Kecil tapi.. Small but..
Hari Sabtu, 27 Desember 2014 saya dan beberapa rekan dari
kelompok pemuda mengikuti perayaan natal pemuda dan remaja yang diadakan di
gereja Ciampea.
On Saturday, December 27th, 2014, few people
from our youth fellowship and myself attended youth and teen’s Christmas held
at Ciampea church.
Ketika pertama kali saya mengunjungi gereja ini (sekitar
tiga tahun yang lalu), saya sempat kaget ketika melihat posisinya berada di
belakang pasar dan harus melewati gang.
When the first
time I went to this church (about three years ago), I was surprised to see it
is located behind traditional market and we have to pass a small alley.
Wah, kalau lokasinya
kayak gini, gimana gerejanya ya?
Umm, not fancy location, wonder how the
church looks like?
Tapi.. wow!.. gerejanya malah jauh lebih bagus dari pada
gereja saya.
But.. wow!.. the
church is much nicer than my own church.
Bangunannya jauh lebih besar, lebar dan tinggi. Benar-benar
berbentuk gereja.
The building is
bigger, wider and taller. It is really a church building.
Kantor pusat juga berbentuk gereja. Bahkan lebih megah. Tapi
entah kenapa, gereja Ciampea lebih memberikan rasa teduh di hati saya.
The head office
is also in the form of church. It is even majestic but the church in Ciampea
gives me the feeling of serenity.
Dan sore itu ketika kami masuk, ah.. saya semakin terkesan saat melihat
dekorasi natal mereka yang sederhana tapi bagus dan indah.
And that afternoon as we got
inside, gosh.. I was even more impressed when I saw their simple but yet nice
and beautiful Christmas decoration.
Mau tidak mau saya jadi membandingkannya dengan dekorasi
natal kami yang.. mm.., terlalu ramai sampai memberi kesan sesak karena
ruangannya tidak lebar dan tidak tinggi. (Ini bukan sentimen pribadi. Beberapa
rekan dan jemaat berkomentar sama).
I couldn’t help
not compared it with our own Christmas decoration which was.. umm.., too much
that it is suffocated because the room is not wide and not tall. (It is not
personal sentiment. Few colleagues and congragetions gave the same remark).
Dengan tidak bermaksud untuk merendahkan upaya dan kerja
keras tim dekor kami, saya beri acungan jempol sebanyak-banyaknya kepada tim
dekor gereja Ciampea atas pilihan dan selera mereka sehingga walau sederhana dan
tidak banyak tapi hasilnya tidak bisa diremehkan..
Without any
intention to degrading the effort and hard work of our decorator team, I give
thumbs up to Ciampea church decorator team for their choice and taste that
though it is simple and less but the result is not to be underestimated..
* * * * *
Kecil
tapi.. Small but..
Hal-hal yang kita anggap hanya sebagai perbedaan pemikiran
sebetulnya bukanlah sesuatu yang kecil.
Stuff we
perceive as just different way of thinking is not a small thing.
Selama beberapa bulan ini senior-senior di kantor saya bersitegang
dengan senior-senior di kantor pusat karena perbedaan pemikiran tentang
pencalonan seseorang.
In the past few
months the seniors in my office have been having row with the seniors in head
office over different thinking about somebody’s appointment.
Cepat atau lambat berita tentang hal ini akhirnya sampai
juga ke telinga kami dan ini menimbulkan banyak pertanyaan serta keresahan.
Sooner or later
news about that row reached us and it has created lots of question and
anxieties.
“Yang bikin heran, orang yang jadi sebab pertentangan itu
tetap bertahan juga ya” kata rekan saya “Coba kalau kasus begini kejadian di Jepang,
orangnya pasti memilih untuk mengundurkan diri ketika melihat gara-gara
pencalonan dirinya, hubungan dua kantor jadi tegang selama berbulan-bulan.
Mengundurkan diri bukan berarti kalah tapi itu tindakan kehormatan kalau
dilakukan untuk mencegah banyak kerugian”
“The
unbelievable thing is, the person whom become the object of row has
persistently hold the position” said a colleague “If this happens in Japan,
that person would choose to resign once seeing her appointment has brought
tension between two offices. Resignation is not about losing, it is an
honorable act when it is done to prevent many loses”
“Ya itu kan orang Jepang” saya nyengir “Orang Indonesia
jarang ada yang punya prinsip atau pemikiran kayak gitu”
“You are talking
about Japanese” I chuckled “It is rare for Indonesian to have that kind of
principle or such thinking”
“Lagi juga buat apa sih ngotot banget?” tanya rekan saya
yang lain “Seakan-akan disini ada intan berlian yang bisa didapetin”
“Beside, why
being so persistent?” asked my other colleague “As if there were diamonds in
reward in this place”
Saya spontan ngakak “Mudah-mudahan apa pun alasan yang bikin
pihak sini dan orang itu bertahan dan ngotot memperjuangkan pencalonannya
benar-benar didasari oleh adanya keinginan yang tulus dan murni untuk membawa
perbaikan dan kemajuan buat kantor ini”
I spontaneously
burst out my laugh “Let’s hope whatever the reason that made our side and that
person to stand firmly on her appointment is based on sincere and pure agenda
to improve and bring good things to this office”
Saya benar-benar berharap demikian.
I really cross
my finger on it.
Ketika hal-hal yang kelihatannya kecil kemudian menjadi
sesuatu yang besar, berharaplah semua sebanding dengan hasil baik yang akan
diterima dan bukan menjadi satu lubang kecil yang kemudian akan menenggelamkan
sebuah perahu.
When small
things turn into big things, let’s hope it is worth the good outcome and not
became a small hole that would later sink the boat.
* * * * *
Kecil
tapi.. Small but..
Sekurangnya sudah seminggu saya sibuk, kurang istirahat dan
kurang tidur ketika saya di foto dan hasilnya adalah foto di atas ini.
It has been at
least a week that I was busy, had less rest and lack of sleep when I was
photographed as it can be seen in the above photo.
Saya tidak tahu apa foto itu menunjukkan kelelahan dan
keruwetan otak saya terlihat atau tidak. Saya mencoba untuk tetap memasang
senyum paten tapi sepertinya hanya mulut saya yang tersenyum.
I don’t know if
the things that worn me out shown in that photo or not. I managed to put my
trade mark smile but it seems it was only my lips that smiled.
Hati saya jauh dari tersenyum.
Not a smile from
the heart.
Mungkin 2 jam setelah foto itu dibuat, saya sampai di rumah.
Dan orang tua saya tidak menyambut saya dengan ucapan (yang setidaknya saya
harap akan mereka ucapkan) seperti “Keke sayang.. sudah pulang”. Boro-boro ada
ciuman.
Probably about 2
hours after the photo was taken, I got home. And my parents didn’t greet me
with something (which I hoped they would say to me) like “Dear Keke.. you’re
finally home”. Let alone giving me kisses.
Dalam keadaan capek, kurang istirahat dan kurang tidur, saya
bukan hanya lemas.. saya jadi gampang nyolot.
In a very
exhausted condition, had less rest and lack of sleep, it left me not having
much energy.. I was easily lost my temper.
Saya bersyukur bisa menguasai emosi karena sambutan dingin
orang tua saya sebetulnya membuat saya kesal dan merasa tidak dihargai.. saya
bekerja untuk mereka juga, sekarang saya pulang dalam keadaan capek, ngantuk,
kedinginan dan sebal.. sebal dengan pekerjaan, sebal dengan segala acara yang
diadakan di kantor yang bikin saya sampai tidak pulang ke rumah pada malam
natal, sebal dengan semua orang di kantor..
I am glad I
could control my emotion because my parents’ cold reaction badly upset me and
made me felt unappreciated.. I work for them too, now I am home from work,
tired, sleepy, cold and upset.. upset to work, upset to events held by the
office that made me unable to go home on Christmas eve, upset to all people at
work..
Saya jadi ingat sewaktu masih kecil dulu, setiap kali ayah
saya atau ibu saya pulang ke rumah entah dari kantor atau dari pasar, saya dan
almarhum adik saya akan berlari keluar menyambut mereka sambil berseru “Papa
pulang” atau “Mama pulang”.
I remember as a
child, when my father or my mother got home from work or from the market, my
late sister and I would run out screaming “Daddy’s home” or “Mommy’s home”.
Entah sambutan kami atau hanya dengan melihat kami dan
mendengar suara kami, sudah bisa menghapus kelelahan dan segala kejengkelan
yang dibawa dari kantor atau dari jalanan.
Whether it was
our greeting or only by seeing us and hearing our voices could wipe off the
exhaustment and bad mood brought from the office or the ones picked on the way
home.
Saya kira hanya anak-anak yang bisa membuat orang merasa
dihargai melalui cara mereka menyambut orang terkasih dengan cara kecil tapi
demikian berarti seperti itu.
I think only
children can make people feel appreciated through their way to greet their
loved ones using small way but meant the world.
Orang dewasa tidak lagi memberikan hal-hal kecil seperti
itu.
Grown ups no
longer give small things like that.
Bukan berarti kita tidak saling mencintai. Kita hanya
kehilangan cara-cara kecil untuk menunjukkan cinta itu.
It does not mean
we don’t love each other. We just lost it, lost the small ways to show that
love.
Saya tahu orang tua saya sangat menyayangi saya. Saya adalah
segalanya bagi mereka dan mereka adalah segalanya bagi saya. Kami saling
melakukan banyak pengorbanan demi cinta itu.
I know my
parents love me so much. I am their world and they are my world. We make
sacrifices for that love.
Jadi tidaklah benar kalau kami tidak saling menghargai.
So it is not
true that we are not appreciate each other.
Beberapa hari kemudian saya mengetahui kenapa orang tua saya
tidak mengucapkan banyak kata ketika saya sampai di rumah. Mereka melihat saya
kelihatan begitu kepayahan karena kecapaian sehingga mereka menahan diri untuk
tidak bicara, mereka ingin supaya saya cepat mandi, cepat makan dan bisa cepat
tidur.
Few days later I
learned why my parents said less words when I got home. They saw me so drained
that they held themselves from saying lots of word, they wanted me to have a
bath right away, got something to eat and went to straight to bed.
Yah, mana saya tahu kalau mereka berpikiran seperti itu..
Well, how should
I know what was in their minds..
Akibatnya saya jadi berpikiran jelek..
It made me to
have bad thoughts..
Tiap orang memberi sambutan yang berbeda. Contohnya
Andre.
Each of us have
different ways of greeting somebody. Andre for example.
Kalau dia tidak bisa menjemput saya dan membuat saya harus
naik kendaraan umum untuk ke rumahnya, maka begitu saya sampai dan membuka
pintu, kalau dia sedang berada di dapur atau di kamar atau di kamar mandi, dia
akan berseru “Keke? Kamu sudah sampai?”..
When he couldn’t
pick me up and made me had to take public transportation to get to his house,
once I got there and opened the door, if he was in the kitchen or in the
bedroom or in the bathroom, he would ask “Keke? Is that you?”
“Ya” jawab saya singkat.
“Yes” I gave him
short answer.
“Saya di dapur” serunya kalau dia sedang berada di dapur.
“I am in the
kitchen” he said if he was in the kitchen.
Saya meletakkan ransel lalu pergi ke tempat dimana dia
sedang berada.
I put my
backpack and went to find him.
“Hai sayang” dia menyambut saya dengan senyuman atau
cengiran “Gimana hari ini?”
“Hi hun” he
greeted me with a smile or a grin “How was your day?”
Tanpa menunggu jawaban, dia menarik saya dalam pelukannya
dan mencium saya.
Without waiting
for my answer, he pulled me into his arms and kissed me.
“Hmm.. kamu berbau kantor” dia tertawa sambil menggosokkan
dagunya ke pipi saya hingga jenggotnya menggelitik saya dan membuat saya
terkikik “Mandi sana, biar mesinmu jadi dingin dan kamu tidak berbau kantor
lagi”
“Hmm.. you smell
like the office” he laughed as he caressed his chin to my cheek that made his
beard tickled me and made me giggled “Go and have yourself a bath, to cool down
your engine and get rid that office smell off you”
Sudah 7 tahun kami bersama dan dia tetap seperti itu.
We have been
together for 7 years and he remains like that.
Semua memang tergantung dari manusianya. Dan manusianya dipengaruhi
oleh latar belakang adat, budaya dan keluarga.
It depends on
the person. And the person is effected by ethnic, culture and family
background.
* * * * *
Demikianlah hal-hal kecil yang saya tuliskan di atas
kelihatannya remeh tapi ternyata punya arti besar dan dampak yang juga besar.
No comments:
Post a Comment