Hari Kamis (9/5) saya pergi ke Sentul dan ini adalah
perjalanan pertama setelah saya sakit. Rasanya luar biasa karena fisik saya
sudah kembali kuat.
I went to Sentul on Thursday, 9th
May and it was my first trip after my recovery. It feels so great because my body
has become well thoroughly.
Sebelumnya, selama sakit, saya pasti mendoping diri dengan
setidaknya dua macam vitamin setiap kali saya akan bepergian jauh atau
melakukan aktivitas melebihi batas normal.
Before that I had to boost my body’s
energy with at least two vitamins everytime I had to take a trip or did extra
activities.
Hari Kamis itu sebetulnya saya sekalian menguji fisik karena
ingin tahu apakah saya sepenuhnya sudah kembali kuat.
That Thursday I tested my body to make
myself sure that it has completely back to its normal condition.
Paginya saya sama sekali tidak makan vitamin dan sarapan pun
tidak banyak. Dalam perjalanan, saya hanya menyumpal perut dengan dua macam kue
yang ukurannya kecil-kecil. Makan siang baru dua jam kemudian. Sungguh luar
biasa bahwa sepanjang hari itu tidak ada sama sekali rasa pusing, mabok atau
gemetaran seperti yang sebelumnya saya rasakan ketika saya masih sakit, padahal
kegiatan pada hari itu berlangsung sampai sore dan selama dua hari sebelumnya
saya agak batuk.
In the morning I didn’t take any
vitamin and had light breakfast. I had only two small piece of cake on the way
to Sentul and it was not until about two hours later that lunch was served. It
was amazing that I felt no dizzy, had no headache nor fatigue like I used to
feel when I was ill, and that Thursday was a long day indeed.
Saya pulang dalam keadaan capek tapi dibawa tidur semalam,
badan ini kembali segar keesokan harinya sekalipun ada sedikit bersin-bersin
dan batuk tapi itu hanya berlangsung sehari itu saja.
I went back home at the end of the day
feeling so exhausted but after a good night sleep I got up feeling fresh the
next day though I was sneezing and cough but it went just for a day.
Lega dan senang mengetahui badan ini sudah kembali kuat.
So relief and happy to know that my
body is strong again.
Tapi saya mendapat kejutan karena selain fisik, rupanya
mental saya juga harus mengalami ujian pada hari yang sama itu karena beberapa
jam sebelum berangkat, ada hal-hal yang terjadi yang (kembali) menguji
ketegaran saya.
But that day I got another surprise to
learn that my physic was not the only one that got tested. I was mentally
tested too because something happened only few hours before we left to Sentul.
Saya tidak bisa menceritakan apa yang terjadi di tempat
kerja pada pagi itu. Yang dapat saya tuliskan adalah bahwa hati saya terluka.
Tidak seharusnya saya mempercayai seseorang demikian cepat dan total. Saya
dikecewakan. Bingung. Sedih. Tersinggung. Merasa terhina.
I can’t write what happened at work
that morning. The thing I can write here is how it hurt my heart. I shouldn’t
trust someone too soon and that total. I was being let down. Confused. Sad.
Offended. Insulted. I felt like a fool for letting myself believed that this person really cared. It was a sad ending.
Dan saya harus menekannya, menyembunyikan rapat-rapat dalam
hati.
And I had to press them down, hid it
in my heart.
Seperti biasa, dari luar saya terlihat tetap ceria, lincah
dan gembira. Padahal alangkah kacaunya situasi hati saya. Di Sentul, dalam
ruangan itu saya duduk diam, menunduk, seakan menyimak setiap kata yang
diucapkan oleh pembicara. Padahal semuanya tidak terdengar sama sekali oleh
saya.
As usuall, I appeared cheerful, full
of fun and happy. But deep inside my heart was in a complete mess. In Sentul, I
sat quietly in the room, bowed my head down as if I was listening to every word
spoken by the speaker but I heard none.
Whenever I see you, I
swallow my pride and bite my tongue
Pretend I’m ok with it
all, act like there’s nothing wrong
Is it over yet? Can I
open my eyes?
Is this hard as it
gets?
Is this what it feels
like to really cry?
(Cry – Kelly Clarkson)
Seperti itulah gambaran yang terjadi dalam hati saya.
That is how to describe my feelings at
that time.
Ketika acara memasuki sesi terakhir, saya memilih untuk
menunggu saja di luar ruangan. Saya tidak sanggup lagi berada di dalam dan
melihat orang itu. Jadi saya duduk di lobby sambil membaca koran dan
mendengarkan musik dari HP, mengobrol dengan rekan kerja dan berfoto-foto.
Setidak-tidaknya saya tidak melihat orang itu dan perasaan saya menjadi jauh
lebih tenang.
When it came to the last session I
chose to wait outside. I couldn’t be in the room and saw that person. So I sat
at the lobby, read the newspaper and listened to the music on my cellphone,
chatted with a co-worker and took photos. Not seeing that person helped me to
regain my composure.
Suara ramai dalam ruangan ketika mereka sedang mengadakan
permainan tidak mampu menggugah perasaan saya untuk masuk. Keinginan untuk
mengintip pun tidak ada. Saya sudah kehilangan selera untuk berada seruangan
dengan orang yang menyakiti hati saya.
All the noise from the room when they
were playing games didn’t move me. I didn’t even have the desire to peek let
alone to get inside of the room. I just didn’t want to see that person.
Ketika tiba waktu untuk pulang, saya bersyukur rombongan
saya termasuk yang pertama meninggalkan tempat itu. Dengan demikian saya tidak
berkesempatan untuk bertemu dengan orang itu.
When it was time to go back, I was so
glad that I was in the first car who left that place. This made me didn’t have
to meet that person.
Ada selang waktu beberapa hari sebelum kami akan bertemu
lagi dan saya tahu pada waktu itu saya sudah menjadi lebih kuat sehingga dengan
demikian saya akan lebih mampu mengendalikan emosi saya.
Time is on my side. I won’t be seeing
him again in another few days so I am sure I will be stronger when we meet
again. On that day I know I can control my emotion much better.
Yah, pengalaman saya akhir-akhir ini memaksa saya untuk menjadi
lebih kuat. Dan saya tahu saya telah menjadi lebih kuat. Tidak ada satu hal apa
pun dan tidak seorang pun yang akan dapat menghancurkan saya.
No comments:
Post a Comment