Saya sengaja membuat dua tulisan dengan tema ‘selamatkanlah dirimu sendiri’ karena
saya ingin membagi pengalaman teman saya dan pengalaman saya serta
pemikiran-pemikiran saya.
I
make these two posts under the theme ‘save
yourself’ because I want to share you my friend’s and my experience along
with my thoughts.
Dalam ‘Save Your Own Ass (1)’ saya telah menuliskan
pengalaman teman saya.
I
wrote about my friend’s experience in ‘Save Your Own Ass (1)’.
Nah, di bagian ke dua ini saya akan menuliskan pengalaman
saya.
In this second part it is about my own experience.
Hal-hal yang terjadi dalam hidup saya selama setahun
terakhir ini membuat seluruh kepercayaan dalam diri saya hilang seluruhnya.
The
things that happened in my life in the past year have made me lost all my
faith.
Selama setahun sebelumnya saya mulai mempertanyakan hal-hal
dalam kepercayaan saya itu. Banyak yang tidak saya setujui. Banyak yang
bertentangan dengan pemikiran saya. Jadi sementara orang lain menerima dan
mempercayainya bulat-bulat, saya tidak.
A
year before that I have started to question the things in that belief. I found
many that I disagree. Many don’t go along with my thinking. So while other
people accept and trust it wholely, I couldn’t and still can’t do that.
Mungkin karena saya terlalu banyak berpikir. Mungkin karena
saya seorang skeptis. Entah berkah atau kutukan terlahir menjadi seorang
seperti itu tapi demikianlah adanya diri saya.
Maybe
it is because I think too much. Maybe because I am a skeptical person. Would it
be a blessing or a curse to be born that way but it is who I am.
Saya melewati beberapa bulan dengan menampilkan diri seakan
saya masih seorang pemercaya. Lalu pada titik tertentu saya capek berpura-pura.
Saya bosan bersandiwara. Saya muak dengan kemunafikan.
I
spent few months appearing myself as a believer. Later I’ve reached a point
where I got tired of pretending. I got bored to put up an act. I got sick with
hypocrisy.
Jadi saya menampilkan diri saya apa adanya. Saya tidak lagi
ikut ibadah walaupun tetap datang ke tempat kerja karena hari Minggu adalah
hari kerja saya.
So I took
off the mask and came in my own skin. I stop attending the service though of
course I am still present because Sunday is my workday.
Dan orang mulai memperhatikan. Terutama para senior saya dan
mereka yang dekat dengan saya.
And
people started to notice. Mostly my seniors and those who are close with me.
Reaksi mereka beragam. Dari yang berpendapat hal itu adalah
hak asasi saya sebagai seorang manusia untuk memutuskan apa yang ingin saya
lakukan sampai pada mereka yang berpikiran bahwa segala masalah akan terselesaikan
kalau saya kembali beribadah.
They
reacted in various ways. From those who think it is my right as a human being
to decide what I want to do up to the people who think all the problem will be
solved once I attend the service.
Ada reaksi yang demikian heboh sampai amat sangat mengganggu
saya hingga saya sampai berpikir lebih baik saya mengundurkan diri dari tempat
kerja ini. Lebih baik saya berada di masyarakat majemuk yang mungkin lebih bisa
menerima pemikiran dan prinsip hidup saya, yang mungkin lebih bisa menghormati
semua itu sebagai hak pribadi saya, yang mungkin tidak akan mempersoalkannya.
There
was extreme kind of reaction that disturbed me so much, I thought about
resigned my job. Maybe it would be much better for me to be among the secular
society who probably could accept my thinking and life principles, who could
respect it all as my right, who probably wouldn’t give a damn about it.
Tapi keadaan kemudian membaik, sebagian berkat campur tangan
seorang senior saya yang lebih bisa mengerti dan menerima diri saya. Karena
beliau dan beberapa orang lainnya, saya tidak lagi didesak-desak untuk
menghadiri ibadah.
But
later things got better after my senior interfered, he is the one knows me
better and can accept me as me. He and few other people have made me no being
nagged to attend the service.
Saya mulai mau berdoa sejak dua bulan lalu. Tapi saya masih
ogah didoakan orang. Jadi harap maklum dan jangan tersinggung kalau saya
menolak untuk didoakan. Kalau mau mendoakan saya, lebih baik tidak di depan
saya.
I
start to pray again since two months ago. But I still feel uneasy when people
want to pray for me. Please understand and don’t get offended if I refuse to be
prayed. If you want to pray for me, don’t do that infront of me.
Dan saya juga masih ogah untuk menghadiri ibadah. Karena
buat saya, kehidupan adalah khotbah yang nyata dan hidup. Lewat hal-hal yang
saya alami dan kelakuan serta perkataan manusia setiap hari adalah cara Tuhan
bicara pada saya. Itu lebih bisa meresap dan mempengaruhi saya lebih besar dari
pada kalau saya duduk 1-2 jam ketika mengikuti ibadah tapi begitu ibadah
selesai, semua yang saya dengar itu menguap dan tidak melekat dalam hati serta
pikiran saya.
And I
still don’t feel like attending the service. For me, life is real preach. God
speaks to me through the things I met in my life on daily basis and so do
people’s attitude and their words. I found these ways more effective and
affected me more than if I sit for 1-2 hours when I attend the service but
after that the things I heard evaporate from my mind and my heart.
Saya tidak pernah menjelaskan tentang hal-hal ini karena
saya pikir itu toh pemikiran dan pendapat pribadi. Orang lain belum tentu bisa
mengerti dan bisa menerimanya.
I
never explain these things because I thought they are my own thinking and
opinion. Other people may not able to understand and accept them.
Jadi saya menyimpannya saja untuk diri sendiri. Kalau pun
saya pernah membicarakannya, itu hanya selintas saja dan hanya pada segelintir
orang terdekat.
So I
keep them to myself. When I did talk about it, it came in brief and I shared it
to very few of closest people.
Lalu datanglah hari ketika seseorang yang perkataannya
menginspirasi saya untuk membuat tulisan bertema ‘Selamatkanlah Dirimu Sendiri'.
The
came the day when somebody said things to me. Her words inspired me to write
posts with the theme ‘Save Yourself’.
Sehari setelah ulang tahun saya, seseorang yang saya kenal
meninggal. Kematian yang mendadak. Sekali pun dia memiliki penyakit berat tapi
tidak seorang pun dari kami yang menduga akan meninggal demikian cepat.
A day
after my birthday, somebody I knew passed away. It came as a surprised. Despite
the fact that he had terminal illness but none of us thought he would pass away
that soon.
Saya segera menghubungi senior-senior saya dan beberapa
orang lainnya.
I
quickly contacted my seniors and other people.
Seorang dari mereka menelpon saya dan inilah yang dia
katakan pada saya..
One
of them called me and what she told me..
“Makanya, Ke, elu ibadah.. kalau elu mati, siapa yang mau
doain elu, mau kemana nantinya elu.. emang umur lu bakal panjang..”
“There,
Keke, you should attend the service.. or if you passed away, who would pray for
you, where would you go then.. do you think you will live long..”
Wah! Saya tidak menduga perkataan seperti ini akan keluar
dari mulut seorang yang usianya jauh lebih tua dari saya, orang yang saya kira
lebih bijak karena memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak dari saya dan
yang saya harapkan lebih berakal budi mengingat dia seorang pengajar dan
pembimbing bagi anak-anak muda di tempat ini.
Whatta!
I didn’t expect to hear such things from somebody who is older than me,
somebody whom I thought would have more wisdom for having more life experience
and somebody who should be smarter since she teaches the youngsters in this
place.
Jawaban saya padanya lumayan ketus karena hati saya panas.
I
gave her harsh answer out of upsetness.
Orang-orang seperti ini membanggakan dirinya karena rajin
beribadah, karena mengajar tentang hal-hal rohani pada orang lain, karena hafal
isi kitab suci, karena mengikuti apa yang dituliskan dalam kitab suci tapi saya
punya satu pertanyaan;
People
of her kind prided themselves for never skip the service, for teaching spiritual
stuff to others, for knowing the scripture, for do what the scripture tells
them to do but I have one question;
Kamu lakukan semua itu untuk apa?
You do those things for what?
Yah, dia sudah mengatakannya pada saya; dia melakukannya supaya
kalau dia mati, akan ada orang berdoa untuknya, supaya dia akan masuk surga..
Well, she
has said it all to me; she does it so there will be people pray for her when
she dies, she does it so she will go to heaven..
Jadi beribadah untuk Tuhan atau untuk diri sendiri?
Beribadah karena menyayangi Tuhan atau karena demi mengejar kepentingan
pribadi? Beribadah karena Tuhan atau karena didorong oleh rasa takut kalau
tidak beribadah nanti mati akan masuk neraka..
Attending
the service for God or for yourself? Attending the service because you love God
or because you have something in your agenda? Doing the worship because of
God or because you are afraid you will go to hell if you don’t do that?
Bertahun-tahun dia mengikuti ibadah, mendengar dan membaca
firman Tuhan, kenapa pengertiannya demikian dangkal?
After years
of worshipping, heard and read God’s words, then howcome her understanding
is so shallow?
Dan orang berpendapat saya sudah menjadi seorang yang sesat
karena saya tidak mau beribadah??
And
people thought I am lost because I don’t attend the service??
Siapa sebetulnya yang sesat?
Who actually really lost?
Saya tidak mengatakan bahwa kalau begitu lebih baik tidak
usah beribadah. Tidak. Jangan meniru saya. Jangan mengikuti langkah saya.
I am
not saying it is better not doing the worship. No. Don’t imitate me.
Don’t follow my footsteps.
Lakukanlah ibadahmu dengan hati yang tulus karena rasa
sayangmu pada Tuhan. Jangan lakukan ibadahmu karena itu adalah hal yang rutin.
Jangan lakukan itu karena rasa takut. Jangan lakukan itu untuk karena ada udang
dibalik batu.
Do
your worship with a pure heart because of your love to God. Don’t do your worship because it is a routine thing. Don’t do your worship because of fear.
Don’t do your worship because there’s a catch behind it.
Karena pada akhirnya nanti, yang akan menyelamatkanmu
bukanlah ibadah semata, bukan seberapa banyak isi kitab suci yang kamu tahu
atau hafal, bukan doa-doa orang untukmu, bukan gelar keagamaanmu, bukan berapa
lamanya kamu mengajar hal rohani ditempat ibadahmu, bukan seberapa banyak atau
besar sumbangan yang kamu berikan..
Because
at the end, what saves you is not rely on attending the service, not on how
much you know about the scripture, not the prayers from people, not your
religion degree, not on how long you teach spiritual stuff, not depend on the
amount of your donation..
Di akhir kehidupan nanti yang menyelamatkanmu adalah dirimu
sendiri karena dalam dirimu terdapat hati dan pikiran yang entah baik atau
jelek, bersih atau kotor, tulus atau penuh dengan berbagai tipu daya.
At
the end of life, what saves your own ass is yourself because in you there are heart and
mind either good or bad, clean or dirty, pure or filled with various of hidden intention.
Diri kita sendirilah yang akan membawa kita ke surga atau ke
neraka.
No comments:
Post a Comment