Hari Minggu (12/1) hujan deras turun dari subuh. Hanya
berhenti sebentar-sebentar. Dan makin siang malah semakin deras.
Pouring
rain since dawn on that Sunday (Jan 12th). Stopped only for awhile.
It didn’t cease. It even got bigger.
Wah, gawat.. siangnya saya berencana untuk berangkat ke
Jakarta.
Great..
I planned to go to Jakarta in the afternoon.
Saya akan pergi ke rumah Santi sepulang kerja pada hari
Minggu itu. Sengaja berangkat ke rumahnya dari hari Minggu supaya saya bisa menginap lebih lama disana.
I
would go to Santi’s house after work on that Sunday so I could stay longer at
her place.
Tapi kalau cuacanya kayak gini.. aduh mak.. betul-betul
tidak membangkitkan semangat buat jalan. Dan bayangan kasur di rumah
memanggil-manggil saya untuk pulang dan mendaratkan badan diatasnya semakin
memperkuat godaan untuk mengurungkan niat pergi ke rumah Santi.
But
in this kind a weather.. gosh.. I was so very dispirited. And the image of my
bed at home calling out for me to go home and lied down on it made the temptation
to call off the plan became bigger.
Kalau Andre ada sih mungkin saya bisa minta tolong dia untuk
mengantarkan saya ke stasiun kereta walaupun tidak janji dia akan mendukung
niat gila saya pergi sendirian ke Jakarta dalam kondisi cuaca seperti ini.
I
would ask Andre to drive me to the train station if he were in town though I
knew he wouldn’t support my crazy plan to go all by myself to Jakarta in this kind of weather.
Tapi dia sedang tidak ada di Bogor. 4 hari lalu dia
mengantar Josh pulang dan dia baru akan kembali akhir minggu ini.
But
he is not in Bogor. 4 days ago he took Josh home and will return this weekend.
Sementara itu saya sudah mengambil cuti pada hari Senin
(13/1). Karena itu saya merencanakan untuk berangkat ke rumah Santi dari hari
Minggu.
In
the meantime I have taken one leave day on Monday (Jan 13th). It is
why I planned to go to Santi’s place on Sunday.
Sementara waktu berjalan dan hujan turun dengan derasnya,
otak saya berputar. Saya ragu untuk berangkat tapi di sisi lain saya tidak mau
membatalkan janji cuma karena hujan.
Time
passed and rained poured down, my mind spun. I hesitated to go but I didn’t
want to call off the plan just because of that rain.
Selain itu saya juga sudah kangen pada Santi serta
anak-anaknya terutama pada Kenzie, anak bungsunya yang langsung akrab dengan
saya sejak saya pertama kali menginap di rumah mereka pada bulan Oktober 2013.
Ketika itu saya menginap hanya semalam dan dia bertanya kenapa saya tidak
menginap lebih lama dan kapan saya akan datang lagi.
Beside,
I missed Santi and her children so very much, especially her youngest one,
Kenzie, who made instant bond with me since I spent a night at their place on
October 2013. He asked me why didn’t I stay longer and when would I come again.
Pertimbangan lain adalah Andre tidak ada di Bogor. Tidak enak betul kalau Minggu
siang sampai Selasa harus dihabiskan hanya tinggal di rumah. Sepi. Karena itu dari jauh-jauh hari sebelum Andre pergi, saya sudah membuat rencana
untuk menginap di rumah Santi.
Another
thing is Andre is not in Bogor. I didn't feel like spending Sunday afternoon all the way to Tuesday just staying home. Too quiet. It is why I
have made this plan to go to Santi's place long before Andre left.
Dan.. kaki saya juga sudah gatal kepingin jalan. Sejak bulan
Oktober 2013, saya mulai melakukan perjalanan jauh sendirian. Hal itu menjadi
semacam hiburan dan juga terapi untuk saya.
And.. my
feet were itched to make some traveling. I have made some independent traveling
since October 2013. It has become some sort of private break and also personal
therapy for me.
Hiburan untuk mengusir rasa bosan dengan kehidupan dan
pekerjaan. Terapi untuk membangkitkan rasa percaya diri dan semangat hidup yang
sempat berantakan sejak hidup tanpa ampun di hantam badai kehidupan yang datang
terlalu bertubi-tubi.
A
break from boredom of life and work. Therapy to restore my self confident and
spirit that were at a mess since storm after storm hit my life unmerciful.
Setiap perjalanan selalu ada tantangan. Misalnya saja
perjalanan saya ke rumah santi pada hari Minggu itu. Hujan besar, genangan air
sampai semata kaki dan angin dingin adalah tantangan pertama yang harus saya
hadapi.
Every
traveling has its own challenges. Take my traveling to Santi’s place on that
Sunday as an example. The pouring rain, puddle that was ankle high and the
freezing wind were the first challenges I must dealt with.
Jam 12 siang saya memutuskan untuk tidak mau dikalahkan oleh
hujan, banjir, angin, dingin, takut, ragu dan cemas.
It was
noon when I decided not to be defeated by rain, flood, wind, freezing weather,
fear, hesitation and worries.
Perjalanan saya terhitung lancar. Kereta api berangkat dari
Bogor jam 12.58. Dan hujan berhenti ketika saya sampai di stasiun Jakarta Kota
sehingga saya bisa berjalan menuju busway underpass tanpa harus menembus hujan.
At Bogor train station |
It
was quite a smooth trip. The train left Bogor at 12.58 pm. And the rain stopped
when I got at Jakarta so I didn’t have to walk to the bus underpass under the
pouring rain.
Berhubung ini bukan lagi merupakan perjalanan pertama saya
ke rumah Santi maka saya bisa lebih santai di sepanjang perjalanan. Saya hanya
perlu memperhatikan halte-halte yang dilalui oleh bis transjakarta yang saya
naiki supaya saya turun di halte yang sesuai dengan tujuan saya.
Since
it wasn’t my first time to go to Santi’s place I was more relaxed. I had
just to watch the bus stops to make sure I got off at the right ones.
Dari Kota saya harus transit di halte Harmoni. Lalu dari
situ saya mengambil bis transjakarta jurusan Kalideres.
From
Kota I had to swap bus at Harmoni. From there I took transjakarta bus to
Kalideres.
Dari Kota ke Harmoni jaraknya dekat karena hanya melewati
halte Glodok, Olimo, Mangga Besar dan Sawah Besar. Jadi saya tidak bisa berlama-lama
menikmati perjalanan dalam bis yang nyaman itu.
It is
a short trip from Kota to Harmoni as it passes 4 bus stops; Glodok, Olimo,
Mangga Besar and Sawah Besar. I couldn’t enjoy the ride on that nice bus.
Bis transjakarta jurusan Kalideres yang saya tumpangi jauh
lebih baik kondisinya dibandingkan dengan yang saya naiki ketika pertama kali
saya ke rumah Santi pada bulan Oktober 2013.
Transjakarta
bus to Kalideres that I took on that day was so much in better condition than
the one I rode the first time I went to Santi’s place on Oktober 2013.
Cara menyetir si supir lebih baik. Kondekturnya lebih ramah
dan mau peduli pada penumpang.
The
driver drove better. The bus conductor was nicer and care to passenger.
Sekitar jam 4.30 sampailah saya di Perumahan Taman Palem
Lestari Cengkareng.
It
was around 4.30 pm when I got at Taman Palem Lestari Cengkareng housing
complex.
Saya menelpon Santi dan 5 menit kemudian dia datang
menjemput saya. Senyumnya melebar ketika melihat saya.
I
called Santi and 5 minutes later she came to pick me up. Her smile broadened
when she saw me.
Segala rasa capek dan kedinginan langsung hilang..
Gone
all the feeling of exhausted and freezing..
Apalagi ketika sampai dirumahnya dan saya bertemu Kenzie.
Matanya yang mengantuk langsung membulat besar ketika melihat saya.
at dinner |
It
made my day when we got at her place and I met Kenzie. His sleepy eyes widened
the moment he saw me.
“Auntie!” serunya gembira.
“Auntie!”
he exclaimed happily.
Malamnya saya, Santi, Klara dan Kenzie tidur di kamar atas,
dalam satu kamar. Klara di tempat tidur, saya dengan Santi dan Kenzie tidur di
kasur yang di gelar di lantai.
At
night I slept with Santi, Klara and Kenzie in the room upstair, in the same
bedroom. Klara slept on the bed while the three of us slept on the mattress on
the floor.
Kami mengobrol, bercanda, bernyanyi dengan meriahnya dan
rasanya bisa semalaman kalau Santi tidak menyuruh anak-anaknya tidur karena
besoknya mereka harus sekolah.
We
talked, joked, sang merrily and would awake the whole night if Santi didn’t
tell her kids to sleep since they had to go to school in morning.
Ketika Kenzie (yang berbaring di antara saya dan Santi)
memeluk saya sebagai ucapan selamat malamnya pada saya, saya tahu saya akan
sangat menyesal kalau saya tidak membulatkan tekad untuk berangkat menembus
hujan, angin dan banjir untuk berada dengan mereka.
No comments:
Post a Comment