Kalau bukan karena internetnya Telkom ngadat selama dua hari
terakhir, saya tidak akan terpikir mau ke warnet. Tapi karena ada beberapa file
yang harus dikirimkan lewat email sekalian mau posting catatan untuk blog, saya
memutuskan untuk mampir ke warnet pulang dari kantor hari Senin (19/1).
I wouldn’t
think to go to internet cafe if it is not because Telkom internet line gone
error for two days. But since there were files to be sent by email and I also
needed to make a blog post, I decided to stop by at an internet cafe after work
on Monday (Jan 19th).
“Ikut dong, kak” seru teman saya begitu mengetahui tentang
rencana saya “Mau kirim email juga”
“I’ll go
with you, sis” said my friend when she knew about my plan “I must send an email
too”
Jadi sekitar jam 4 sore kami meninggalkan kantor menuju
warnet.
So at about
4 pm we left the office to the internet cafe.
“Ada internet diseberang situ” katanya.
“There is
an internet cafe across the street” she said.
Saya pikir yang dimaksudkannya adalah satu tempat yang tidak
saya tahu dan saya juga berasumsi tempatnya lebih baik dari tempat pilihan saya
tapi..
I thought
she meant a place that I didn’t know and I assumed it must be nicer than my
chosen place but actually it was..
Dia sudah mau berbelok masuk ke warnet itu.. saya kaget dan
spontan berseru..
“Ah, jangan ke situ!”
“No, not
there!”
Bertahun-tahun yang lalu saya sering mengunjungi warnet itu.
Tapi pelan-pelan kondisinya menjadi memprihatinkan. Ruangannya gelap, meja dan
komputernya seperti tidak pernah di lap, melihat debu tebal itu sudah bikin
hidung saya terasa ingin bersin, jok kursinya sudah berubah warna, kualitas
komputernya juga jauh dari memuaskan.. untuk memasang flashdisk saja susah
sampai saya harus minta tolong pada bapak penjaga sekaligus pemilik warnet itu
dan dia harus merangkak masuk ke kolong meja.
Years ago I
was a frequent visitor to that internet cafe. But slowly its condition becomes
bad. The room is dark, the desks and computers look as if they have never been
cleaned, seeing the thick dust on them made me wanted to sneeze, the cushion on
the chairs have changed colors, the computers are outdated.. I had to ask the
man incharge, who happens to be the owner of the place, to help me plug in the
usb and he had to crawl under the desk to do that.
“Kenapa?” tanya teman saya heran.
“Why not?”
asked my friend.
“Tempatnya tidak bagus, buluk” jawab saya tegas tanpa
menjabarkan tentang apa yang saya ketahui mengenai kondisi warnet itu “Ada
tempat lain yang lebih bagus”
“It is not
a good place, it’s rotten” I said firmly without describing what I knew about
its condition “There is other place which is nicer”
“Ga mau, ah. Jauh. Malas. Gimana nanti kalau hujan?”
protesnya bertubi-tubi.
“No. It is far. Don’t wanna walk that far. How if it would
rain?” she peppered out her protest.
Alamakkkk!!.. Saya yang biasanya bisa menahan diri, agak lepas kendali.
Good heavens!!.. I usually
able to control my emotion but I kind a lost it.
“Cuma jalan dikit lagi, bawel amat sih? Ngeluh dan ngerengek
aja” gertak saya.
“It is just
a little more walk, why are you being so fussy? Whining and complaining?” I
snapped.
“Ga mau ah” katanya.
“No, I
don’t want to go there” she said.
Wah, saya hilang sabar betulan “Ya sudah, kalau gitu kamu ke
warnet itu dan saya ke warnet disana”
Man, I
really lost my temper “Fine, you go to that internet cafe and I go to another
one”
Entah karena nada suara saya yang mulai tinggi, entah karena
menghindari perdebatan.. dia mengalah.
I don’t
know either it was my high pitch voice, either to avoid further argument.. she
gave in.
Akhirnya kami sampai di warnet pilihan saya. Ya, letaknya
memang sedikit lebih jauh tapi tempatnya tidak mengecewakan. Biar pun ada
beberapa kekurangan tapi secara keseluruhan tempat itu jauh lebih bagus dan
lebih baik dari warnet pertama.
We finally
got at my chosen internet cafe. Yes, it is a bit farther but the place is not
bad. There are few less satisfaction things but in general the place is nicer
and better than the first one.
Mungkin sekali-sekali teman saya itu perlu melihat seperti
apa keadaan bagian dalam warnet yang pertama. Supaya bisa membandingkannya
dengan warnet kedua.
Maybe my
friend needs to see what is it like in the first internet cafe. So she can
compare the two places.
Sepanjang jalan pulang dan bahkan setelah saya berada di
rumah, saya tidak bisa berhenti memikirkan peristiwa itu. Akhirnya saya memutuskan
untuk menuliskannya dan inilah apa yang saya pikirkan.
But all the
way home and even after I got home, I just can’t stop thinking about it. I
finally decided to write it down and this is what I have been having in my mind.
Seorang teman mengirimkan gambar dibawah ini dan saya
tertawa karena tepat sekali menggambarkan kehidupan saya.
A friend
sent me the graphic below and I laughed when I saw how it precisely described
my life.
Saya tidak pernah merencanakan kehidupan melewati rute
se-kriting itu tapi demikianlah penggambaran perbedaan antara keinginan dan
harapan dengan kenyataan.
I never planned
my life to go through such a kinky route but it gives a picture how big the
difference is between wishes and hopes with reality.
Saya merencanakan tetap bekerja di Indosat, mereka tidak
memperpanjang kontrak saya sehingga keluarlah saya dari situ.
I planned
to keep my job at Indosat, they didn’t extend my contract so I packed my stuff
and left.
Saya merencanakan untuk mengambil kuliah malam ketika saya
bekerja sebagai sekretaris di perusahaan asing. Gaji saya besar. Perusahaan
memiliki prospek masa depan yang cerah. Saya punya pacar yang sudah mapan dan
kami bicara tentang pernikahan. Lalu krismon menimpa negeri ini. Perusahaan
tempat saya kerja ditutup. Hubungan saya dengan pacar tiba-tiba berakhir.
I planned
to take night school when I worked as a secretary in multinational company. I
was well paid. The company had bright prospect. I had a boyfriend who was
financially well off and we had talked about marriage. And then monetary crisis
hit the country. They closed my office. Followed by the break up with my
boyfriend.
Saya berpindah kerja ke perusahaan asing lainnya. Disitu gaji
saya lebih besar. Saya segera juga mendapat pacar baru, kalau pun kemudian
hubungan kami berakhir, saya cepat mendapatkan pengganti. Hidup saya seperti
berjalan sesuai rencana. Lalu saya sakit dan perusahaan menendang saya keluar.
I moved to
another multinational company. I was paid higher there. I soon got myself a new
boyfriend, though I then broke up with him, I had no problem finding another
one. My life went on the way as I planned it. Then I fell ill and company and
the company dumped me.
Apa saya pernah merencanakan untuk jadi guru?.. terbayang
juga tidak.
Did I ever
plan to become a teacher?.. it never crossed my mind.
Apa saya pernah merencanakan untuk tidak menikah sampai di
usia lebih dari 40?.. membayangkannya saja tidak pernah.
Did I ever
plan to stay unmarried after 40?.. not in my wildest dream.
Yang terjadi dalam kehidupan saya adalah seperti ini; yang
saya rencanakan, tidak terjadi.
My life
goes like this; the things I planned are the things that gone into thin air.
Dan apa yang tidak saya pernah pikirkan, justru itulah yang
terjadi. Yang tidak pernah masuk dalam daftar keinginan saya, itulah yang
kemudian yang harus saya terima dan jalani.
And the
things I never thought are the things that fell on my lap. The stuff I never
wrote in my wish list are the stuff that I have to accept and live with.
Jalur kehidupanmu berjalan sesuai dengan rencana? Yah,
bersyukurlah kalau memang demikian. Entah memang sudah ditakdirkan untuk
menjadi seperti yang kamu rencanakan atau sekedar beruntung.
Your life
path goes according to the plan? Yeah, be thankful for that. either you are
destined to become what you have planned or it is pure luck.
Tapi dalam kasus saya, sewaktu masih lebih muda, saya protes, berkeluh kesah dan
merengek setiap kali kehidupan berjalan tidak sesuai dengan yang saya inginkan.
But in my case, when I was
younger, I protested, complained and whined whenever life didn’t go according
to my wishes.
Namun karena demikian banyak dan seringnya terjadi perubahan
dalam hidup saya, akhirnya saya belajar sendiri bahwa percuma saya jadi
uring-uringan, mau menangis sampai keluar air mata darah, mau protes dan
merengek sampai suara habis pun.. semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada
kehidupan.
But since
there were so many changes in my life and they happened often, eventually I
learned that it is useless to drive myself crazy, it is just a waste of tears,
useless to protest and whined until the voice is gone.. because none of them
would change anything in life.
Bahkan kemudian saya berpikir mungkin saya tidak tahu apa
yang saya rencanakan. Saya berpikir semua itu baik untuk diri saya. Tapi
benarkah hal-hal yang saya rencanakan atau inginkan adalah baik dan tepat untuk
saya?
Later I
thought maybe I didn’t know what I planned. I thought the stuff I planned would
be good for me. But are they really good and the right ones for me?
Ilustrasinya bisa di ambil dari cerita saya di atas, yaitu ketika teman saya ingin online di warnet pertama.
The ilustration can be taken from the above story when my friend wanted to go online in the
first internet cafe.
Sementara itu, saya, yang karena sudah pernah kesitu,
mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi ruangan dan fasilitasnya sehingga
saya segera menyatakan ketidaksetujuan saya atas pilihannya dan bersikeras
membawanya ke warnet lain yang jauh lebih baik.
While I, as
I have been there before, knew how the condition and facilities in that
internet cafe, so I strongly objected her choice and insisted to take her to a
better internet cafe.
Pada akhirnya kami berdua sama-sama merasa gembira selama online di warnet kedua yang lebih bagus itu.
At the end both of us had wonderful time when we went online on that second and nicer internet cafe.
Jadi kalau sesuatu terjadi di luar rencana kita, cobalah
tenangkan diri dan berpikir mungkin apa yang kita rencanakan itu tidak baik dan
lewat hal-hal yang terjadi diluar rencana, kita sebetulnya sedang dihindarkan
dari yang tidak baik itu.
So when
things don’t go according to our plan, try to calm down and think maybe the
things we had in our plan are not good for us and when it doesn’t go as we
want, who knows we are actually being saved from bad things.
Atau kita sedang masuk dalam proses pembentukan dan
pengkoreksian karakter. Dan itu adalah sesuatu yang baik kan?
Or we are
in the process of characters forming and correction. And that is a good thing,
right?
Saya tetap mempercayai kehidupan ini di atur oleh Yang Maha
Kuasa dan Dia tahu mana yang terbaik untuk masing-masing kita.
I still
believe life is controlled by the presence of the Almighty who knew what is
best for each of us.
Rencana saya mungkin saja banyak yang keluar jalur dan
lika-liku kehidupan saya terplintar-plintir seperti grafik di atas tapi saya
tahu, ada Kuasa yang tahu apa yang baik untuk saya.
My plan may turn upside down and my life path may look
like a twirl as in the above graphic but I know there is this Power of the
Almighty that knew what is best for me.
Karena itu saya belajar untuk tidak menuntut semua harus
terjadi mengikuti mau saya.
So I learn
not to demand things to go my way.
No comments:
Post a Comment