“Kak, bahasa Inggrisnya apa ya kalau mau bilang ….”
“Sis, what is
the English for ….”
Dan saya menghentikan apa pun yang sedang saya kerjakan
untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris.
And I stopped
whatever I was doing at that time to translate it to English.
Atau di saat lain..
Or in other
time..
“Kak, comfortable bener kan tulisannya…” dan dia mengeja
kata itu.
“Sis, did I write comfortable correctly?” and she spelled that word.
Hal seperti ini terjadi setiap kali kami berdua berada
diruangan saya dan si mahasiswi magang sedang mengerjakan sesuatu di laptop
sambil chatting dengan teman-teman India-nya.
This happens
everytime the two of us are in my room and the intern is working on her laptop
while chatting with her Indian friends.
Kadang-kadang dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti
di atas tadi kalau menemui kesulitan dalam menerjemahkan jawabannya dalam
bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau hanya untuk memastikan dia telah
menuliskan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan benar.
Sometimes she
asked me questions like the ones above when she had trouble translating them
from Indonesian to English or just to make sure she has written those English
words correctly.
Pengertiannya tentang bahasa Inggris cukup baik. Penguasaannya
pada tata bahasa Inggris juga cukup. Perbendaharaan kata-kata bahasa Inggris
lumayan. Hanya perlu lebih dilatih.
Her English
is quite good. Her capability in English grammar is quite good too. Her
vocabulary is not bad. She only needs more drill.
“Ntar gue ajarin lu bahasa Inggris” kata saya “Supaya ga
malu-maluin gue kalau elu lagi chattingan sama tu India-India”
“I’ll teach
you English” I told her “So you don’t embarrass me when you chat with those
Indians”
Lagi pula, pikir saya, saya kan guru bahasa Inggris (saya
mengajar les bahasa Inggris ke anak-anak dari SD sampai SMA), masa sih teman
saya yang enam hari dalam seminggu ketemu saya, bahasa Inggrisnya tidak menjadi
lebih baik?.. ilmu itu kan untuk dibagi-bagi, bukan buat diri sendiri.
Besides, I
thought, I am an English teacher (I am an English tutor to elementary kids to
highschool students), would this friend of mine whom I met six days a week
can’t have her English improved?.. knowledge is to be shared, it is not to be kept
to oneself.
Tapi dua bulan lewat dan karena sibuk, janji itu harus
ditunda dulu.
But two
months passed, work made the promise had to be put on hold.
Akhirnya, datanglah bulan Desember dan kesibukan bertambah
tapi justru janji itu bisa ditepati karena saya jadi sering menginap di kantor.
Finally, December came and we got busier but it was the time when I could keep that
promise because of my often stay at the office.
Karena kalau menginap di kantor, sore setelah mandi, sambil
istirahat sebentar sebelum kembali ke ruangan saya untuk melanjutkan kerja, ada
waktu sekitar satu jam atau satu jam setengah yang saya pakai untuk
mengajarinya bahasa Inggris.
Because when
I stayed at the office, in the afternoon after I took a bath, while took a
break before returned to my room to work, I had one or one and a half hours to
tutor her English.
Lebih enak mengajari bahasa Inggris ke orang dewasa karena
nalarnya sudah jalan dengan lebih baik dan sudah ada dasar yang dulu
dipelajarinya di sekolah.
It is more
fun to teach English to adults because they have better logic and they have
some knowledge from their school days.
Yang penting banyak dan sering latihan saja supaya tidak
lupa dan yang paling penting untuk bikin otak jadi bisa otomatis membuat versi
bahasa Inggris dari kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia yang mau diucapkan
atau yang akan dituliskan.
The important
thing is to have lots practice and do that regularly to prevent from forget
what we have learned and the most important thing is to make the brain automatically
makes English version of the Indonesian sentences we want to say or to write.
* * * * *
Indonesia adalah satu dari sekian banyak negara yang
menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Indonesia is
one of many countries that make English as its second language.
Bahkan sebetulnya amat sangat berambisi dalam hal itu
melihat bagaimana bahasa Inggris sudah diajarkan dari taman kanak-kanak.
Sebagai perbandingan, di tahun-tahun 1980an pelajaran bahasa Inggris baru
diajarkan di kelas satu SMP.
It is even
ambitious in that matter seeing how English has taught in kindergarten. As
comparison, in the 1980s it was taught in seventh grade.
Jadi berlega-hatilah orang asing yang datang atau berada di
Indonesia karena orang Indonesia umumnya mengerti dan bisa di ajak bicara dalam
bahasa Inggris.
So foreigners
don’t have to worry when they come to Indonesia or stay in this country because
most Indonesian understand and can speak in English.
Tapi ada satu negara di Asia Tenggara ini yang bahasa
nasionalnya adalah bahasa Inggris namun membuat orang asing terbingung-bingung
mendengar Inggris yang bukan Inggris.
But there is
one country in this East Asia which put English as its national language but
makes foreigner lost when hearing their English that is not English.
Kontak saya pertama kali dengan Singlish (Singaporean
English) ini terjadi tahun 1997 ketika saya bekerja di perusahaan Jepang yang
bekerja sama dengan pengusaha dari Singapura.
My first
contact with Singlish (Singaporean English) was when I worked in a Japanese
company in 1997 which cooperated with Singaporean businessman.
Haduh!.. bahasa Inggrisnya bikin saya bingung. Mereka amat
fasih tapi aksen Cina dan Melayu sangat kental sehingga saya harus
berkonsentrasi penuh supaya bisa mengerti apa yang mereka ucapkan.
Damn!.. their
English gave me headache. They are very fluent but spoke it with thick Chinese
and Melayu accent so I had to fully concentrate listening on their conversation
to be able to understand what they were saying.
Bertahun-tahun kemudian siapa duga saya akan kembali
bersinggungan dengan Singlish ketika saya dan Andre mengunjungi negara itu.
Many years
later, what do y’know, I would once again met the Singlish when Andre and I
visited that country.
“Inggris kamu sudah mulai mirip tuh sama Inggrisnya orang
Singapura” suatu kali Andre menertawakan saya.
“Your English
has started to imitate Singaporean English” one day Andre laughed at me.
“Oh?” saya kaget.
“Oh?” I was surprised.
“Jangan ketularan dong” Andre nyengir “Inggris kamu kan
Inggris Amerika”
“Don’t pick
on their English” Andre grinned “Your English is American English”
Awalnya saya tidak percaya kalau tanpa sadar saya sudah
ketularan bicara dalam bahasa Singlish sampai saya perhatikan diri sendiri ketika
sedang bicara dan Andre memang benar..
At first I
didn’t believe I had caught on Singlish so I listened to myself when I was
talking and Andre was right..
Hahaha... lah..
Hahaha.. lah..
“Kalau kamu sudah mulai bicara dalam Singlish, saya akan
senggol kamu” dia menemukan solusi sederhana “Dengarkan saja saya bicara supaya
patokan bahasa Inggrismu mengikuti bahasa Inggris saya dan tidak terbawa dengan
mengikuti Singlish”
“Whenever you
have started to pick on Singlish, I will pat you” he came up with a simple
solution “Just listen when I talk so you can use my english and not Singlish”
Dan itulah yang kami lakukan selama kami berada disana..
hehe..
And that was
what we did through out the remain of our stay there.. lol..
* * * * *
Lalu apakah bahasa Inggris saya luar biasa bagus?. Ah, tidak
juga. Kelihatan hebat untuk mereka yang bahasa Inggrisnya kurang tapi buat yang
jago, pasti dengan mudah melihat kesalahan-kesalahan yang saya buat.
So is my
English very good? Nah, not really. It looks superb in the eyes of those whose
English is not good but for the master, my mistakes are easily found.
Saya guru bahasa Inggris tanpa ijasah dalam bidang tersebut.
I am an
English teacher who has no degree on that field.
Modal saya hanya kecintaan pada bidang pendidikan dan pada
bahasa Inggris. Tapi menurut murid-murid saya, saya membuat bahasa Inggris
menjadi lebih mudah dipahami dan lebih menarik dari pada guru-guru bahasa
Inggris mereka di sekolah.
The thing is
I am moved only by my love in teaching and in English. But my students said I
make English easier to understand and more interesting than what their teachers
in school do.
Kalau ada pujian yang paling indah.. itulah dia.
If there would
be any sweetest praise.. there it is.
* * * * *
Lantas ada tidak hal-hal lucu yang menyangkut tentang bahasa
Inggris ini?
So are there any
funny things regarding this English stuff?
Kalau saya lagi capek atau lagi marah, bahasa Inggris saya
jadi kacau atau malah bisa otak saya jadi kosong.
When I am
tired or angry, it turns my English upside down or even makes my mind
completely blank.
Yah.. tidak juga sih..
Umm.. not
quite..
“Fuck you!” seru saya kalau sedang amat sangat marah pada
Andre.
“Fuck you!” I
yelled that when I was so very mad at Andre.
“Kalau lagi marah kata makian ‘F’ itu yang paling dia ingat”
bukannya kesal dimaki demikian, dia malah nyengir lebar.
“When she
gets mad, the ‘F’ word is what she remembers most” far from upset for having me
yelled at him, he grinned broadly.
Hehehe.. betul sekali..
Hahaha.. got that right..
Kelucuan lain terjadi ketika ayah saya datang ke rumah
adiknya dan bertemu dengan besan adiknya.
Another funny
thing happened when my father came to his sister’s house and met her daughter’s
father in law.
“Saya datang sendiri. Istri saya tidak bisa ikut” kata bapak
yang ramah itu pada ayah saya.
“I came all
by myself. My wife can’t come with me” said the nice man to my father.
“Serigala?” ayah saya bertanya dengan bingung “Serigalamu?”
“Wolf?” my
father asked in confusion “Your wolf?”
“Bukan. Istri”
“No. Wife”
Logat Skotlandia yang kental ketika mengucapkan ‘wife’
(istri) oleh telinga ayah saya kedengarannya seperti ‘wolf’ (serigala). Saya cari di youtube rekaman orang Skotlandia bicara dalam bahasa Inggris untuk memberi gambaran seperti apa aksen mereka.
His thick
Scottish accent when he said ‘wife’ sounded like ‘wolf’ in my father’s ears. I went to youtube to find a Scottish speaks English in his Scottish accent to give you a picture about how it sounds.
Wakakakak… saya terpingkal-pingkal ketika ayah saya
menceritakannya pada kami.
Hahaha.. I laughed it out
loud when my father told us that.
Jangan berpikir semua orang Amerika bicara bahasa Inggris
sejelas seperti para aktor dalam film atau penyiar berita CNN atau host talk
show seperti Oprah. Orang-orang demikian belajar untuk bicara dengan pengucapan
yang jelas.
Don’t assume
all American speak English as clear as the actors in movies or CNN anchors or talk
show host like Oprah. Those people learn to speak with clear pronounciation.
* * * * *
Bagaimana pun juga, bersyukurlah bahasa Inggris terpilih
sebagai bahasa internasional. Tata bahasa dan pengucapannya lebih sederhana dan karenanya mudah untuk dipelajari.
Well, be
glad English was chosen as international language. Its grammar and pronounciation are simple and thus, easy to learn.
No comments:
Post a Comment