“Yang bawa topi, ambil topinya” saya memberi instruksi pada anak-anak segera setelah kami masuk ke kelas begitu upacara bendera selesai.
Rencana awal membawa anak-anak berjalan melihat sawah dan ladang setelah kepsek pergi ternyata tidak bisa dilaksanakan karena kepsek kok tidak berangkat juga. Mau jadi pergi atau tidak sih? Katanya ada rapat. Tapi ini sudah hampir jam 8.30 kok belum berangkat juga?
Ya, sudahlah. Saya nekad saja membawa anak-anak itu jalan. Perkara doi nanti mau protes, bertanya atau mengeluarkan komentar miring itu urusan belakangan deh. Sementara ini kan waktunya terus berjalan. Kalau saya mau kembali sebelum jam 9 maka kami harus segera berangkat sekarang.
Begini perkaranya, saudara-saudara, berhubung mulai Senin (18/4) ini tema pelajaran tidak lagi ‘Kehidupan di Kota’ karena sudah berganti menjadi ‘Kehidupan di Desa’ yang membuat saya ingin membawa anak-anak berjalan ke satu lokasi dekat sekolah di mana saya tahu masih terdapat lahan luas yang masih di miliki oleh penduduk setempat yang berprofesi sebagai petani. Ini artinya masih ada sawah dan ladang di lokasi itu.
Kebetulan juga hari ini matahari bersinar lumayan terik. Lumayanlah sekalian bisa berolahraga dan berjemur. Terutama bagi tubuh saya yang sejak kemarin terganggu kesehatannya karena pilek. Mudah-mudahan panas matahari dan tubuh yang bergerak bisa menaikkan stamina serta daya tahan alami tubuh yang berguna untuk melawan baksil beserta virus pilek yang menyebalkan ini.
“Bu, ayo dong! Ibu tidak ikut kita?” demikian seruan anak-anak terdengar sementara mereka berjalan menuruni jalan setapak.
“Iya. Kalian duluan saja sama teteh. Bu Keke masih mau motret di sini” jawab saya sambil beraksi dengan kamera. Wah, jarang-jarang bisa ke tempat ini. Padahal pemandangannya lumayan bagus.
Pemandangan yang tidak boleh dilewatkan tentunya karena anugerah besar bisa mendapatkan pemandangan alam pegunungan seperti ini hanya dengan berjalan kaki beberapa menit dari sekolah. Tidak perlu naik kendaraan, tidak perlu membayar bensin dan tol. Tuh asyik kan jadi orang Bogor.
Nah, untung juga teteh ikut. Dengan demikian saya bisa menitipkan anak-anak di bawah pengawasannya. Bahkan teteh berguna karena…
“Ini tanaman ubi” kata teteh menunjuk sebaris tanaman.
“Wah, mana saya tahu, teh” saya nyengir membuatnya tertawa.
“Bu Keke anak kota jadi tidak tahu soal tanaman” katanya geli “tapi ibu teteh anak desa jadi tahu macam-macam tanaman buah dan sayuran”
Tuh kan, tidak rugi membawa teteh ikut. Hehe. Setidaknya dia yang menjadi guru saat menerangkan tentang sawah, padi, berbagai tanaman dan kehidupan pedesaan sementara saya malah asyik memotret. Lha, ini yang jadi guru sebetulnya siapa sih? Hehe.
Aduh, kami sampai di sekolah sedikit di atas jam 9. Di depan pintu gerbang berdiri kepsek. Wah, hati saya sudah dag-dig-dug-deg gimana gitu saat melihatnya.
Mungkin anda akan menilai saya terlalu berlebihan tapi kalau anda mengalami apa yang saya telah alami dan mendengar apa yang telah saya dengar, anda akan mengerti mengapa sambil berjalan saya menahan napas dan baru bisa menarik napas lega setelah melewati kepsek tanpa harus melihat mukanya yang menyiratkan ketidaksenangan atau mendengar kalimat-kalimat yang bisa membuat hari paling cerah berubah menjadi mendung.
Kembali ke kelas dan sambil sedikit mendinginkan badan, saya meminta anak-anak itu untuk menirukan petani mencangkul sebelum kami memulai kegiatan inti.
Lalu menebalkan dan menulis kata ‘padi’.
Terakhir adalah mewarnai gambar dari perbuatan baik saling menolong.
“Put on your hat if you bring it” I said this once the kids got in the class after we had flag ceremony this Monday (April 18th).
My plan was to take the kids out once headmaster left school but she was still in school. It was nearly 8.30 am. I was told yesterday that she would attend a meeting this morning. So howcome she was still in school at this hour?
Well, I couldn’t wait any longer if I wanted us to return to school before 9 am. So be it. I took the kids out. I deal with whatever respond she would give later.
Our teaching theme is no longer about the life in the city. Starting today it is about life in the country. And I knew there’s a quite wide site near school still owned by the local residents whom happen to be farmers so there are paddy and veggies fields in that site.
It’s also sunny today. I thought the sun and the walk could help my body to boost up its immune system and energy as I’ve been catching flu since yesterday. I’ve taken flu medicine but I want nature helps my body fight these awful flu viruses.
“Miss Keke, are you coming with us?” the kids called out for me as they walked down the road.
“In a second” I stood up there taking pictures because I don’t get a chance to come to this location everyday. The scenery is quite good. I’d not miss it. Glad that school’s cleaning lady went along with us so I could ask her to incharge for the kids when I wanted to take pictures.
It’s already feel like a big blessing to find such a wonderful view in what I say ‘in the backyard’ because it takes only few minutes walk from school to get to this site. No need to ride on any vehicle, no need to buy gas nor pay toll road to find a natural beautiful mountain scenery like this one. Adding more point to live in Bogor.
Infact, she’s proven to be useful for us because…
“This is sweet potato plant” she pointed at a line of short plants on the ground.
“I wished I knew what those plants are” I grinned which made her laugh.
“Miss Keke is a big city girl. She doesn’t know kinds of plants. I am a country girl. I know the plants, trees..” And she explained to the kids about paddy fields, plants, life in the country. See? I told ya’, she’d be useful. Lol. Although you might wonder who was the teacher.
Oh great. We got back in school a little over 9 am and I saw headmaster stood infront of the gate. I held my breath as we came to pass her and just breathed in relief when she didn’t give us any upsetting look or hearing tart comments.
Well, you might think I was overreacting but if you were me and you’ve lots of experiences worked under her superiority and heard the things that I’ve heard came from her mouth, you would understand why I found her presence intimidating and upsetting.
In class..
“Let us do what farmers do when they dig the ground on the field” I told the kids after they took a drink and now were cooling down.
It followed by put a mark of = (same) and ≠ (not same) after seeing the amount of things on the left side and right side. They had to compare it to know if the number of the things are same or not.
Wrote the word ‘padi’ (paddy) became the next assignment.
No comments:
Post a Comment