“Aku di raport dapat nilai 84” dengan gaya cueknya yang khas
itu Dite berucap ketika dia datang bersama adiknya untuk les bahasa Inggris di
rumah saya.
“I’ve got 84 in
my report card” Dite told me with his cool style when he came with his brother
to my house for their English tutoring.
“Bahasa Inggris?” tanya saya untuk meyakinkan bahwa saya
tidak salah dengar.
“Your English
grade?” asked me to make sure I heard it correctly.
“Ya”
“Yep”
“Bagus” saya spontan memujinya. Gembira dan lega “Kamu dapat
berapa?” saya bertanya pada adiknya, Dio.
“Good” I
praised him. Happy and relieved “How about you?” I asked his brother, Dio.
Dio yang sedang mengunyah kue menjawab dengan menunjukkan
jari-jarinya.
Dio who was
eating a cookie answered that by showing his finger.
“Lima??” saya melotot kaget.
“Five??” I
couldn’t blink my eyes out of my surpriseness.
Hmmphh… Dio
menggeleng-gelengkan kepalanya dan sekali lagi menunjukkan jari-jarinya. Tapi
karena sangat cepat dan karena sebelah tangannya sedang memegang kue, saya
tidak menangkap dengan jelas. Kok lima jari tapi juga empat jari??
Hmmphh… Dio shook his head and once again showing his fingers.
But since he did that so fast and with one hand holding a cooking making me
unable to see it clearly. Five fingers but then four fingers??
“Lima puluh empat??!!”
hati saya mencelos. Duh, kok bisa jeblok gitu nilai kamu, yo, keluh saya dalam
hati, segitu susahnya itu soal atau saya yang tidak mengajarnya dengan benar?
Saya sulit percaya. Dio bukan anak yang bodoh.
“Fifty four??!!” my heart sank. Geez, how could you
flunk in English? I quietly sighed. Was the exam hard or I didn’t teach him
well? I hardly believed it. Dio is not a slow thinker.
“Ih, bu Keke” Dio menelan potongan kuenya begitu cepat sampai
dia hampir tersedak “Sembilan puluh” dia menunjukkan lagi lima dan empat jari
“Kan lima ditambah empat hasilnya sembilan”
“No, Ms. Keke”
Dio quickly swallowed his last bite of the cookie it almost choked him “Ninety”
he showed his five and four fingers “Five and four is nine”
“Sembilan puluh?!” saya berseru keras saking luar biasa
kagetnya.
“Ninety?!” I
exclaimed loudly. Totally surprised.
“Hebat!” puji saya bersemangat “Tuh, ga percuma kan kita
belajar. Bu Keke senang banget!”
“Great!” I
complimented excitedly “See, all the hard work is paid of. I am so happy!”
Diam-diam saya juga bersyukur karena seminggu sebelumnya ibu
mereka mengadu tentang Dio yang mengatakan banyak soal ulangan bahasa Inggris
yang tidak bisa diisinya.
I quietly felt
grateful as well because last week their mother told me about Dio who left many
of his English exam un-answered.
Sontaklah emaknya jadi senewen ting-ting karena membayangkan
nilai Dio bakal jeblok dan sebagai guru lesnya saya merasa ikut bertanggung
jawab atas nilai itu.
It definitely
made his mother nervous thinking Dio would flunk his grade and being his tutor
made me felt responsible for the grade.
Dio ternyata mendapat nilai 76. Masih jauh di atas batas
nilai minimum.
Dio got 76. It
is way above the minimum grade.
Malamnya saya berpikir-pikir tentang bagaimana senewennya
ibu anak-anak itu. Saya tidak menyalahkannya. Kami, orang-orang dewasa, telah
berbuat semaksimal mungkin untuk mempersiapkan anak-anak itu untuk ulangan atau
ujian tapi kan bukan kami yang mengerjakan ulangan atau ujian itu.
In the evening
I thought about how nervous their mother was. I don’t blame her. We, the
adults, have done our best to prepare those kids for daily test or exam but it
wasn’t us who did that test or exam.
Ketidaktahuan bagaimana anak-anak itu mengerjakan soal-soal
ulangan atau ujian, lalu menghadapi jawaban mereka yang singkat atau acuh tak
acuh ketika di tanya bagaimana ulangan atau ujian tadi,… bikin orang tua jadi
senewen berat.
Not knowing how
the kids did their test or exam, facing their short or light answer when asked
how was the test or exam,… no wonder it makes parents nervous.
Kecemasan dan ketakutan karena ketidaktahuan adalah seperti
dikejar oleh bayangan.
Anxieties and
fears of the unknown things is like being chased by shadow.
Saya mengingat pengalaman-pengalaman saya dan mendapati
banyak bayangan yang mengejar saya lewat berbagai peristiwa.
I remembered
things happened in my life and found many shadows have chased me through so
many things.
Tahun 1982 dokter yang merawat saya memanggil ayah saya
untuk memberitahunya bahwa mereka sudah melakukan yang terbaik. Dokter itu
tidak mengatakan bahwa tidak ada harapan untuk saya bisa melewati malam itu
dalam keadaan hidup tapi ayah saya sudah mengerti.
In 1982 the
doctor came to tell my father that they have done everything they could. What
the doctor didn’t say was I might not able to live that night. My father
understood the unsaid words.
Saya tidak bisa membayangkan hancurnya hati orang tua saya
pada hari itu. Mereka punya tiga anak. Yang nomor dua meninggal dalam usia dua
bulan karena paru-paru basah. Yang bungsu meninggal setahun sebelumnya dalam
usia lima tahun. Lalu anak yang tersisa terbaring sekarat di rumah sakit karena
demam berdarah, penyakit yang sama yang merenggut anak bungsu mereka.
I can’t imagine
how the news broke my parents’s hearts. They had three children. They had lost
their second child out of pneumonia. Their youngest passed away a year before
when she was just five years old. Now their only child dying in the hospital
out of dengue fever, the same disease that took away their youngest child’s
life.
Maut adalah bayangan yang paling menakutkan bagi siapa pun.
Death is the
scariest shadow for everybody.
Tapi malam itu juga, ketika bayangan maut sangat kuat, demam
saya turun. Dua hari kemudian saya sudah bisa turun dari tempat tidur dan
berjalan hilir mudik seakan saya tidak pernah sakit. Beberapa hari kemudian
saya diperbolehkan pulang karena sembuh total.
But on that
fateful night, when death overshadowed me so strongly, the fever ceased. Two
days later I could get out of my bed and walked around as if I never got sick.
Few days after that I left home as I was completely healed.
Cuma ya, jangan dikira kehidupan sesudah itu lantas jadi bertabur bunga.
Don't assume life after that
was then filled with flower.
Saya membuat orang tua cemas dengan berbagai hal mulai dari
nilai-nilai saya di sekolah, lalu tahun 2001 saya harus dua kali menjalani
operasi dan yang paling baru terjadi April tahun lalu ketika dokter memberi
diagnosa demikian menakutkan.
I made my
parents worried over things from my grades when I was in school, in 2001 I had
to have surgery twice and the newest happened in April the previous year when
doctor gave me terrifying prognosis.
Keberanian dan ketabahan saya hilang pada detik itu juga.
I lost courage
and strength at that very second.
Bagaimana ini bisa
terjadi? Saya telah
berkali-kali selamat melewati berbagai macam masalah, tantangan dan bahkan
maut.. lalu sebelum semua harapan, cita-cita dan impian saya terwujud.. apa
sekarang kehidupan saya akan terhenti?
How could this possibly happen? I have gone through many kind of trouble, challenges and even death.. and
before all of my hope, wish and dream come true.. would my life be over now?
Saya telah membayangkan yang terburuk.
I have imagined
the worst.
Ada saat-saat dimana bayangan itu kelihatan lebih besar,
lebih hitam dan lebih mengerikan dari aslinya.
There are times
when the shadow appears to be bigger, darker and scarier than it real form.
Lihat saja bagaimana bayangan kita di pagi hari, tengah hari
dan setelah tengah hari. Kadang terlihat kecil, memendek atau memanjang. Diri
kita kan tidak berubah wujud jadi kecil, memendek atau memanjang.
Just take a
look at our shadow in the morning, at noon and afternoon. It looks different.
It appears small, shorter or longer. It is only the shadow because our physical form doesn’t
change, right?
Kehidupan sehari-hari juga seperti itu. Kerap menakut-nakuti kita dengan hal-hal yang sebetulnya tidak demikian menakutkan atau malah sama sekali tidak ada yang perlu ditakutkan.
So it goes the
same with life. Scares the hell out of us with things that actually not that
scarry or may even not scarry at all.
Nah, beberapa minggu lalu saya sempat hampir bentrok dengan
seseorang karena dia melakukan hal yang membuat saya kesal dan tersinggung.
So, few weeks ago I
was nearly had a clash with somebody because she did things that upset and
offend me.
Dia sangat takut dan khawatir akan dipersalahkan karena
seorang muridnya senang menghabiskan waktu di ruang kerja saya.
She was so
scared and worried to be blamed because one of her student likes to spend his
time in my room.
Saya katakan padanya bahwa saya tidak keberatan anak itu
berada diruangan saya karena dia sama sekali tidak mengganggu. Dia tidak
berisik. Dia tidak kasak kusuk. Dia tidak membuka-buka lemari atau
mengutak-atik benda-benda diruangan saya. Dia tahu diri. Dia selalu minta ijin
ke saya kalau ingin memakai, meminjam atau meminta sesuatu. Dia juga sopan. Dia
menegur dan menyalami orang-orang atau senior-senior saya yang datang ke
ruangan saya.
I told her that
I don’t mind having the kid in my room because he is not a nuisance. He is not
noisy. He is not wondering around the room. He doesn’t open or messed my stuff. He behaves. He asks for my permission if he wants to use, borrow or needs something. He
greets and shake hands with people or my seniors who came to my room.
Saya tidak mendengar ada omongan jelek tentang kehadiran
anak itu diruangan saya. Tidak ada keluhan. Tidak ada yang pasang muka asam
ketika melihat anak itu berada diruangan saya.
I heard no
complaint about the kid spending his time in my room. No one put sour face when
he/she sees him in the room.
Seorang mantan senior saya malah sekali pernah mengatakan
bahwa lebih baik anak ini berada diruangan saya sehingga dia lebih mudah
diawasi dan tentunya lebih mudah ditemukan kalau sedang di cari dibandingkan
kalau dia berkeliaran entah kemana.
One of my
former senior even said it is better for the kid to be in my room as it is
easier to watch him and makes him easier to be found when somebody is looking
for him than if he is wandering out there.
Jadi saya kurang bisa mengerti apa sebetulnya yang perlu
dikhawatirkan atau bahkan ditakutkan oleh orang itu.
So I don’t get
it what really should be concerned or scared by that person.
Kami akhirnya membuat beberapa kesepakatan sebagai jalan tengahnya.
Finally we came up with some sort of a deal.
Kesepakatan kami adalah anak itu tidak boleh lagi
berlama-lama diruangan saya. Tapi diam-diam saya beritahu dia untuk datang
lebih pagi karena setiap hari Minggu saya sudah berada di kantor dari jam 6.30
pagi. Karena jam 8 pagi dia tidak boleh lagi berada diruangan saya maka
sebaiknya dia datang lebih awal supaya dia punya waktu lebih lama untuk bermain
game online memakai wifi diruangan saya atau untuk mendownload game di telpon
selularnya.
The deal is the
kid should not spend hours in my room. However, I quietly told the kid to come
early because every Sunday I have arrived in the office since 6.30 am. Since he
can’t stay in my room after 8 am, he better come early so he can have more time
to play online games using wifi internet in my room or to download games to his
cellphone.
Sebagai akibat dari kekhawatiran dan ketakutan bahwa anak
ini dengan seenaknya mengambili makanan atau minuman, (yang tidak pernah
dilakukannya) saya dan anak itu sekarang main sembunyi-sembunyi kalau ingin
berbagi makanan atau minuman.
The concern and
fear that the kid would take any beverages (which he never did nor does), the
kid and I now are hiding any food or drink that we want to share with each
other.
Seminggu lalu saya menyisihkan burger untuk dia. Saya
masukkan dalam kantong plastik hitam dan ketika berpapasan dengannya saya
memberinya kode meminta dia mampir ke ruangan saya sebelum dia pulang.
Last week I
spared a burger for him. I put it in black plastic container and when I passed
him, I gestured him to stop by at my room before he went home.
Dia datang, saya kasih kantong plastik berisi burger itu,
dia mengintip isi kantong plastik itu dan sambil nyengir dia berkata ‘ok, nanti
aja di angkot’. Kami bertatapan dan saling bertukar senyum penuh arti.
He came, I gave
him the burger in the plastic container, he peeked into the plastic container
and as he grinned he said ‘ok, later in the ride’. We stared at each other and
smiled.
Itulah hasil dari kecemasan dan ketakutan seseorang.
That is the
outcome of somebody’s worry and fear.
Anak itu mungkin dulunya badung. Tapi sikapnya selama
beberapa bulan ini menunjukkan dia seorang yang sopan dan tidak menyusahkan
orang.
The kid probably
was a troublesome. But in the past few months he is polite and brings no
trouble to anyone.
Kami berteman. Dan saya menyukainya. Dia anak yang periang,
penuh percaya diri, lucu, lincah, cerdas, tulus dan betul-betul laki tapi bukan
berandalan, dia juga murah hati. Coklat sepotong kecil dan sirop segelas pun
dia mau bagi dengan saya.
We make
friends. And I really like him. He is cheerful, full of confident, excited,
smart, sincere and really a male but not a trouble maker, he is also kind
hearted. He shared me his small piece of chocolate and a glass of syrup.
Kami bisa mengobrol dari hal konyol sampai ke hal serius.
Bicara dengannya tidak seperti bicara pada seorang anak berusia 13 tahun. Dan
karenanya saya tidak memperlakukannya sebagai anak kecil. Ini membuatnya merasa
diterima dan dihargai, sikapnya pada saya menyatakan bahwa dia menyukai hal itu
dan menghargainya.
We can talk
about anything from goofy stuff to serious things. Talking to him doesn’t feel like facing a
13 year old kid. And I don’t treat him like a kid. This makes him feel accepted
and appreciated, his behavior to me shows how he likes and appreciates it.
Saya tidak mau persahabatan kami rusak karena kekhawatiran
dan ketakutan segelintir orang.
I don’t want
our friendship ruined by few people’s anxieties and fear.
Jangan biarkan bayangan yang menakutkan itu merusak atau
merampas kebahagiaan atau kedamaian
kita, jangan biarkan dia merusakkan hubungan baik yang kita miliki dengan
orang-orang disekitar kita.
Don’t let that
scarry shadow ruin or take away our happiness or peace, don’t let it ruin our
good relationship with the people around us.
Jangan biarkan dia menguasai kehidupan kita karena dia toh
cuma bayangan. Dia tidak nyata.
No comments:
Post a Comment