Bulan ini saya ingin membuat seri tulisan bertemakan “Under Construction”, sedang dibangun.
Berbagai peristiwa yang kita alami setiap hari adalah proses yang membangun diri kita.
The things we have been through everyday is the process that construct us.
Dibangun untuk menjadi lebih baik.
It is meant to make us better.
Saya menemukan orang-orang yang awal hidupnya menunjukkan bagaimana dirinya telah melalui suatu pembangunan besar, yang terjadi tanpa disadarinya.
I discovered some people whose early life have undergone big construction, without them realizing it.
Mereka menginspirasi saya.
They inspired me.
Beberapa dari mereka memiliki kesamaan dengan saya entah dalam sifat atau hal-hal yang dialami dalam hidup.
I found similarities in few of them whether it is in characters or in the things we experienced in life.
* * * * *
Pada waktu itu bangsanya sedang dalam kesusahan. Tujuh tahun
lamanya suku-suku dari sebelah timur menguasai dan merampas harta benda serta
hasil tanah bangsanya.
It was the time when his
people were in trouble. For seven years the eastern tribes opressed and robed his country’s
possessions.
Maka bangsanya pun berseru meminta Tuhan untuk menolong dan
membebaskan mereka.
So his people cried out
to God asking for Him to liberate them.
Tuhan mendengar seruan mereka dan datang menolong mereka
walau pun mereka melakukan hal-hal yang jahat dan meninggalkanNya.
God heard their cries and
came to rescue them though they have done evil things and have left Him.
Tuhan tidak mengirimkan hujan api dari langit, banjir
bandang atau gempa bumi untuk memusnahkan bangsa dari timur itu.
God didn’t send fire from
the sky, big flood or earthquake to destroy the eastern tribes.
Tuhan memilih seorang dari mereka untuk menjadi pembebas mereka.
God found one of them whom He chose to liberate them.
Tuhan tidak pernah salah memilih. Dia tahu siapa yang Dia
pilih walau semua orang yang ada di dunia ini mempertanyakan, meragukan dan
memprotes orang-orang pilihannya.
God never made wrong
choice. He knew whom He chooses though all the people in this world question,
doubt and protest His chosen people.
“Kok dia sih yang
dipilih?”
“Howcome
he/she was the chosen one?”
Yang dipilih Tuhan pun bisa mempertanyakan, meragukan dan
memprotes pilihan itu.
Even the one chose by God
question, doubt and protest His choice on him/her.
“Kok aku sih yang
dipilih Tuhan?”
“Why God chooses
me?”
*
* * * *
Saya telah lama memperhatikan manusia dan saya menemukan
hal-hal berikut ini.
I have long studied
people and I discovered these things.
Manusia di dunia ini terbagi atas dua jenis; yang merasa
hebat menurut penilaiannya sendiri dan yang merasa rendah menurut pandangannya
sendiri.
There are two kinds of
people in this world; the ones who think they are great on their perspective
and the ones who feels inferior in their own sight.
Marilah kita lihat satu persatu tipe-tipe ini.
Let’s see these type of
people one at a time.
*
* * * *
Tipe manusia ‘Elu pikir elu itu siapa?’
The ‘Who
do you think you are?’ type of
people
Yang merasa hebat menurut penilaiannya sendiri adalah mereka
yang merasa kuat karena memiliki kelebihan dalam hal fisik, keuangan,
pekerjaan, keluarga.
Those who think they are
great on their perspective are the ones feeling superior for having good
physic, good finance, good job, good family.
Karena itu mereka cenderung tidak bisa menerima ketika
melihat ada orang lain yang segalanya jauh dibawah mereka tapi terpilih untuk
menjalankan tugas atau misi yang besar dan penting.
www.kekeyohanes.blogspot.com |
Sepuluh orang kakak Yusuf tersinggung dan kesal karena Yusuf
yang mereka anggap anak kecil kok bisanya bermimpi bahwa mereka akan tunduk dan
memberi hormat padanya.
Joseph’s ten brothers got
offended and upset because Joseph whom they regarded as a kid could possibly
dreamt that they all would bow and pay respect on him.
Ketika Yesus mengajar di rumah ibadah di kota kelahiranNya,
reaksi orang-orang di sana adalah mempertanyakan, skeptis, menolak dan mencemooh
karena kata mereka “Dari mana Dia bisa
punya hikmat buat bicara dan kok Dia bisa bikin mujizat? Dia kan cuma anak
tukang kayu. Kita kenal emaknya dan saudara-saudaranya. Mereka tinggal di kota
ini, bergaul dan dibesarkan bersama-sama dengan kita”
When Jesus taught in his
hometown synagogue people’s reacted by questioned, became skeptical, rejected
and mocked Him because they said “Where
did He get this wisdom to speak and how could He make miracles? He’s the
carpenter’s son. We knew His mother, His
brothers and sisters. They are all live here, mingle and raised with us”
Dengan kata lain, mereka mengatakan; Emangnya Dia itu siapa? Apa sih yang bikin Dia jadi lebih istimewa dari
kita?
In another word, they were saying; Who is he anyway? What makes Him more special than us?
Orang-orang yang merasa diri lebih superior akan melihat
dirinya lebih tahu, lebih bisa, lebih berpengalaman, lebih berpendidikan, lebih
senior, lebih pintar, lebih kuat, lebih beriman, lebih diberkati karena melihat
kesehatannya baik, keluarganya harmonis, keuangannya ok, pekerjaan atau
usahanya lancar-lancar saja atau malah berhasil..
People who feel superior
see themselves as the know it all, can do anything, more experienced, more
educated, more senior, smarter, stronger, have more faith, have blessed more
because it looks they have good health, harmonious family, financially well
off, smooth or even successful job or business.
Jadi ketika mereka melihat ada orang yang kelihatannya jauh
dibawah mereka tapi memiliki hal-hal yang menjadikannya bisa lebih dari mereka,
reaksi mereka adalah menolak. Sikap, prilaku atau bahkan kata-kata mereka
dengan jelas menyampaikan pesan ini; “Eh,
elu pikir elu siapa? Elu ga ada apa-apanya dibandingin gue. Elu harusnya tetap
ada di belakang gue”
So when they see somebody
who have less than them could appear more than them, their reaction is
rejection. Their attitude, behavior and even their words spoke out this message
“Who the hell do you think you are? You are nothing compare to me. You should
stay behind me”
Sulit bagi mereka untuk dikalahkan oleh seorang yang
inferior.
It is hard for them to be
defeated by an inferior person.
Tapi ada juga yang membangun kebanggaan diri dan ego
setinggi-tingginya karena mereka tahu mereka sebetulnya tidak hebat-hebat amat.
But there are people who
build their pride and ego as high as they could because they knew they are not
that great.
Mereka mempunyai percaya diri yang rendah.
They have low
self-esteem.
Mereka tahu mereka sebetulnya tidak hebat-hebat amat tapi
tidak mau orang lain tahu tentang hal itu. Jadi mereka menyembunyikannya dan
menampilkan diri sebagai orang yang hebat sementara di sisi lain mereka menekan
dan mengecilkan orang lain.
They know they are not
that great but they don’t want people to know it. So they hide it and appear
themselves as great people while on other side they surpress and degrading
others.
Manusia yang begini ini sebenarnya merugikan diri sendiri
karena membangun benteng pertahanan yang rapuh dan tidak diperlukan yang
menghalangi mereka untuk berkembang dan mendapatkan banyak hal baik.
This kind of people is
actually not doing good for themselves because they build unnecessary and
fragile fortress that prevent them to develop and receive many good things.
*
* * * *
Tipe manusia ‘Ah, gue ini siapa sih?’
The ‘Ah,
who am I?’ type of people
Manusia jenis ini kebalikan dari tipe pertama. Mereka merasa
tidak layak untuk apa pun.
This kind of people are
the opposite of the first type. They feel they don’t deserve for anything.
Mereka melihat diri kecil, tidak berarti, tidak cukup baik,
tidak berdaya.
They be littled
themselves, feel unworthy, not good enough, hopeless.
Mereka mempunyai percaya diri yang rendah.
They have low
self-esteem.
Mereka terlalu memperhatikan segala yang ada pada diri
mereka.
Their self-conscious is
too much.
Mereka terlalu membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
They do too much
comparison of themselves with other people.
Mereka juga merugikan diri sendiri karena rasa takut pada
kegagalan, takut berbuat salah dan takut mencoba sesuatu yang baru menghalangi
mereka untuk berkembang dan mendapatkan banyak hal baik.
They too are not doing
good for themselves because fear of failure, fear of making mistake and fear of
trying new things prevent them to develop and receive many good things.
Gideon memiliki masalah kepercayaan diri.
Gideon had this
self-esteem problem.
Itu terlihat dari reaksinya ketika melalui malaikatNya Tuhan
menyampaikan pesan; “Tuhan menyertaimu, ya pahlawan yang gagah berani…
Pergilah,… dan selamatkanlah bangsamu. Bukankah Aku mengutus kamu”
It was shown from his
reaction when God sent him a message through His angel “The Lord is with you,
you mighty man of valor! Go… and you shall save your people. Have I not sent
you?”
Gideon menjawab, dirinya adalah yang termuda dalam
keluarganya dan kaumnya adalah yang terkecil dari sukunya.
Gideon answered that he
is the youngest in his family and his clan is the weakest in his tribe.
Parah bener ga pedenya ini orang, begitu pikir saya ketika
saya membaca tentang kisahnya.
He’s got a real big issue
on self-esteem, I thought that when I read about his story.
Coba bayangkan, kalau malaikat Tuhan muncul di depan kita
dan memberikan salam “Tuhan menyertaimu”
Imagine this, if God’s
angel appears infront of us and greets “God is with you”
Saya sudah sering melihat malaikat dalam mimpi atau ketika
saya sedang berdoa karena Tuhan mengaruniakan kemampuan yang membuat saya bisa
melihat alam roh.
I have oftenly seen angels
in my dreams or when I pray because God blessed me with ability to see spirits.
Tapi saya belum pernah melihat malaikat muncul tidak dalam
mimpi atau dalam pengelihatan saat saya sedang berdoa.
But I never saw an angel
appear not in dreams or in a vision when I am praying.
Jadi bayangkan bagaimana istimewanya Gideon sampai Tuhan
menyuruh seorang malaikat untuk muncul didepannya dan menyampaikan pesan dari
Tuhan.
www.lookandlearn.com |
Tuhan telah mendengar doa bangsanya dan pastilah juga
doanya. Hari itu Tuhan mengatakan bahwa Dia menjawab doa-doa itu melalui
dirinya.
God has heard his
people’s prayers and surely also his prayers. On that day God said He answered
those prayers through him.
Wow!
Eh, tapi Gideon malah kagak pede.
Man, Gideon freaked out.
Emangnya siapa sih
saya?
Who am I anyway?
Ya, alaminya Gideon memang tidak ada apa-apanya.
Yes, Gideon was naturally
is nothing.
Bukankah kita semua juga seperti itu? Apa sih yang bikin
manusia itu istimewa? Kena kertas selembar aja dagingnya bisa tergores, luka
dan berdarah. Satu detik masih tertawa, detik berikutnya sudah tidak bernyawa.
Don’t we all just like
that? What makes human special? A sheet of paper could scratch our flesh,
wounded it and made it bleed. One second we laugh, the next second we lay dead.
Ya benar, kita manusia ini sebenarnya apa sih?
Yes that’s right, we
human, what are we anyway?
Tapi ketika Tuhan punya rencana, ketika Tuhan memilih
seorang manusia untuk mewujudkan rencanaNya itu, Dia memberikan kuasaNya dan
Dia menyertai, terlibat dalam seluruh proses perwujudan rencana itu.
But when God has a plan,
when God chooses a human to make pass His plan, He gives His power and He is
involved in the whole process to make that plan work.
Gideon pun akhirnya melihat bukti dari hal tersebut.
Eventually Gideon saw the
evident of it.
*
* * * *
Apa istimewanya sih manusia sampai Tuhan mau memperhatikan, ngebela-belain, mendengarkan dan ada bersama-sama dengannya?
What is so special about human that
God willing to give attention, to defend, to listen and be with him/her?
Jadi apakah yang bisa kita banggakan? Apa yang sebetulnya
yang kita miliki atau yang ada dalam diri kita yang bisa bikin kita merasa
lebih dari yang lain? Bukankah semua itu datang dari Tuhan dan milik Tuhan?
Termasuk napas kita. Kalau semua itu Dia ambil dari kita, termasuk nyawa kita,
apa yang akan tersisa?
So is there anything for
us to take pride? Is there anything in us that can make us feel superior than
others? Aren’t those things come from God and belong to God? Including our
breath. If everything is taken from us, including our breath, what’s left for
us?
Jadi perlukah sikap, perilaku atau kata-kata kita
menggambarkan diri kita seperti gorila yang memukul-mukul dadanya, seakan-akan
dunia adalah miliknya, seperti segalanya dan semua orang harus tunduk padanya, harus mendengarkannya, harus mengikuti maunya.. seakan-akan nyawa kita ada ditangannya..
So do we need this kind of attitude, behavior or
words that picture us like a gorilla patting on its chest, as if it owns the
world, as if everything and everyone must bow before it, must listen to it, must obey to its wishes.. as if it has our lives on its hand..
Tapi di sisi lain, untuk apa kita merasa seakan masalah dan
kehidupan lebih besar sampai kita merasa mereka akan menelan kita hidup-hidup.
But in other side, why
should we feel as if problems and life are that big they would eat us alive.
Mungkin kita memang kecil, tidak punya hal apa pun yang bisa
bikin kita diperhitungkan oleh dunia dan oleh manusia-manusia disekitar kita.
Maybe we do small, have
nothing that can make us somebody to the world and to the people around us.
Saya kenyang dihina orang, dari mulai keluarga sendiri ke
orang-orang di tempat kerja, oleh orang yang tidak saya kenal, sampai oleh
orang-orang yang mengatakan diri mengenal Tuhan.
I have been insulted too
many times, from my own family to the people at work, from a complete stranger
to the people who said they know God.
Saya dan Gideon sama.
Gideon and I are two of a
kind.
Tuhan menyebut Gideon “Pahlawan yang gagah berani”
God called Gideon “A
mighty valor”
Percaya diri kita harus diletakkan pada Tuhan, bukan pada
diri sendiri.
We must place our
self-esteem on God, not on ourselves.
Kita sering salah menilai diri sendiri.
Tuhan menilai diri kita tinggi tapi kita menilai diri kita
rendah.
God values us high but we undervalue ourselves.
Atau kebalikannya, Tuhan menilai diri kita rendah tapi kita
menilai diri kita tinggi.
Or on contrary, God
values us low but we overvalue ourselves.
Jadi janganlah penilaian itu datang dari kita sendiri atau
dari orang lain.
So don’t let that come
from us or from other people.
Lebih baik
berfokus pada melakukan kehendak Tuhan dan tidak mencari hormat.
Better focus on doing God’s will and not seeking for respect.
*
* * * *
Ayat referensi:
Hakim-Hakim 6-8, Kejadian 37:5-11, Markus 6: 1-6
Reference verses:
Judges 6-8, Genesis 37:5-11, Markus 6: 1-6
No comments:
Post a Comment