Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Saturday, May 31, 2014

Fixing a Broken Heart


Kalau jatuh cinta berjuta rasanya, patah hati semilyar minta ampunnya.. hehe..


If falling in love is a head over heels turner, broken heart whirls the head a billion way faster than a merry-go-round.

Setidaknya begitulah saya menjabarkan perasaan saya.

That’s how I describe my feelings.

Saya telah mencintai dan dicintai seorang laki-laki selama tiga tahun ini.

I have loved and being loved by a man in the past three years.

Lalu belum lama ini dia mengatakan sesuatu yang amat sangat mengagetkan dan membingungkan saya.

Just recently he said something that so very much surprised and confused me.

Melukai hati saya juga.

It hurt me too.

Sulitnya adalah saya harus bertemu dengan dia padahal dalam sikon seperti ini adalah lebih baik kalau untuk kurun waktu tertentu tidak ada kontak atau malah tidak bertemu sama sekali dengannya sampai emosi menjadi tenang dan pikiran menjadi waras lagi.

The hard thing is I have to meet him regularly when in times like this it would be better not to have any contact or not to meet him at all for a period of time until emotion is calmed and mind able to work clearly.

Saya seorang yang emosional tapi pengalaman menjadikan saya lebih mampu mengendalikan diri dan saya tidak hanya bersyukur tapi juga membanggakan diri karena kemampuan itu.

I am an emotional person but experience has making me able to have better self control, something which I am not just grateful to have, I am proud of it.

Tapi hari itu..

But on that day..

Bukan amarah yang mengisi hati saya. Bukan pula cemburu.

It wasn’t anger that filled my heart. Not jealousy either.

Kesedihan yang memedihkan hati. Rasanya demikian pilu. Ketika saya bicara dengannya, ketika saya melihatnya.. semakin bertambah kepedihan itu. Saya harus susah payah menahan air mata, saya terlalu tinggi hati untuk menunjukkan kepedihan itu padanya.. saya tidak akan menangis didepannya.

The pain cut like a knife. Deep. When I talked to him, when I saw him.. the pain was unbearable. I tried hard to hold the tears, I had too much pride to show him that pain.. I wouldn’t cry infront of him.

Baru setelah saya sendirian, air mata itu keluar. Sepanjang perjalanan pulang, air mata itu mengalir. Tapi baru malamnya saya bisa menangis sepuasnya.

Tears came down only after I was alone. They came when I was on my way home. But it was at night that I could let myself cry.

Saya pikir besoknya saya akan merasa jauh lebih baik. Ya memang benar. Tapi tidak sebanyak yang saya harapkan.

I thought I would feel better on the next day. Well I did. But not as much as I hoped.

Saya takut hal ini akan berdampak pada pekerjaan dan kesehatan fisik serta akal sehat saya.

I was afraid it would get to my work performance and my physical health along with my sanity.

Saya tahu saya harus mengalihkan perhatian. Saya tidak boleh membiarkan pikiran saya hanya berputar pada laki-laki itu atau pada kata-katanya.

I knew I had to distract my mind. I couldn’t let it focus only on that man or to his words.

Hari itu untungnya saya harus menghadiri acara ulang tahun cucu dari rekan kerja saya.


Luckily I had to attend a colleague’s grandson’s birthday party.

Disana saya bertemu dengan beberapa orang yang saya kenal, beramah-tamah dengan orang yang tidak saya kenal, bisa bertemu juga dengan mantan murid-murid saya di TK dan dengan orang tua mereka, saya memotret, saya menontoni acara ulang tahun, pulangnya saya mampir membeli oleh-oleh untuk orang yang besoknya akan saya temui di acara symposium yang akan saya ikuti.


There I met few people whom I knew, mingled with those I didn’t know, met some of my former kindergarten students and their parents, I took photos, I watched the birthday party being held, I stopped by to buy something for someone I would met the next day at  the symposium which I participated.

Berhubung acara simposiumnya diadakan di Jakarta dan pendaftarannya jam 7.30 pagi maka saya dan seorang teman yang mengikutinya juga harus berangkat dari Bogor jam 5 pagi.


Since the symposium was held in Jakarta and we had to re-register ourselves at 7.30 am, me and a friend who would attend it had to leave Bogor at 5 am.


Itu artinya saya harus berangkat dari rumah sebelum jam 4.30 pagi. Wadoh, saya harus bangun jam berapa? Belum lagi urusan naik kendaraan umum dari rumah ke kantor. Wih, dari pada ribet, mending saya menginap di kantor.

It means I had to leave home at 4.30 am. Geez, what time should I get up? Not to mention about taking public transportation at such early hour. It would be more convenient for me to spend the night in the office.

Kamar tamu di kantor sudah diperbaiki dan kini ditinggali oleh mahasiswi yang sedang praktek kerja di kantor saya. Orangnya lucu dan punya banyak cerita. Saya masuk kamar jam 9 malam dan baru tidur tengah malam karena selama lebih dari 2 jam asyik mengobrol serta menertawai berbagai pengalaman yang diceritakan oleh mahasiswi itu.

The office’s guest house has been renovated and now occupies by a college student who is in apprentice in my office. She is funny and has many stories. I went to the room at 9 pm and went to sleep at midnight after spending more than 2 hours talking and laughing over various of experience she shared me.

Senin pagi (26/5) saya bangun lebih awal dari alarm.. hehe.. jam 5 pagi kami berangkat. Bogor masih gelap.

I got up early than my alarm clock on Monday morning (may 26th).. lol.. we left at 5 am. It was still dark in Bogor.

Kami sampai di tempat simposium hampir jam 7.30 pagi. Dua jam bo di jalan.. Jakarta-Bogor itu tidak jauh. Tanpa macet cuma membutuhkan waktu satu jam. Yah, seluruh prosedur dari bangun pagi sampai menghadapi lalu lintas, supir kami dan teman saya demikian menyibukkan pikiran saya sehingga seluruh kesedihan saya hilang.

It was nearly 7.30 am when we arrived at the place where the symposium was held. Two hours on the road, man.. Jakarta-Bogor is not far. Without traffic jam it takes just an hour to get there. Yeah well, the whole procedure start from getting up in the morning to facing the traffic, our driver and a friend kept my mind busy that it cast away my sadness.

Materi simposium yang menarik, cara penyampaian yang juga menarik, makanan-minumannya yang enak, bertemu dengan orang-orang yang dikenal dan melihat begitu banyak orang yang berada disana karena ingin mengetahui bagaimana menjangkau kaum muda membuat pikiran serta hati saya total berfokus pada apa yang saya hadapi.


The interesting symposium material, the interesting presentation, tasteful beverages, met people whom I know and seeing so many people got together moved by this passion to reach the youth made my mind and heart fully focused on what I was having there.


Kami sampai di Bogor jam 8 malam dan saya sampai di rumah jam 9 malam. Saya capek tapi juga amat sangat puas, bahagia dan penuh semangat.

We got back in Bogor at 8 pm and I got home at 9 pm. I was so exhausted but also satisfied, happy and excited.

Apakah kesedihan itu kembali lagi? Saya hanya merasakan sedikit rasa tidak enak seperti kalau kita terluka karena jatuh dan luka itu secara tidak sengaja tersentuh karena luka itu belum benar-benar kering. Tapi secara keseluruhan saya telah berhasil mengalahkan rasa sedih itu dan kembali berdiri dengan tegak.

Did the pain return? I just felt a little sore like when we fell and hurt our knee cap and we accidentally touch it. That kind of feeling when we touch a wound that has not completely heal. But in general I can say I have defeated the pain and got back on my knees.

Dalam kehidupan kita menghadapi berbagai hal dan terlibat dengan berbagai manusia. Yang baik, yang jahat. Yang menyenangkan, yang menyedihkan hati. Yang membangkitkan semangat, yang menghilangkan semangat.

We face various things and deal with many people. The good ones, the evil ones. The pleasant and the devastating ones. The spirit uplifter, the ones that crush the spirit.

Kalau tidak berhasil mengusir emosi negatif, carilah hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian.

If you fail to cast those negative emotion away, find things to distract your focus.

Sibukkanlah diri dengan hal positif atau beradalah dengan orang-orang yang memiliki aura positif karena mengusir emosi, pikiran dan aura negatif dalam pikiran serta hati bukanlah hal yang mudah.

Keep yourself busy with positive things or be among people who have positive aura because it is not easy to cast away negative emotion, negative mind and negative aura.

Jangan tinggal diam dalam emosi, pikiran dan aura negatif itu. Jangan memeluknya erat-erat. Jangan memanjakan diri. Keraskan hati dan bulatkan tekad untuk keluar dari semua itu.

Don’t dwell in that negative emotion, mind and aura. Don’t have a strong hold over it. Don’t be meek. Be tough and make your mind to get out of the negativity.

Saya pernah membiarkan diri berlama-lama tinggal dalam emosi, pikiran dan aura negatif itu. Akibatnya berbulan-bulan saya depresi. Dan perlu waktu berbulan-bulan untuk bisa keluar dari depresi itu serta bangkit kembali.

I have let myself dwelled in that negative emotion, mind and aura. It left me in depression for months. And it needed months for me to get out of depression and to get back on my feet again.

Amit-amit betul rasanya waktu itu. Amit-amit perjuangannya buat bangkit lagi. Makanya amit-amit deh, saya tidak mau jatuh lagi dalam hal yang sama. Tapi pengalaman itu bikin saya jadi mengenal rambu-rambu bahayanya dan bisa cepat mengambil langkah antisipasi.

Man, it was living hell. It was one hell of a struggle to get back on my feet. Damn hell if I let myself fall into the same hole. But thanks to that experience I know the signs and therefore I can anticipate it.

Saya masih bertemu dengan laki-laki itu dan ya, rasa sayang serta suka itu masih ada. Kan tidak bisa seperti orang main sulap… langsung hilang lenyap semua rasa itu.

I occassionaly meet that man and yes, the love and warm feeling I have for him are still there. It is not like magic.. one swirl of wand and everything is gone.

Dan saya masih harus menghadapi Andre. Hubungan kami masih dalam proses pemulihan. Ini juga memerlukan waktu. Saya bisa mengerti kalau dia masih menyimpan rasa cemburu serta tidak percaya. Bagaimana pun juga setahun terakhir ini dia mengira saya akan meninggalkannya.

And I have to deal with Andre. Our relationship is in healing process. It needs time. I can understand if he still has his jealousy and skeptical. After all, he spent the past year thinking I would leave him.

Tapi saya tetap optimis.

I am optimistic about the whole thing.

No comments:

Post a Comment