Beberapa tahun yang lalu sewaktu saya masih bekerja sebagai
guru Taman Kanak-Kanak, ada seorang murid saya yang akan selalu saya ingat
karena dia begitu manis, lembut, pendiam, penurut dan.. selalu membuntuti saya
kemana pun saya pergi!
Few years ago when I
worked as kindergarten teacher, I had one student whom I will always remember
for her sweetness, gentleness, quietness, obedience and.. for always followed
me around.
Saya mendorongnya untuk bergaul dan bermain dengan teman-teman
sekelasnya. Kadang-kadang berhasil tapi itu tidak lama karena dia kemudian
kembali membuntuti saya.. hehe..
I encouraged her to
mingle and play with her classmates. Sometimes she did but not for a long time
because she would return to follow me around again.. lol..
Kadang saya memperhatikannya. Berpikir-pikir kenapa dia
seperti sulit untuk berhenti membuntuti saya. Selama enam tahun bekerja disana,
saya adalah guru yang paling dekat dan disayang oleh anak-anak itu tapi jarang
ada yang sampai menjadi seperti bayangan saya karena selalu mengikuti saya
kemana pun saya pergi.
Sometimes I looked
at her. Tried hard to figure the reason why she seemed so hard to stop
following me around. For six years working there I had become the closest
teacher to those kids and most loved by them but it was rare to have a kid who
became like my shadow for followed me around.
Sampai akhirnya saya berkesimpulan semua terletak pada; cinta dan percaya.
I finally came to a
conclusion that everything is about; love
and trust.
* * * * *
Ada satu permainan yang dinamai ‘Do Little Motion’ sesuai
dengan judul lagu yang dinyanyikan ketika memainkan permainan ini.
There is a game
called ‘Do Little Motion’ which named after the song that sang when the game is
played.
Peserta permainan ini berdiri membentuk lingkaran dan seorang
berdiri ditengah lingkaran itu. Lalu semua menyanyikan lagu itu.
The participants
stand, forming a circle while one of them stand at the centre of the
circle. And everyone sing the song.
“Do Little Motion
One two three
Follow follow follow
me”
Kemudian peserta yang berdiri ditengah lingkaran akan
memperagakan satu gerakan dan semua peserta harus menirukan gerakan itu sambil
tetap menyanyikan lagu itu.
The participant who
stands in the center of the circle then shows one motion and the other
participants have to do that motion as they sing the song.
Betapa pun sukar atau konyolnya gerakan yang diperagakan
oleh pemain yang berdiri ditengah lingkaran itu, semua peserta mengikutinya
saja tanpa berpikir panjang.
No matter how hard
or silly the motion showed by the participant who stands in the center of the
circle, other participants just follow on without giving a second thought.
Saya teringat pada permainan ini ketika seorang ditempat
kerja saya mengundurkan diri dan membuat beberapa gelintir orang memutuskan
untuk mengikutinya.
This game just came
to my mind when somebody at work resigned and made few people decided to follow
him.
Masalahnya orang-orang itu melakukannya tanpa berpikir.
The thing is those people did that without thinking.
Boleh saja mengikuti seseorang. Tapi lakukan itu tanpa
kehilangan akal sehat.
It is okay to follow
somebody. But do that without have to lose common sense.
Orang yang mengundurkan diri ini memiliki masalah dengan
dirinya sendiri. Masalah psikologis yang menurut saya lumayan berat. Masalah
kejiwaannya itu akhirnya membawanya dalam masalah yang berkepanjangan hingga
membuat dia memutuskan untuk mengundurkan diri.
The person who
resigned has personal issues. Psychological issues which in my opinion is quite
serious. His psyche problem has brought him down and at the end made him
decided to resign.
Mereka yang tidak mengetahui hal ini hanya melihat dari satu
sisi saja yaitu berdasarkan apa yang mereka dengar dari orang itu. Mereka menerimanya
begitu saja. Menelannya bulat-bulat. Padahal pepatah mengatakan ‘ada dua sisi
mata uang’.
Those who don’t know
about this only see it from one side which is from what that person told them.
They just accepted it. Just like that. We know the saying ‘there are two sides
of a coin’
Ketika kita mengikuti seseorang, hal itu kita lakukan karena
kita mengasihi dan mempercayainya tapi tetaplah berpegang pada akal sehat.
When we follow
somebody, we do that because we love and trust that person but keeps common
sense working.
* * * * *
Beberapa bulan terakhir ini saya menggabungkan diri dengan
suatu grup penulis blog.
In the past few months
I joined a blog writer group.
Saya menyukai grup ini karena membuat saya mendapat lebih banyak
teman sesama penulis blog dan mendapatkan berbagai informasi.
I like this group
because it gives me friends who is just like myself, blog writers, and I get
many information.
Sampai suatu hari saya membaca postingan seorang dari
anggota kelompok blogger ini yang menawarkan diri untuk mem-follow blog anggota
lain.
One day I read one
of this blogger group member’s post who offered herself to follow other members
blogs.
Ehemm.. tentu ada budi
ada balas dong.. bentuk balasannya adalah mereka yang sudah dia follow
tentunya diharapkan untuk mem-follow blognya.
Umm.. surely a favor
turns with favor.. so those whose blogs have been followed by her are expected
to follow her in return.
Kalau hal ini mampu bikin saya geleng-geleng kepala, wah,
saya garuk-garuk kepala ketika melihat dalam waktu kurang dari lima menit langsung
membanjir permintaan dari para anggota grup untuk dia mem-follow blog mereka.
If reading this
could make me shook my head, I am telling you, I scratched my head when I saw
how in less than five minutes she received lots of request from the group
members to follow their blogs.
Seperti anda bisa lihat sendiri, blog saya sepi dari
follower. Selama hampir lima tahun menjadi penulis blog, saya juga terhitung
pelit dalam hal mem-follow blog orang.
As you can see
yourself, my blog has none follower. For nearly five years being blog writer I
myself am not keen when it comes about following other people’s blog.
Kenapa demikian?
Why is that so?
Karena dalam pengertian dan prinsip saya, mem-follow blog
haruslah dilakukan atas dasar penilaian pribadi bahwa blog yang di follow
tersebut memiliki suatu nilai yang tidak dimiliki oleh blog lain.
Because in my
understanding and principle, following somebody’s blog has to be done under
personal judgement that the blog has something which other blogs don’t have.
Itu yang namanya eksklusif, istimewa.
It is what called exclusive, distinguished.
Jadi dimana letak istimewanya kalau suatu blog di follow
seseorang bukan karena isinya yang menarik atau karena cara penulisannya yang
memikat tapi semata-mata karena saling mem-follow blog.
So where is this
special thing when a blog is followed by somebody not because its interesting
content or the enchanting way of it is being written but merely for the reason
of ‘I follow your blog and you follow mine’.
Jangan menjadi subjektif ketika mengikuti seseorang.
Tetaplah menjadi objektif.
Don’t become
subjective when following somebody. Keep your objectiveness working.
* * * * *
Sudah dua tahun ini dengan seluruh kesadaran, saya memilih
untuk menetralkan diri dari agama saya.
It has been two
years that with all my consciousness, I chose to neutralize myself from my religion.
Ketika agama menjadi sesuatu yang harus diyakini karena itu adalah apa yang diharapkan oleh orang tua, teman, lingkungan.. lalu apa artinya agama itu bagi seseorang?
When religion becomes something to believe in because it is what expected by parents, friends, society.. then what is the point of religion?
Ketika Tuhan dijadikan alasan untuk membenarkan diri dan membenci mereka yang mempercayai Tuhan yang berbeda.. lalu siapakah Tuhan ini?
When God becomes an excuse to make self justification and to hate those who belief in different God.. then who is this God?
Ketika agama dan Tuhan menjadi satu-satunya alasan untuk diikuti supaya tidak masuk neraka tapi tanpa diikuti kesadaran akan kejahatan dan kekurangan dalam diri yang harus dirubah..
When religion and God become the only reason to make it as a belief to keep a person out of hell but without followed by the ability to see the evil within him/herself that needs to change..
Setelah saya memutuskan untuk menetralkan diri saya dari Tuhan dan agama, saya malah menjadi lebih kritis, lebih fair, lebih bisa memahami-menerima dan memaafkan orang atau keadaan karena saya mendasarkan penilaian saya pada akal sehat dan bukan pada dalil atau tuntutan keagamaan.
After I decided to neutralize myself from God and Christianity, I become more critical, fairer, more able to understand-accept and forgive people or situation because my judgment is based on common sense and not on religious principles or demands.
Saya mempercayai kualitas pribadi seseorang.
I believe in the
quality of a person’s personality.
Jadi ketika saya menerima anda, saya melakukan itu bukan atas
dasar agama, ras, keyakinan, kebangsaan, pendidikan, status sosial, bentuk
fisik, orientasi seksual, pekerjaan dll.
So when I accepts
you, I do that not based on your religion, race, belief, nationality, education,
sosial status, physical, sexual orientation, occupation etc.
Jangan mengikuti sesuatu atau seseorang karena orang-orang
disekitar anda melakukan hal itu.
Don’t follow
something or someone because people around you do that.
Jadilah kritis, fair dan milikilah pikiran yang terbuka.
Be critical, be fair
and be open minded.
* * * * *
“Kamu akan tetap pergi hari Sabtu ini ke acara nonton bareng
itu?” tanya Andre.
“Are you still going
to this Saturday’s movie thing?” asked Andre.
“Ya” saya tertawa melihatnya “Oh, jangan khawatir, kita bisa
ketemu setelah saya pulang dari acara itu”
“Yes” I laughed when
I looked at him “Oh, don’t worry, we can meet after I’m back from that
gathering”
“Kemarilah” dia menarik saya ke dalam pelukannya yang selalu
menentramkan hati “Untuk seseorang yang pernah mengatakan tidak mau lagi
terlibat dalam kelompok pemuda ini, kamu memiliki komitmen lebih besar untuk
kelompok ini dibandingkan dengan pengikutnya”
“Come here” he
pulled me and gave me his comforting hug “For somebody who once said she didn’t
wish to involve in this youth group, you have bigger commitment for the group
than its follower”
Saya tertawa. Saya telah menceritakan padanya bahwa pesan
saya tentang acara ini di whatsapp kelompok ini tidak mendapat tanggapan dari
anggotanya.
I laughed. I have
told him that my message about this gathering in the group’s whatsapp got no
respond from the followers.
“Ada beberapa yang memang berhalangan” jawab saya “Mereka telah memberitahu saya”
“Some are unable to
attend it” I replied him “They have informed me about it”
“Lalu yang lain bagaimana?” Andre mengelus pipi saya
“Terlalu sibuk, terlalu lupa, terlalu malas, terlalu tidak peduli atau terlalu
tidak tahu aturan untuk tidak merespon?”
“What about others?”
Andre caressed my cheek “Too busy, too forget, too lazy, too uncare or don’t
have the manner to respond?”
“Entahlah” saya mengangkat bahu “Saya tidak punya jawabannya
dan saya tidak mau menjatuhkan penilaian yang salah. Yang pasti, saya akan
tetap melakukan apa yang saya tahu harus saya lakukan, dengan atau tanpa
pengikut”
“I don’t know” I
shrugged my shoulder “I don’t have the answer and I don’t want to jump into
wrong conclusion. One thing for sure, I will do what I know I must do, with or
without follower”
* * * * *
Ketika kita harus mengikuti sesuatu atau seseorang, lakukan itu
atas dasar cinta dan percaya tanpa harus kehilangan akal sehat, adil dan jati
diri.
When we have to
follow something or someone, let you do that for love and trust but without
losing common sense, fairness and yourself.
Jangan mengikuti sesuatu atau seseorang dengan penilaian
subjektif. Tetaplah objektif.
Don’t follow
something or someone based on subjective value. Keep it objective.
Jangan lakukan sesuatu karena anda ingin memiliki pengikut.
Don’t do something
because you want to be followed.
Lakukan hal yang anda tahu harus anda lakukan dan lakukan
hal itu sebaik mungkin entah ada atau tidak ada yang mendukung, mempercayai dan mengikuti anda.
Do that thing you
know you must do and do it the best you can whether there are people to support,
trust and follow you or you have none at all.
Wih, tajem banget tulisannya. Saya setuju banget, follow blog mestinya gak perlu sampe minta minta gitu kan ya. Jadinya nggak ikhlas ya follow nya.
ReplyDeleteSama makkkk
ReplyDeleteAkupun gitu.
Aku ga suka follow Karena kalo di dashboard pasti Ada banyakan update blog.
Hai mbak Tami & emak Ratu, tq buat komennya. yaps, kita sepaham soal follow mem-follow blog. Tapi banyak blogger yg berpikir beda, bahwa follower menjadi indikasi blog mereka laris atau menjadi cara buat mendongkrak angka statistik pengunjung/viewer blog. Pola pikir / pengertian seperti ini patut disayangkan..
ReplyDelete