Tadinya saya berencana untuk menghabiskan satu hari cuti
saya dengan pergi ke suatu tempat wisata tapi karena orang yang dengan penuh
semangat mengajak saya justru seenaknya mengatakan tidak bisa pergi membuat
saya berpikir apa saya akan pergi sendiri atau pergi ke tempat lain..
I planned to
spend my leave day by going to this one tourist site but since the person who
has excitedly asked me to go there easily said he couldn’t go made me thought
if I would go there all by myself or go somewhere else.
Dorongan dalam hati saya lebih kuat untuk mengunjungi kakak
sepupu saya. Kami sudah lama sekali tidak bertemu.
I had strong
urge to visit my cousin. We haven’t met for quite a long time.
Tapi yang lebih ingin saya temui adalah putrinya yang sudah
entah berapa tahun tidak bertemu dengan saya.
I wanted to
meet her daughter in particular, with whom I haven’t met for I don’t know how
many years.
Hari Sabtu (10/5) malam saya menghubungi sepupu saya.
Menanyakan apa mereka ada di rumah hari Senin dan apa saya boleh datang
berkunjung.
I texted my
cousin on Saturday evening (May 10th). Asking her if they would be
home on Monday and if I could come visit them.
Keponakan saya itu sedang cuti dari tanggal 4 – 16 Mei.
Mungkin ini kesempatan terakhir saya untuk bertemu dengannya sebelum dia
kembali ke biara.
My niece was on
leave from May 4th to the 16th. This was probably my last
chance to meet her before she returned to the monestary.
Hari Senin berangkatlah saya sendiri naik kereta api. Turun
di stasiun Bojong Gede. Dari sana, tanya kiri, tanya kanan.. dimana ya kalau
mau naik angkot nomor 31?
I left on
Monday. All by myself. Took the train. Got off in Bojong Gede train station.
From there, I asked here and there.. where could I find angkot number 31?
Saya belum pernah ke rumah mereka. Saya hanya mengikuti
petunjuk arah yang diberikan oleh kakak sepupu saya lewat sms-nya pada saya
hari Sabtu itu.
I have never
been to their house. I just followed the direction given by my cousin in her
text to me that Saturday.
Gampang kok, Ke, … naik kereta api, turun di Bojong Gede.
Ambil angkot 31, turun di jalan Kenanga… menyusul nama perumahan, blok dan
nomor rumahnya.
It is easy to
get here, Keke, … take the train, get off in Bojong Gede. Take angkot #31, get
off at Kenanga street… followed by the housing complex name, the block and her
house number.
Beranggapan bahwa kubak kubek Sukabumi saja saya berani
sendiri, kota yang lebih jauh jaraknya dari Bogor dan lebih besar serta yang sebelumnya tidak pernah saya kunjungi, saya
berpikir, seberapa susah sih nemuin rumah sepupu sendiri yang ibaratnya cuma
selangkah dari Bogor.
Assuming I had
been touring Sukabumi by myself, a town far from Bogor and bigger which I had never been to before, I thought,
how hard would it be to find my cousin’s house which was only within a stone’s throw
from Bogor.
Fakta pertama; supir angkot tidak ada yang tahu ketika saya
menyebutkan nama perumahan tempat tinggal kakak sepupu saya.
First fact;
angkot driver didn’t know where the housing complex is when I asked them.
Fakta kedua; nama jalan Kenanga saja para supir angkot yang
lagi ngetem itu harus saling tanya antar mereka.
Second fact;
even the name of Kenanga street made angkot drivers had to ask one another if
any of them knows its location.
Fakta ketiga; akhirnya ada supir angkot yang tahu dimana
letak jalan Kenanga sekalipun dia tidak tahu dimana perumahan tempat tinggal
sepupu saya tapi buat saya itu tidak masalah. Yang penting nemuin dulu jalan
Kenanga. Sampai disana kan saya bisa nanya-nanya orang dimana perumahan itu.
Third fact;
finally there was one angkot driver who knew where Kenanga street is. It didn’t
matter he doesn’t know where the housing complex is. Most important thing is to
get to that street. From there I could ask people where the housing complex is.
Fakta keempat; “Reen, aku sudah sampai di jalan Kenanga”..
demikian saya meng-sms sepupu saya begitu saya sudah turun dari angkot.
Fourth fact;
“Reen, I have got off in Kenanga street”.. that was my text to my cousin.
Dalam sms-nya tadi pagi dia mengatakan akan menjemput saya
disitu.
In the morning
she texted me that she would pick me up from there.
“Lho, aku dari tadi sudah di jalan Kenanga” begitu balasan
dari sepupu saya “Kamu ada dimana, Ke?”
“I have been
waiting for you in Kenanga street” came my cousin’s text “Where are you now,
Keke?”
Itu dia masalahnya.. saya juga tidak tahu saya ada dimana…
hehe.. jalanan dimana saya diturunkan tidak ada pelang namanya sehingga ketika
supir angkot dengan pede-nya menurunkan saya disitu, saya berasumsi itu dia
jalan Kenanga.
That was the
problem.. I didn’t know where I was… hehe.. the street has no name sign so when
angkot driver told me to get off there, I assumed it was Kenanga street.
Oh, nanya aja.. saya menghampiri beberapa pedagang dipinggir
jalan.
Oh, just ask..
I came to the street vendors.
Fakta kelima; tidak ada seorang pun yang tahu dimana jalan
Kenanga.
Fifth fact;
none of them knew where Kenanga street is.
Fakta keenam; ... ok, waktunya untuk mulai senewen..
Sixth fact; ... ok, time to get nervous..
Ya, kalau di ingat-ingat sekarang sih rasanya lucu. Kalian
juga mungkin berasa lucu membayangkan saya berdiri kebingungan sendirian. Tapi
pada waktu itu saya betul-betul mulai senewen beneran. Gemas dan penasaran
juga.
Yeah, it looks
funny now. You probably find it funny too thinking how I stood there in
confusion. But at that time I was really nervous. Irritated and curious as
well.
Fakta ketujuh; ada secercah cahaya dalam kegelapan..
Seventh fact;
there was a glimmer of light in the darkness..
Dalam kebingungan, saya berjalan lagi dan menemui beberapa
anak muda yang sedang nongkrong di ujung jalan. Saya bertanya pada mereka dan…
ada yang tahu dimana jalan Kenanga!
In my
confusion, I walked and met few young men sitting on the corner of the street.
I asked them and… one of them knew where Kenanga street is!
“Dari sini jalan saja lurus, diseberang ada SD-SMP Al-Azhar
Syifa Cibinong, jalannya tidak jauh dari situ”
“Go straight
from here, across the main road there is SD-SMP (elementary-junior high school)
Al-Azhar Syifa Cibinong, the street is not far from there”
Walau pun buat saya keterangan ini masih kabur tapi
setidaknya ada titik terang dalam kegelapan. Ini cukup melegakan.
Though I found
this direction a bit blur but at least it was the light in the darkness. It was
a relief.
Setelah berjalan sedikit saya melihat sekolah itu.
A little while
later I saw the school.
“Aku ga jauh dari SD-SMP Al-Azhar” saya menelpon sepupu
saya.
“I’m not too
far from SD-SMP Al-Azhar” I called my cousin.
“Aku ada didepannya” jawab sepupu saya.
“I stand
infront of it” said my cousin.
Didepannya? Dimana
dia? Saya kok tidak melihatnya.. eh, tapi tunggu.. saya melihat seorang wanita
berdiri di depan jalan diseberang sana.. jaraknya masih agak jauh dari saya dan
dia sedang menunduk tapi saya yakin dia pasti sepupu saya.
Infront of it? Where is she? Howcome I didn’t see
her.. but, wait.. I saw a lady stood infront of a street across the road.. she
was quite far from me and she bowed down but I was sure she was my cousin.
“Kamu pakai baju merah kan?” tanya saya.
“You wear red upper clothes, right?” I asked her.
Saya lihat wanita itu mengangkat kepala… benar dugaan saya, dia sepupu
saya!
I saw the lady
raised her head… yep, I was right, the lady was my cousin!
Saya melambaikan tangan dengan semangat. Gembira dan bukan
main leganya.
I waved my hand
excitedly. Happy and so very relieved.
Saya menyeberang jalan. Dan segera saya tahu mengapa orang-orang
tidak tahu dimana letak perumahan itu. Posisinya tidak dipinggir jalan dan
tidak ada spanduk di depan jalan Kenanga yang memberitahu bahwa tidak jauh dari
jalan itu ada perumahan.
I crossed the
road. And soon I knew why people didn’t know where the housing complex is. It
is not located by the main road and there is no signage infront of Kenanga
street to let people know there is a housing complex near it.
Waktu tiga jam memang tidak cukup untuk menghapus kerinduan.
Terakhir kali saya bertemu dengan sepupu saya adalah pada hari Natal dua tahun
lalu. Dan dengan putrinya, keponakan saya..
Three hours is
not enough to wipe off the years of separation. The last time I met my cousin
was on Christmas, it was two years ago. While her daughter, my niece..
“Sudah berapa lama kamu masuk biara?” tanya saya pada
keponakan saya.
“How long have
you been a nun?” I asked her.
“Dua belas tahun” dia tersenyum.
“Twelve years”
she smiled.
Dua belas tahun!!
Saya terperangah. Sudah selama itukah kami tidak bertemu? Malah mungkin lebih
dari itu.
Twelve years!!
It stung me. We haven’t met that long? Probably longer than that.
Begitu cepatnya waktu berlalu dan begitu banyak perubahan
terjadi.
Time passed so
fast and so many have changed.
Dua belas tahun lalu rasanya kami demikian muda. Sekarang
dia hampir berumur empat puluh sementara saya hanya tiga tahun lebih tua
darinya.
Twelve years
ago we were so young. She will turn forty while I am just three years older
than her.
Perjalanan hidup kami pun tidak kurang anehnya. Kami berdua
bukan penganut agama yang fanatik tapi dua belas tahun lalu dia memilih untuk
menjadi biarawati dan hampir tiga tahun ini saya bekerja di gereja.
Our lives path
is quite one of a kind. We both are not religious fanatics but twelve years ago
she chosed to become a nun while it will be three years I work in a church.
Kami adalah dua orang yang berbeda. Terikat oleh tali
kekerabatan melalui ibu saya dan almarhum neneknya yang merupakan kakak
beradik. Tapi jalan hidup kami anehnya memiliki kesamaan.
We are two
different people. Bound by blood through my mother and her late grandmother who
were sisters. But our lives path seems to have something in common.
Pertemuan siang itu membawa banyak kebahagiaan.
That
afternoon’s meeting brought so many happiness.
Hidup memang penuh dengan kejutan. Jalan kehidupan tidak
selalu menyenangkan. Tapi kita akan selalu sampai di tujuan.
Life is full
with surprises. Life path is not always a smooth-fun one. But we always get to
the destination.
Saya sudah sampai di tujuan saya pada hari Senin itu tapi
saya belum benar-beanr sampai di tujuan kehidupan saya. Sejauh ini bagi saya,
jalurnya membingungkan, petunjuknya samar-samar membuat saya berkali-kali
senewen, gemas dan penasaran. Tapi cepat atau lambat saya akan sampai juga.
No comments:
Post a Comment