“Mari teman-teman, kita menyanyikan lagu Indonesia Raya” & sedetik sebelum dirigen kami meberi aba-aba tiba-tiba Ado, seorang anak di kelas TK B, yang berdiri di barisan paling depan menatap saya lalu berbisik pelan pada saya;
“Bu, mana benderanya?”
Yailah! Saya yang kaget mendengar pertanyaannya itu segera menoleh ke sisi kanan saya. Nyaris tawa meletus. Tiang bendera yang biasanya selalu diletakkan di pojok itu memang tidak ada. & bisa-bisanya saya yang sudah berdiri sekitar 2 menit di situ tidak menyadarinya.
Bahkan sebenarnya tidak seorang pun dari kami yang menyadari hal ini walaupun sejak awal bel berbunyi kami sudah berkeliaran di dekatnya. Bisanya tidak seorang pun dari saya, wali kelas TK B, teteh, anak-anak TK A & B serta orang tua murid yang melihat bahwa tiang bendera berikut benderanya tidak berada di pojokannya. Hehe.
Mata saya & mata teteh bertemu. Tanpa suara saya mengatakan “Teh, benderanya mana?”.
Sama seperti reaksi saya tadi, teteh kaget luar biasa. Terlebih karena dia yang bertanggung jawab untuk mengangkat keluar tiang bendera itu setiap hari Senin sebelum bel berbunyi dan meletakkannya di pojok itu.
Saya tidak marah. Justru sebaliknya. Setengah mati saya berjuang menahan tawa karena memikirkan upacara tanpa tiang bendera & kebodohan kami sampai-sampai tidak menyadari tiang bendera tidak berada di tempatnya. Aduh, belum lagi saat saya teringat pada pertanyaan Ado tadi.
Teteh agaknya juga memikirkan hal yang sama karena kami berdua berpandangan sambil menyembunyikan seringai geli.
Dalam pengalaman saya menjadi inspektur upacara baru sekali itu saya menghadapi sikon yang ‘menyiksa’ karena harus menahan tawa. Perut saya sampai terasa kencang, pipi saya kaku, muka saya terasa panas & bibir bagian dalam saya sakit karena saya menggigitnya. Tapi sebaik apa pun saya berusaha menyembunyikannya rasanya anak-anak bisa menduga saya sedang menahan tawa. Mereka tidak tahu apa yang begitu lucu sampai ibu gurunya kegelian seperti itu jadi mereka menatap saya keheranan yang mana justru menambah geli.
Lega benar saya begitu upacara selesai & anak-anak masuk ke kelas. Saat itulah saya & teteh tertawa terkekeh-kekeh. Wali kelas TK B yang sementara itu tidak mengetahui bahwa kami berdua sedang menahan tawa selama upacara berlangsung menatap kami seakan-akan kami sudah gila. Hehe.
“Aduh, untung emak tidak ada” teteh terpingkal-pingkal.
“Iya, selamatlah kita” saya mesem “Kalau tidak…”
“Sudah berapa lama kamu kerja di sini kok masih tidak ingat juga ngeluarin bendera” wali kelas TK B menyambung. Nyengir kuda-lah kami bersama-sama. Syukurlah insiden ini terjadi saat kepsek sedang tidak berada di sekolah. Tuhan melindungi telinga & hati kami dari pencobaan. Hehe.
Senin ini (28/3) kami belajar menghubungkan jumlah benda sesuai dengan angkanya. Jadi kalau saya menunjukkan angka 2 maka anak-anak harus tahu itu angka berapa, menunjukkan jari 2 & yang terakhir adalah harus menunjukkan benda-benda yang jumlahnya 2.
Lalu tugas mereka adalah menebalkan & menulis angka 5 di buku paket.
Serius mengerjakan tugas. Teteh (baju pink) kami tampak duduk di sebelah Kim / Serious faces. Sat next to Kim is school's janitor (pink shirt). Far left. |
Tugas berikutnya adalah mewarnai gambar anak yang mau melakukan tugasnya sendiri tanpa di bantu. Sebelumnya mereka harus memilih mana perbuatan yang baik di antara 2 gambar itu. Anak yang bekerja sendiri & yang tidak mau mengerjakan tugasnya sehingga ibunyalah yang melakukannya.
Anak-anak tidak mendapati kesulitan berarti dalam mengerti bagaimana cara mengerjakan tugas pertama & kedua. Yang membuat saya spanning adalah kalau pertanyaan yang diajukan adalah di mana harus menulis tanggal & mana yang di warnai karena semua itu sudah saya berikan dalam satu paket cara pengerjaan sebelum buku-buku dibagikan.
Belakangan ini saya menjadi lebih galak terhadap anak-anak yang saat mulai belajar mulai juga bertanya bagaimana cara mengerjakan / di mana harus menulis tanggal karena ini menunjukkan mereka tidak memperhatikan saat saya sedang berkaok-kaok menerangkan tetek bengek semua hal itu di depan kelas.
Dulu saya masih sering mengingatkan anak-anak yang terlihat sedang bicara / bercanda / melamun saat saya sedang menerangkan. Tapi setelah saya perhatikan hal ini melelahkan saya & juga tidak mendidik mereka.
Karena toh nantinya ibu guru selalu menerangkan lagi kalau mereka bertanya membuat mereka enggan untuk memperhatikan / mendengarkan penjelasan yang saya sampaikan. Jadi kalau saya melihat ada yang tidak memperhatikan, yah, saya biarkan saja. Nanti baru mereka rasakan sendiri akibatnya & karena tidak mendapat bantuan dari saya maka akhirnya mereka belajar mau berkonsentrasi untuk mendengarkan orang yang sedang bicara.
Tugas terakhir adalah menulis b (banyak) & s (sedikit) pada 2 macam gambar. Masing-masing gambar memuat gambar benda / binatang yang jumlahnya berbeda.
Selalu diterangkan sebelum mengerjakan tugas / Explanation on the whiteboard |
Ini salah, Nico, kata Teteh / Working on the task. Our janitor helped Nico who didn't understand how to do today's 3rd task |
tulis b (banyak) & s (sedikit) / The appearance on the book |
Senang juga saya melihat ternyata dari 16 anak ternyata sebagian besarnya mengerti tentang konsep kognitif ini. Hanya ada beberapa anak saja yang sulit untuk membandingkan ke 2 gambar itu & menentukan mana yang jumlahnya banyak & mana yang sedikit.
Yah, kok belum selesai, Farrell? Ayo. Yang lain sudah pada main tuh / Have you done with your task, Farrell? The others who have done their task could play |
Setelah semua tugas selesai barulah mereka boleh bermain. Tapi itu pun tidak semua selesai berbarengan. Ada yang cepat. Ada yang lambat.
Hai! / Hi! |
Pulangnya tergopoh-gopoh saya mencegat mamanya Justin.
“Nanti tidak kemana-mana kan?” tanya saya “bisa les hari ini?”
“Bisa, bu. Satpamnya tidak ada ya?” mamanya Justin nyengir. Yah, rata-rata emak-emak dari anak-anak di kelas saya sudah tahu kalau saya tidak bisa kabur dari sekolah di bawah jam 12 siang kalau ‘satpam’nya ada di sekolah. Tapi karena hari ini tidak ada maka berpikirlah saya untuk memanfaatkan kesempatan langka ini untuk memindahkan jadwal les Justin yang biasanya hari Rabu ke hari ini supaya saya tidak terlalu siang sampai dirumahnya & otomatis juga membuat saya bisa pulang tidak terlalu siang.
Karena kepsek tidak ada maka 2 dari anak TK B yang ada di kelompok beliau di pindah ke rombongan saya. Jadilah Jevan & Anggi bergabung bersama Satrio, Brili, Manuel & Tania. Untung saja seorang dari anggota rombongan belajar saya yaitu Agel tidak masuk sehingga tidak terlalu repotlah saya.
Left to right : Jevan, Anggi, Tania, Manuel, Satrio & Brili |
Sebetulnya sih mereka tidak lagi terlalu merepotkan seperti waktu pertama kali mengikuti pelajaran calistung tambahan ini di semester pertama di mana masih banyak yang belum lancar dalam membaca, menulis & berhitung. Tapi yang repot adalah kalau mereka lupa tentang pelajaran yang pernah & sering saya ulang-ulang berikan kepada mereka. Kalau sudah begitu tanduk & taring Bu Keke pun keluarlah.
___________________________________________________________________
“Miss, where’s the flag?” whispered Ado, a boy in B class, to me this morning (Monday, March 28th) as we were having flag ceremony. The usual routine we do every Monday morning. He stood at the front line of his class.
I spontaneously looked at my right & almost burst into laughter when I saw the pole with the flag wasn’t at the corner where it usually put. & no one realized this not until we were about to sing our national anthem & Ado whispered me that question did I realize it wasn’t there. & amazingly I’ve been standing there for about 2 minutes
Man, it was the first time I found it so hard to put a straight serious face. Especially that I stood infront everybody as I was the ceremony’s inspector.
I felt my stomach nearly cramped, my face reddened & the inner side of my lips hurt for I bite it hard as I hold myself not to laugh. & I felt it so funny because I didn’t realize we were having flag ceremony without the flag itself.
The janitor & I happened to exchange look & without saying a word I indicated to her about the missing pole & the flag. Her reaction of shock was gave me a bigger tickle because it is her duty to put it all there at my right corner. She must have forgotten to put it there before we lined up for having the flag ceremony. We looked at each other. Tried so hard to hide our smile & laugh.
Then it came to me the puzzle look on the kids faces. They must have seen me tried to hold my laugh but they didn’t know what was it so funny so now they were staring at me with those kind of look that made me tickled even more.
I really glad when it was over & the kids were in the classroom. The janitor & I soon laughed it out loud.
“What have gotten with the two of you?” the teacher in B class looked at us as if we were have gone completely insane. She obviously unaware of what have been happening all through the flag ceremony. She laughed it too. Just how silly & stupid that mistake was.
“We’re lucky this happens when headmaster isn’t here” said the janitor.
“Yeah or …” I grinned.
“How long have you been working here? Haven’t you known that the flag & its pole have to be put in the corner” continued B class teacher & we all grinned. Half teasing at each other. Half sourly. She impersonated the headmaster.
Today I taught the kids in my class to relate number with the amount of things. So for example when I showed them the number 2 they have to relate it with anything that comes in a pair. They also have to show me their fingers that matched with the number.
So they have to write the number 5 on their books. After that they have to color the drawing that showed a kid who does her work by herself. These weren’t difficult to do. What irritated me is when a kid asked how to do each activity when I’ve specifically explained it earlier but they didn’t listen because they were too busy chatting / joking around with their friends / being absent minded.
For some time I always repeat the instruction whenever they asked me but later I realized it wasn’t effective. It made them thought that it would be ok not to pay attention when I explained how to do a task because they could ask me later.
The third task is for them to see which draw that has more things & which has few. I was quite happy to see how most of the kids understood this concept.
I allow the kids to play in the classroom once they've completed all of their tasks. Some done it fast. The others were working slow.
After school I hurriedly asked Justin’s mother if I could shift his Wednesday’s tutoring to today’s noon.
“So you can leave school early?” she smiled as she & the other moms have known it well that headmaster insisted us all to stay in school till noon though all work has been done & all the kids have gone home.
But headmaster wasn’t in school today so I could leave early though 2 kids in her group had to join my group when we ran the tutoring for the B class kids. Jevan & Anggi joined my group of Satrio, Brili, Manuel & Tania. This tutoring is arranged as part of their preparation to enter elementary school. It is because most elementary schools in this country required its new enrolled first graders to be able to read, writing & do simple math.
salam kenal..saya ingin bertanya tentang calistung yang ibu ajarkan di tk ibu. tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan dalam mengajarkan membaca, menulis dan berhitung? apakah dalam mengajarkan menulis, terlebih dahulu menebalkan garis-garis lurus atau melengkung baru menebalkan huruf dan angka. apakah di tk dalam mengajarkan membaca huruf diasosiasikan dengan bentuk-bentuk yang sudah dikenal, misal huruf a = perutnya gendut pake topi, huruf b = perutnya menghadap ke depan ?
ReplyDeleteHai, salam kenal balik. Maaf, ini dengan ibu / bapak siapa?
ReplyDeleteBegini, mengenai pertanyaan tahapan untuk mengajar calistung untuk anak yang sama sekali belum pernah bersekolah, anak harus di ajar untuk dapat memegang pensil dengan benar. lalu latihlah dia membuat garis tegak, garis datar & garis lengkung. bisa dg di bantu dg cara menebalkan garis & kemudian berlatih sendiri.
baru kemudian di latih menulis huruf. saya sarankan dengan huruf hidup (a i u e o) baru kemudian huruf konsonan yang mudah seperti b, c, h, m, n, p, r, s, t.
ya, saya mengatakan untuk membuat tongkat nenek & perut nenek gendut saat mengajarkan anak huruf a. bisa di pakai cara seperti ini untuk memudahkan anak mengingat bentuk huruf. semakin aneh & semakin lucu maka semakin membantu anak untuk belajar tanpa merasa terlalu sulit.
kalau anak sudah bisa mengingat sebagian besar dari alfabet maka bisa di coba dengan ba bi bu be bo dst. kecepatan belajar tentu disesuaikan dg kemampuan anak. kalau anak kebetulan mudah mengerti & mengingat tentu bisa lebih cepat tapi jangan di paksa kalau anak tidak memiliki kemampuan tsb. saya pernah memiliki murid TK B yg memerlukan waktu 2 minggu hanya untuk dapat mengingat a i u e o.
mengajar anak membutuhkan kesabaran. jangan cepat putus asa. jangan pula berkecil hati kalau anak tidak bisa menyaingi kemampuan teman-teman sebayanya.
Begini dulu ya penjelasan dari saya. mudah-mudahan bisa berguna.
Keke