya tidak mau dikalahkan tidak hanya oleh keraguan, kekhawatiran atau ketakutan, tapi juga oleh sikon.

Faith is the one that makes me keep walking forward. Faith is the one that makes me refuse to be defeated not only by doubt, worries or fears but also by situation.

Keyakinan yang membuat saya tetap survive.

Faith is the one that makes me survive. 

No comments:

Post a Comment