“Kak, tanggal 31 pemuda mau ngadain acara persekutuan. Nanti
nginap di Cipanas. Kakak ikut ya” kata ‘adik’ saya. Dia teman merangkap rekan
kerja saya. Kami menjadi akrab sampai menjadi seperti kakak-adik.
“Sis, the youth
will have a fellowship. We will spend a night at Cipanas. Join us, ok” said my
‘brother’. He is a friend and colleague. We have become close like brother-sister.
“Ke, hari Jumat elu ikut pemuda ya” kata teman saya.
“Keke, you will
come with the youth on Friday, ok” said a friend of mine.
“Eh, ikut ya acara pemuda” kata teman saya yang lain “Kan
Jumat libur Imlek. Kita nginap di Cipanas”
“Hey, come to
youth fellowship” said another friend “It’s Chinese new year, a public holiday.
We will spend a night at Cipanas”
Saya menolak. Saya ogah ikut. Saya sama sekali tidak
tertarik.
I said no. I don’t want to go. I am so very not interested.
Tapi masih juga pada ngajakin. Akhirnya saya menemukan ide
yang menurut saya paling topcer untuk bikin mereka berhenti mengajak saya pergi..
But they were
pretty much tailing me around with that request. Eventualy I found the best
idea to stop them asking me to join that fellowship..
“Pulangnya Sabtu?” tanya saya.
“Get back on
Saturday?” I asked.
Mm.. Sabtu itu hari
keramat buat saya. Satu hari sebelum Minggu, mana boleh saya ga masuk
kerja.
Mm.. Saturday is
the sacred day for me. A day before Sunday, I should not have a day off.
“Ngomong gih sana ke si babe” kata saya sambil menahan tawa
“Mau ga dia ngijinin gue ga masuk hari Sabtu”
“Go ask my
senior” I told them as I hid my laugh “See
if he would allow me to take a day off on Saturday”
Dalam hati saya ngakak karena saya tahu betul si babe paling
susah di tawar untuk hal yang satu itu.
I laughed
quietly because I knew it too well my senior is one tough guy when it comes to
that one particular issue.
Hari Kamis pagi (23/1)..
Thursday morning
(January 23rd)..
“Keke, kamu mau ikut acara pemuda?” cetus senior saya
tiba-tiba di antara percakapan kami.
“Keke, do you
want to join the youth fellowship?” said my senior in between our conversation.
Oh, rupanya mereka sudah ngomong..
Oh, so they have
come to him and spoke about it..
“Iya pak, nanti urusan kerjaan diberesin dari hari Kamis”
kata ‘adik’ saya sebelum saya sempat menjawab.
“Yes, we will
take care the work on Thursday” said my ‘brother’ before I said a word.
Saya memperhatikan dan mendengarkan saja. Sampai kemudian
tiba-tiba saya tersadar.. senior saya mengijinkan saya pergi..
I just watching
and listening at them. Until suddenly I realized.. my senior gave me the
permission..
Nah lo!
Whatta!
Why did he give
me the permission?
Wah gawat, ide
cemerlang saya jadi kacau begini.. jadi saya pun bicara..
Crap, there goes
my brilliant idea.. so I blurted out..
“Ga ah, pak, Sabtu hari keramat. Saya ga bisa ga masuk.
Lagian saya bukan pemuda lagi. Umur saya 42”
“No, sir,
Saturday is sacred day. I can’t skip work. Beside, I can’t be put in youth. I am
42”
Tapi tidak ada yang menanggapi ucapan saya dengan serius.
But nobody
seemed to take my words seriously.
Kecuali saya tentu saja karena saya tahu saya tidak main-main ketika mengatakan hal-hal
itu.
Everyone but me, of course, because I know I meant
what I said.
Umur saya 42. Saya tidak bisa dimasukkan dalam golongan
pemuda. Dan pertimbangannya bukan hanya pada umur.
I am 42. I can’t
be categorized as youth. Age is not the main consideration.
Sekali pun saya berteman cukup baik dengan mereka yang
terlibat dalam persekutuan pemuda tapi saya merasa mereka tidak bisa
mengimbangi saya dalam hal pemikiran, kedewasaan, pengalaman dan kebijaksanaan.
Despite the fact
that I have quite good friendship with those who involve in youth fellowship
but they don’t make balance companion in minds, maturity, experience and
wisdom.
Sori guys, bukan saya sok tua atau meremehkan kalian.. tapi
kenyataannya memang begitu.
Sorry guys, I
don’t mean to be a smartass or underestimate you.. but that’s the fact.
Mereka merasa cocok dengan saya karena saya memang tidak
bertingkahlaku sok tua dan bisa mengikuti gaya mereka.
They feel at
ease with me because I don’t act like a senior and I can make myself fitted
their style.
Dan pada waktu-waktu tertentu mereka curhat pada saya
seperti adik pada kakaknya, kadang mencari nasihat, kadang membutuhkan dukungan
atau hiburan. Saya bisa memberikan hal itu tapi mereka tidak bisa memberikan
hal yang sama pada saya.
Sometimes they
came to me to unburden their weariness as if I were their older sister, they
sought for advice, sometimes needing support or encouragement. I can give them
all that but they can’t give any of it to me.
Sebagai contoh, setahun lalu saya pernah bercerita (setengah
mengadu) pada seorang dari mereka tentang seorang laki-laki yang kelakukannya
tidak sopan terhadap saya dan beberapa perempuan lainnya.
For example, a
year ago I told one of them about a man whose attitude was inappropriate to me
and to other women.
Tapi tanggapannya kurang memuaskan sehingga ketika saya
menghadapi suatu masalah, saya memilih curhat pada senior saya yang saya nilai dengan umurnya yang jauh lebih tua membuat pengalaman, kebijaksanaan dan
kesabarannya lebih banyak sehingga bisa memahami saya lebih baik, serta membuat saya merasa nyaman
dan aman. Nasihat dan sarannya sederhana tapi berdasarkan pengalamannya
sehingga saya bisa mengerti dan mau mengikutinya. Selain itu beliau tidak hanya
bicara, saya tahu itu, ada tindakan-tindakannya yang membuat saya merasa
dilindungi.
But his respond
was quite disappointing me so the next time I had a problem, I preferred to go to my
senior whom I consider being older makes him more experienced, wiser and patient making him able to understand me better, making me feel comfortable and safe. His
advice and suggestion were made based on his experience so I could understand
and willing to follow them. Beside that, he didn’t just talk, I knew this, because he did
things that made me feel protected.
Dan hal-hal seperti ini yang tidak saya temui dalam diri
anak-anak muda itu.
And I don’t find
these kind a stuff in those young people.
Selain itu, saya nilai kegiatan-kegiatan yang mereka adakan dalam
persekutuan pemuda tidak memberi masukan, kurang membangun.
Beside that, in my
perspective their youth fellowship activities are less inspiring.
Anak muda yang masih sehat dan kuat, penuh dengan semangat,
yang idealismenya belum terlalu terkontaminasi kok cuma diajak kumpul,
masak-masak, makan-makan dan jalan-jalan.. yee, gimana sih? Mereka harusnya
dilibatkan dalam kegiatan sosial.
Those young ones
who are healthy and strong, full with energy, whose idealism is less
contaminated were involved in gathering activity, doing cooking, eating and on
sort of picnicking outing activity.. come on. They should be involved in
social, humanitarian activities.
Saya yang jauh lebih tua saja mencari berbagai kegiatan
sosial. Dan diam-diam saya melibatkan diri dalam beberapa diantaranya. Itu
lebih memuaskan hati saya dibandingkan kalau saya ikut kumpul-kumpul,
makan-makan, masak-masak atau jalan-jalan.
I, who is much
older than them, seek for various social activities. And have been quietly
involved in some of them. It gives my heart more satisfaction than to be in a
gathering, doing cooking, eating or going into sort of picnic outing.
Saya tanya pada ‘adik’ saya apa agenda kegiatan mereka untuk
tanggal 31 itu. Dia bilang nanti disana wisata kuliner, lihat-lihat kampusnya
dan sharing.
I asked my
‘brother’ what is their agenda on that 31st. He said to go culinary
trip, seeing his former campus and sharing.
Dua kegiatan pertama benar-benar bukan lagi hal yang saya
perlukan dan cari kalau saya mengikuti suatu acara rohani. Jadi saya semakin
mantap dengan keputusan saya untuk tidak ikut dengan acara pemuda ini.
The first two
activities are definitely not the things I need and seek when I join a
spiritual activity. So it convinced me more not to join this youth fellowship.
Kegiatan terakhir yang disebutkannya juga bukanlah hal yang
sedang ingin saya lakukan. Saya tidak lagi percaya pada segala hal rohani,
agama, tuhan dan yang sejenis dengan itu.
The last
activity is not what I am want to do either. I no longer
believe in any of religious, spiritual, god and those kind a stuff.
Sejak saya mulai memproklamirkan diri dengan hal itu,
orang-orang di tempat kerja saya berusaha untuk meluruskan dan membuat saya
bertobat. Masing-masing dengan caranya.
Ever since I
declaring those stuff, people at work have been trying to straighten and knock
some senses into my head. They have their own ways of doing these.
Ketika senior saya memberikan ijin untuk saya mengikuti
acara pemuda yang membuat saya pasti tidak masuk hari Sabtu.. dan tetap
memberikan ijin sekali pun saya sudah mengatakan padanya kalau saya tidak mau
ikut..
When my senior
allowed me to join that youth fellowship activity which will make me skip work
on Saturday.. and still gave me the permission though I have told him that I
don’t want to go..
“Ada yang ga beres” kata saya pada Andre ketika menceritakan
peristiwa hari Kamis pagi itu.
“Something
fishy” I said to Andre when I told him about that Thursday morning
conversation.
“Mungkin dia benar-benar ingin kamu pergi” jawab Andre.
“Maybe he really
wanted you to go” Andre replied.
“Saya tahu betul si babe” saya menggelengkan kepala
“Kegiatan yang paling berguna pun tidak bisa bikin dia keluarin ijin kalau
kegiatan itu bikin saya harus ga masuk kerja di akhir minggu”
“I know him” I shook my head “The most important event couldn’t make him gave me the
permission to take a day off in the weekend”
“Mungkin dia ingin kamu bisa bergembira ikut kegiatan
anak-anak muda itu” Andre tersenyum “Mungkin dia melihat kamu perlu bergembira
sedikit”
“Maybe he wanted
you to have fun with those young people” Andre smiled “Maybe he saw that you
need to cheer up a bit”
Saya berpikir “Ya, dia senior saya yang paling baik, paling
perhatian, paling peduli ke saya. Tapi kalau soal kerjaan, dia orang yang
pegang aturan dan alasannya masuk akal jadi saya tidak pernah merasa kesal
kalau dia tidak ijinin saya tidak masuk kerja di akhir minggu”
I thought about
it “Yes, he is the kindest senior I have ever had, full of attention and most
care to me. But when it comes to work, he sticks to the rule and he has logical
reason so it didn’t upset me if he didn’t allow me to skip work on weekend”
Andre memeluk saya “Kamu menduga ada sesuatu dibalik
sikapnya yang demikian melunak tentang ijin itu?”
Andre hugged me
“You suspect there is a catch behind his change of opinion on that
permission?”
Saya tertawa “Mungkin akhir-akhir ini saya jadi terlalu
paranoid ketika orang-orang dengan penuh semangat ingin bikin saya bertobat.
Saya jadi cepat curiga dan menjauhi mereka yang punya niat
seperti itu”
I laughed “Maybe
I have become a bit paranoid lately when people eagerly wanting to straighten
me. I became suspicious and show ignorance attitude toward those who have that
kind of intention”
“Dia orang baik” lanjut saya “Saya menghormati, menghargai,
mengagumi dan menyayanginya dengan sepenuh hati tapi saya tahu dia berkeinginan
sama seperti orang-orang lainnya.. ingin supaya saya kembali ke jalan yang
benar. Padahal saya hanya ingin hidup berdasarkan prinsip-prinsip saya”
“He is a good
man” I went on “I respect, appreciate, admire and love him with all my heart
but I know he is just like the others who wish I would return to the right
path. While all I wanted is to live my life in accordance to my own principles”
Persekutuan pemuda dan saya tidak berada dalam frekuensi
yang sama.
The youth
fellowship and I are just not in the same frequency.
Dan sayangnya saya juga tidak lagi berada dalam satu
frekuensi dengan apa yang orang-orang yakini.
And
unfortunately I am no longer in the same frequency with what people belief.
Seandainya saja mereka semua bisa menerima dan melihat saya
sebagai seorang Keke dan tidak peduli dengan apa yang saya yakini dan apa yang
tidak saya yakini.. hal itu akan membuat saya jauh lebih bahagia.
No comments:
Post a Comment