Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, January 20, 2014

Finding a Family

Selama 3 hari 2 malam saya menginap di rumah Santi, saya tidak merasa menjadi tamu. Saya di lihat, di terima dan di anggap sebagai bagian dari dirinya dan keluarganya. 


During my 3 days and 2 nights stay at Santi’s place, I didn’t feel like a guest. I was seen, accepted and treated like a family member.

Bagi anak-anaknya, saya bukanlah sekedar sahabat lama ibu mereka yang datang untuk berkunjung atau pertemuan saya dengan ibu mereka adalah hanya untuk reuni.  

To her children, I am not just their mother’s old friend who came for a visit or to have a reunion.

Dari awal Santi memang sudah membiasakan anak-anaknya untuk memanggil saya ‘auntie’. Tapi setelah saya bertemu dengan mereka, ‘auntie’ bukanlah menjadi sebuah panggilan karena mereka benar-benar melihat, menganggap dan menerima saya sebagai auntie mereka.

From the start Santi has been asking her children to address me as ‘auntie’. But after I met them, ‘auntie’ is not just a word because they really see, treat and accept me as their auntie.

Dan bagi saya, mereka bukanlah sekedar anak-anak Santi. Mereka adalah anak-anak saya.

And for me, they are not just Santi’s children. They are my children as well.

Rasa sayang di antara saya dan anak-anak itu muncul sejak di awal kami bertemu pada bulan Oktober 2013.

The mutual feeling of loving between me and the kids came in our hearts since the first time we met in October 2013.

Kata-kata ‘aku sayang auntie’ memang tidak pernah terucap dari mulut mereka kepada saya tapi buat saya itu tidak perlu. Saya sudah mengetahuinya setiap kali saya melihat muka mereka atau ketika Kenzie memeluk saya atau ketika saya serta Klara mengobrol, menonton tv atau membaca buku-buku komiknya.


So the words ‘I love you, auntie’ are never spoken, they never said it to me but it is not necessary. I knew it only by looking at their faces or when Kenzie hugged me or when Klara and I talked, watched tv or read her comic books together. 

Saya juga tidak pernah mengucapkan kata-kata 'auntie sayang Kenzie' atau 'auntie sayang Klara' pada mereka. Tapi bayangan muka mereka menjadi penggerak utama yang membuat saya memutuskan untuk berangkat ke rumah Santi di Jakarta pada hari Minggu (12/1) sekalipun untuk itu saya harus menembus hujan deras, angin dingin dan banjir.


I never told them the words 'auntie loves Kenzie' or 'auntie loves Klara' either. But the images of their faces were the main motivator to make decide to go to Santi’s place in Jakarta though it meant I had to go through the pouring rain, the freezing wind and flood on that Sunday (Jan 12th).

Karena rasa sayang atau cinta itu ada di dalam hati. Bukan di bibir.

Because love is in the heart. Not on lips.

Cinta itu harus dirasa dengan hati dan kalau cinta ada dalam hati maka perbuatan kita akan menampakkannya.

Love must be felt by heart and if love is in the heart, it appears in one’s attitude.

Dan sebelum kami memiliki rasa saling menyayangi seperti ini seperti layaknya anggota keluarga, semua bermula dari suatu persahabatan..

And before we have this mutual feeling of loving each other like family, it all started from a friendship..

Santi dan saya bertemu ketika kami sama-sama kuliah di Perbanas karena kami satu kelas, satu angkatan. Dan entah bagaimana caranya, kami jadi berteman akrab. 


Santi and I met when we went to Perbanas college, we were in same class, same academic year. And I don’t know how, but we ended up being bestfriends.

Tapi setelah lulus kami terpisah. Masing-masing menjalani kehidupan seturut dengan alur nasibnya. Komunikasi yang terjalin pun hanya sekali-sekali. 


We separated after graduation. Each went on her own life path. Rarely in communication.

Jarak di antara kami makin melebar setelah saya dan orang tua pindah ke Bogor tahun 1998.

The distance between us got wider after my parents and I moved to Bogor in 1998.

Kesusahan dalam kehidupan pribadi yang akhirnya membuka kembali komunikasi kami.

Personal problems in our lives were the one that brought us back in communication.

Mulai tahun 2000 kehidupan masing-masing kami mulai di hantam badai.

The year 2000 marked the time when the storm hit our lives.

Santi kehilangan anak, lalu pernikahannya mengalami krisis berat, belum lagi hubungannya yang kurang harmonis dengan saudara-saudaranya, mertua dan ipar-iparnya.

Santi lost a child, after that faced bad marital problems, not to mention her relationship with her siblings, mother inlaw and her inlaws that were not in harmony.

Sementara itu saya menghadapi masalah dengan kesehatan sampai dalam setahun harus dua kali menjalani operasi, lalu di depak dari perusahaan tempat saya kerja yang menganggap saya tidak lagi kompeten karena kesehatan menurun, lalu hubungan cinta saya hancur ditengah jalan, saya berganti-ganti pekerjaan, orang tua bergantian sakit.

In the meantime I had health problems that made me had to have surgery twice in a year, later dumped by the company where I worked as they said I no longer a competent employee due to that health problems, after that I broke up with my former boyfriend, I changed jobs, my parents took turn in getting sick.

Sampai tahun 2013 pun badai itu masih menghantam kehidupan kami masing-masing.

Oct 2013

Even in 2013 each of us  had the storm hit our lives.

Santi sempat beberapa kali lari dari rumah, meninggalkan suami dan anak-anaknya ketika krisis dalam pernikahannya memuncak. Lalu dia harus menjalani operasi untuk memperbaiki saluran ginjalnya yang tidak berfungsi dengan baik. Dia sempat berpikir ingin bunuh diri.

Santi left her husband and children several times when her marital problem reached its peak. After that she had to undergo surgery to fix her malfunction kidney’s duct. She thought about suicide.

Saya juga menghadapi berbagai macam masalah. Saya frustrasi dengan karir saya yang rasanya jalan di tempat sementara umur saya tidak jalan di tempat, lalu saya mengalami masalah hormon yang membuat siklus dan volume menstruasi saya kacau, orang tua saya sakit sampai saya kira seorang dari mereka akan meninggal, saya merasa gagal sebagai anak dan sebagai individu dan selama berbulan-bulan saya tenggelam dalam depresi yang parah sampai rasanya saya ingin mati saja. 

I too faced many problems. I got frustrated seeing my career stuck while my age is not stuck in one year, I had hormonal problems that turned my menstruation cycle and volume upside down, my parents got sick that I thought one of them would die, I felt I failed as a child and as a person and I drowned in severe depression for months that I felt I just wanted to die.

Masa-masa sulit itu justru menyatukan saya dan Santi.

Those hardship have united me and Santi.

Dalam keadaan putus asa, dia menghubungi saya. Telpon, sms dan surat menjadi media untuk berbagi rasa. Dia menemukan kekuatan, penghiburan dan orang yang dia tahu peduli serta sayang padanya. Itu adalah pelampung pertama yang menyelamatkannya.


Dispaired, she contacted me. Phone calls, texts and letters were the ways to share her feelings. She found strength, relief and a person who cares and loves her. Those are the first buoy that saved her.

Tidak seperti Santi yang lebih terbuka, saya menutup diri, menyembunyikan isi hati dan saya mampu menampilkan diri kebalikan dari apa yang saya rasakan dalam hati sehingga tidak seorang pun yang mengetahui bahwa keadaan saya tidak baik-baik saja.

Unlike Santi who is more open, I am a private person, I hide my feelings and I can appear myself so very different with the one I feel in my heart that no one knew I was not fine.

Santi cukup peka untuk bisa mengendus apa yang saya sembunyikan itu. Dia bisa menembus tembok api yang saya bangun tanpa membuat saya merasa terpojok. 


Santi is quite sensitive to make her able to know what I have been hiding. She could get through my firewall without making me feel cornered.

Kami berdua bukanlah perempuan cengeng. Kami sama-sama keras kepala, keras hati, tomboy tapi penyayang dan punya rasa humor yang tinggi.

We both are not some meek women. We are stubborn, strong willed, tomboy but loving and have great sense of humor.

Sifat-sifat itu menolong kami untuk bertahan ketika kesusahan berusaha untuk menghancurkan kami dan juga menolong kami untuk bangkit kembali.

Those qualities help us to stay alive when hardship tried to crush us and to help us to get back on our feet.

Tapi ada saat-saat dimana kami tidak mampu untuk menghadapi kesusahan itu sendirian. Dengan cara masing-masing, kami bergantian menopang ketika yang lain hampir jatuh dan menjadi tangan yang menarik untuk menolong yang lain bangkit kembali.

But there were times when we couldn’t face hardship all alone. With our own ways, we took turn on helping each other, supporting when the other was nearly fell and being a hand that help to pull the other stand up again.

Sampai akhirnya kami menyadari kami telah menjadi lebih dari dua sahabat.

Until finally we realize that we have become more than bestfriends.

Kami telah menjadi keluarga.

We have become family.

Special note

Santi bukanlah satu-satunya orang yang telah menganggap saya dan yang saya anggap sebagai keluarga.

Santi is not the only person who accepts me and whom I accept as family.

Ada beberapa orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama kepada diri saya dan yang saya anggap sebagai keluarga saya.

There are some people who do the same to me and whom I accept as my family.

Mereka yang telah menjadikan saya sebagai bagian dari keluarga mereka dan begitu pula sebaliknya, waktu dan kesulitan telah menguji mereka dan saya sehingga cinta di dalam hati masing-masing kami itulah yang menyatukan dan mengikat kami.

They who have made me as part of their families and vice versa, time and hardship have tested them and me so the love in our hearts is the one that unite and bound us.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya bersyukur dan bahagia memiliki mereka.

I just want to say that I am grateful and happy to have them.

Lagu Celine Dion ini adalah satu lagu yang saya sukai dan saya rasa kata-katanya tepat menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh mereka yang menyayangi saya dan apa yang telah saya lakukan untuk mereka yang saya sayangi.


This Celine Dion’s song is one of my favorite and I think the words describe the things that have been done by those who love me and the things I have done to those whom I love.

No comments:

Post a Comment