Kamis (28/8) itu saya merasa seperti sebuah perahu kecil ditengah lautan
keraguan dan kecemasan; antara pergi atau tidak.
On Thursday (28th August) I felt like
a small boat in a middle of the ocean of doubt and worry; would I go or would I backed off.
Ini berawal dari rasa sedih saya sewaktu tidak diijinkan untuk ikut acara open
air persekutuan wanita dan lansia.
The whole thing started when I felt sad after I was told that I wasn’t allowed to join the women and elderly open air service.
Saya berusaha untuk tidak memikirkannya. Saya bersikap
seakan saya tidak peduli. Saya katakan pada diri sendiri bahwa dua minggu
sebelumnya saya toh sudah pergi survey ke tempat itu, jadi buat apa saya ke
sana lagi. Lagi pula saya sedang haid dan dari pengalaman, dalam kondisi
demikian hati dan badan terasa kurang nyaman serta tentram untuk di ajak
bepergian jauh atau melakukan aktivitas fisik yang terlalu banyak atau terlalu
berat.
I tried not
to think about it. I acted as if I didn’t care. I told myself I had been there
two weeks earlier when I surveyed the place so why would I want to go there again.
Beside, I was having my period and from experience I knew it would be
uncomfortable both for me and my body to take long distance traveling or doing
lots of physical activity.
Orang tua saya dan Andre juga mengatakan sebaiknya saya
tidak pergi. Andre bahkan berusaha menghibur hati saya dengan mengajak saya
menghabiskan hari Jumat sore itu bersamanya, dia akan masak makanan kesukaan
saya dan kami akan menonton film.
My parents
and Andre said I should not go. Andre even tried to make me feel better by
asking me to spend that Friday evening with him, he would cook my favorite
meals and we would watch a movie.
Tapi tepat di saat saya mengira saya memang tidak akan
pergi.. satu permintaan mengubah segalanya.
But right
at the time when I already thought I wouldn’t go.. one request changed everything.
Ibu-ibu itu akan mementaskan drama singkat dan mereka
membutuhkan satu orang lagi untuk satu peran.
The ladies
would have a play and they needed one person to play one role.
Satu permintaan mengubah keadaan saya dari yang tidak
diijinkan ikut menjadi diijinkan untuk ikut.
One request
changed my situation from not allowed to go to be given permission to go.
Senang? Oh, amat sangat!
Would it
make me happy? Oh, so very happy!
Tapi sementara saya mengikuti latihan drama.., selagi saya
bersenda-gurau.., ketika saya sedang berkonsentrasi pada peranan saya..
bayang-bayang kekhawatiran mulai menaungi saya..
But while I
was joining the play rehearsal.., as I was joking around.., when I was
concentrating on my role.. the shadow of worries started to cover me..
Kombinasi antara emosi yang terlalu gembira dan bersemangat
dengan fisik yang terlalu banyak bergerak menghasilkan haid saya keluar lebih
banyak. Tidak seorang pun tahu bahwa saya beberapa kali pergi ke kamar mandi
untuk mengganti pembalut dan setiap kali itu pula bayangan kekhawatiran menjadi
semakin besar.
The
combination of being too ecstatic and excited with having lots of physical
activitiy intensified the amount of my haid. No one knew I went back and forth
to the restroom to change sanitary napkin and each time it made the shadow of
worries become bigger and bigger.
Baru segini saja sudah banjir begini.. gimana besok?
This was
just the rehearsal and it already creating a flood of blood.. what would happen
tomorrow?
Sepanjang sisa hari itu keraguan dan kekhawatiran itu tidak
mau hilang.
For all the
rest of of the day doubt and worry wouldn’t go away.
Syukurlah obat yang diberikan bisa menghentikan haid itu tapi baru akhir tahun lalu haid saya bisa berhenti tanpa saya harus minum obat.
But in that August I had my period since the 18th and there was no sign of stopping. The more I got too emotional (happy, sad, upset or angry) and the more I got active physically, the more blood came out.
My senses told me I better not went to that open air service in such condition. My parents and Andre thought the same.
Cuma, saya sudah mengatakan bersedia untuk ikut berperan
dalam drama itu dan sekali saya sudah membuat suatu komitmen, saya tidak mau keraguan
serta kekhawatiran saya membuat saya meninggalkan komitmen itu. Saya harus siap
menghadapi dan menerima apa pun resiko dan konsekuensinya.
The thing is, I have
agreed to play a role in that play and once I made a commitment, I won’t let
doubt and worries to abandon that commitment. I must be ready to face and
accept whatever risk and consequence.
“Kamu betul-betul serius mau tetap ikut?” tatapan dan nada
suara Andre menggambarkan kegelisahannya.
“Do you still insist
to go, I mean, seriously?” Andre’s look and tone clearly spoke about his concern.
Ya. Saya bukan pengecut. Saya bukan pecundang. Saya bukan
orang yang cengeng. Saya tidak akan dikalahkan oleh keadaan.
Yes. I am
not a coward. I am not a loser. I am not a meek person. I won’t be defeated by
this condition.
Dia menghela napas. Dia tahu percuma membujuk saya kalau
saya sudah membulatkan tekad seperti itu.
He took a
sigh. Knew it too well nothing could be done whenever I put all my mind on
something.
“Berjanjilah malam ini kamu tidur lebih awal dan besok
sarapan yang benar, jangan tahan lapar dan berusahalah untuk tidak terlalu
kasak-kusuk”
“Promise me
you go to bed early tonight and will have proper breakfast tomorrow, don’t
forget to snack, don’t skip meal time and don’t move around too much”
“Janji” bisik saya sambil menciumnya.
“I promise”
I whispered as I kissed him.
Malam itu saya tidur dari jam 8, besoknya porsi sarapan saya
lebih banyak dari biasanya, bahkan beberapa saat sebelum berangkat pun saya
menyempatkan diri untuk makan roti.
I went to
bed at 8 pm that night, I had bigger portion for my breakfast on the next
morning, I even able to eat half of sandwich before we left.
Tapi untuk tidak banyak bergerak.. hmm.. susah tuh..
But to not
moving around.. hmm.. it was hard to do..
Soalnya saya mendokumentasikan acara itu jadi mau tidak mau
saya harus bergerak dari satu posisi ke posisi berikutnya.
I was
documenting the event so I had no choice than to move from one spot to another
spot.
Hasilnya ya.. haid saya keluar banyak. Saya tidak mau
terlalu memikirkannya untuk mencegah saya jadi parno walau mau tidak mau saya
harus berapa kali mondar mandir ke toilet untuk ganti pembalut.
It resulted
in.. yeah, the increase of my haid. I didn’t want to give too much thought
about it to prevent me from getting nuts but I had to go to the restroom few
times to change my sanitary napkin.
Yang terakhir kali sebelum kami pulang malah menjadi satu
pengalaman tersendiri karena saat itu hujan deras turun sehingga saya tidak
bisa pergi ke toilet di dekat pintu masuk.
The last
time I went to the toilet was before we went home and it was one hell of an
experience because it was pouring rain so I couldn’t go to the toilet near the
entrance gate.
Untungnya di dekat aula tempat kami mengadakan acara ada
satu toilet kecil. Tapi ketika saya berada didalamnya barulah saya menyadari
bahwa lampunya mati, tidak ada kunci atau gerendel dipintunya dan atapnya
bocor..
Luckily
there is one near the hall where we had our event. But after I was in it did I
realized there was no light, the door couldn’t be locked and it was leaking..
Pipis dalam toilet yang kecil saja sudah sulit, nah, ini
ditambah dengan ruangannya yang nyaris gelap gulita karena tidak ada lampu dan
matahari tidak bersinar karena sedang hujan lebat, lalu deg-degan takut
tiba-tiba pintu dibuka orang dari luar dan ketetesan air dari atap yang bocor.
It is hard
to pee in a small toilet, add it with the room nearly pitch dark since there
was no light and the sun was hiding since it was pouring rain outside, worried constantly
to have somebody suddenly open the door and the water dripping on you from the
leaking roof.
Betul-betul tantangan untuk pipis, ganti pembalut dan
membersihkan diri dalam kondisi ruangan toilet seperti itu..
It was
challenging to pee, change sanitary napkin and clean myself in such a place
like that.
Tapi toh segalanya bisa berjalan dengan baik sekalipun jadi
harus sedikit jungkir balik ketika melakukannya.. hehe..
But it went
well though I had to juggle myself when I was doing all that.. lol..
Kalau saya menyerah pada keraguan dan ketakutan, pastilah
saya akan terhindar dari semua itu tapi saya akan kehilangan begitu banyak hal
menarik, lucu serta menyenangkan yang selamanya akan menjadi suatu kenangan;
saya akan kehilangan kesempatan untuk menambah pengalaman dan tidak akan bisa
menuliskan semuanya dalam blog ini..
If I gave
up on doubt and fear, I would definitely spared from those but I would also
missed so many interesting, funny and fun things that will become something to
remember, I would miss the opportunity to get the experience and I wouldn’t have anything to write about it in this blog..
Keyakinanlah yang membuat saya tetap maju. Keyakinan yang
membuat saya tidak mau dikalahkan tidak hanya oleh keraguan, kekhawatiran atau
ketakutan, tapi juga oleh sikon.
Faith is
the one that makes me keep walking forward. Faith is the one that makes me
refuse to be defeated not only by doubt, worries or fears but also by
situation.
Keyakinan yang membuat saya tetap survive.
No comments:
Post a Comment