Indonesia adalah negeri yang diberkati dengan banyak sekali
keragaman dari mulai alam, etnis, budaya sampai bahasa.
Indonesia
is a country blessed with so many various things from nature, ethnicity,
culture to language.
Tapi apakah kita bisa menghargai, bangga, memelihara dan
menjaganya terutama di jaman ketika pengaruh budaya asing masuk dengan deras
dan menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar orang Indonesia.. hmm..?
But can we
appreciate, proud, take good care and preserved them especially at the time when many
foreign culture freely penetrating and becoming part of Indonesian lives.. mm..?
Jadi saya mengagumi orang-orang yang memiliki kecintaan,
kebanggaan dan keterikatan kuat dengan daerah, suku dan budayanya.
So I admire
people who have strong passion, pride and bond with their ethnic group, place
and culture.
Saya merasakan itu semua selama saya berada di Ambon.
I felt it during
my stay in Ambon.
* * *
* *
Dari mulai hal yang kecil seperti rujak.
Starting from
a small thing in form of snack called rujak.
Kalau Ambon dikenal dengan pantai-pantainya yang indah,
sagu, pahlwan Pattimura… ah, itu sih sudah umum. Tapi rujak.. saya dapat merasakan keterikatan, kecintaan dan kebanggaan
orang Ambon pada daerahnya bahkan ketika topik pembicaraan menyinggung tentang hal
yang menurut kita terlalu remeh seperti rujak.
If Ambon is
best known for its beautiful beaches, sagu, Mr. Pattimura the national hero.. nothing
is unfamiliar about it. But rujak.. I
could sense Ambonese people’s bond, passion and pride for their land when the
topic turn to something that we consider a nonimportance such as rujak.
Indonesian Fruit Rujak
The typical Indonesian fruit rujak consists of slices of assorted tropical fruits such as jambu air (water apple), pineapple, raw mangos, bengkoang(jicama), cucumber, kedondong, and raw red ubi jalar (sweet potato). Sometimes Malang variants of green apple, belimbing, and jeruk Bali (pomelo) are added. The sweet and spicy-hot bumbu rujak dressing is made of water, gula jawa (palm sugar), asem jawa (tamarind), ground sauteed peanuts,terasi (shrimp paste), salt, bird's eye chili, and red chili pepper. All of the fruits are sliced to bite-size, and put in the dish. The bumbu rujak or thick sweet spicy rujak dressing is poured on the fruit slices. An addition of sambal garam powder (simple mixture of salt and ground red chilli) is put on side as the alternative for those who love a salty taste for their rujak. The Javanese people call this kind of rujak as lotis. (wikipedia)
“Kakak harus cobain rujak Ambon kalau pergi ke pantai” kata
teman saya.
“You have to give
Ambonese rujak a try when you go to the beach, sis” said my friend.
Jadi itulah yang kami lakukan ketika kami pergi ke Pantai
Tirta pada siang hari yang panas itu di hari pertama kami berada di Ambon.
So that is
what we did when we went to Tirta beach on that hot afternoon in our first stay
in Ambon.
Pantainya indah. Panasnya luar biasa. Kaki masih bengkak.
Badan belum hilang rasa capeknya setelah melakukan perjalanan panjang dan
karena kurang tidur.
Beautiful
beach. The day was hot like hell. Swollen feet. Still exhausted from the long
fly and lacked of sleep.
Pisang goreng, air kelapa muda dan rujak.. mmm.. lupa deh sama panas, kaki bengkak,
capek dan ngantuk.. hehe..
Fried banana,
coconut water and rujak.. mmm.. I
forgot the heat, the swollen feet, the nausea and sleepiness.. haha..
Ukuran pisangnya lebih besar dari pisang di pulau Jawa. Wih,
rasanya juga beda.
The size of
the banana is bigger than the ones in Java. Tasted good too.
Dan rujaknya memang benar beda rasanya. Saya tidak tahu
apanya yang bikin rasanya jadi lebih enak karena kelihatannya bahan-bahannya
sama saja dengan rujak di pulau Jawa. Mungkin ada buah tertentu yang hanya ada
di Ambon yang ikut di ulek jadi satu dengan bumbunya.
And the rujak
did feel different. I don’t know what makes it tasty because the ingredients
looks same with the ones in Java. Maybe there is a certain fruit that only
grows in Ambon that grilled with those ingredients.
* * *
* *
Hal lain yang menggambarkan kecintaan, kebanggaan dan keterikatan
orang Ambon pada Ambon adalah slogan ‘Ambon
Manise’.
Another
thing that pictures Ambonese’s passion, pride and bond to Ambon is their ‘Sweet Ambon’ slogan.
Tadinya saya kira itu cuma julukan untuk orang Ambon karena
walau kulit mereka umumnya gelap tapi mereka manis, tidak jelek.
I
assumed it is the name given to Ambonese who despite for their dark-tanned skin
but they are sweet, not bad looking.
Dari Pantai Tirta, kami meneruskan jalan-jalan sore ke Lapangan
Pattimura dan disana saya kaget melihat huruf-huruf raksasa bertuliskan ‘Ambon Manise’ terpampang
besar-besar.
Leaving
Tirta Beach, our next afternoon sight seeing destination is to Pattimura Field
and there I hardly believed it when I saw big letters of ‘Sweet Ambon’ are made into display.
* * *
* *
Gereja tertua di Ambon.
The oldest church in Ambon.
Ketika tadi pagi pesawat yang kami tumpangi terbang
mengitari Ambon, sudah terlihat bangunan-bangunan gereja bertebaran.
Early this morning
when our plane flew over Ambon, we could see churches everywhere.
Ini bukan membicarakan tentang hal rasisme dalam hal
keagamaan tapi sungguh buat saya kenyataan bahwa perbandingan jumlah mesjid dan
gereja bagaikan 1: 100 di Ambon terasa luar biasa. Ya, untuk bisa mengerti
perasaan saya, anda harus memposisikan diri sebagai seorang yang selalu menjadi
minoritas tidak hanya di negerinya sendiri atau di kotanya sendiri tapi bahkan
di dalam kelasnya sendiri sampai ketika di dalam angkutan umum.
This is not
about being religion racist but it feels incredible for me that the number
of mosque and church in Ambon were like 1: 100. You have to put yourself in my
shoes to understand my feelings as somebody who is always be a minority not
just in her own country and in her own town but even in her own classroom up to
even in angkot, one mass transportation.
Yah, perbedaan akan selalu ada. Justru lewat perbedaan itu
kita belajar untuk menjaga perdamaian, untuk saling menghormati, menghargai dan
mengalahkan ego.
There shall
always be differences. Through it we learn to keep the peace, to have mutual
respect, appreciation and to keep ego down.
* * *
* *
Apa yang membuat Ambon itu menarik buat saya selain hal-hal
di atas?
What
makes Ambon so appealing for me beside the above stuff?
Orang Ambon nya tentu.. hehe..
The
Ambonese.. that’s for sure.. lol..
Secara fisik mereka saya nilai menarik karena matanya yang
ekspresif, hidung yang umumnya mancung, giginya yang putih dan kulitnya yang
gelap.
I think
they are physically appealing because of their expressive eyes, pointed nose,
white teeth and tanned skin.
Bahkan menurut saya laki-laki Ambon punya pesona yang kuat.
I
even found Ambonese men have strong sex appeal.
Saya tidak bisa menjelaskan kenapa mereka terlihat menarik
buat saya karena biasanya saya tidak suka laki-laki berkulit gelap.
I
can’t explain why I found them so appealing because usually I am not attracted to dark skin men.
“Untung cuma tiga hari disana” kata Andre setengah bercanda,
setengah was-was “Kelamaan dikit, kamu bisa kecantol cowok sana”
“Good
thing it was just a three days stay” said Andre half joking, half cautious “Stay
longer and a guy there might allured you”
Hahaha..
.. to be continued ..
Kalo baca soal Ambon selalu keinget Glenn Fredly hihihi
ReplyDeletebener kok mba...org ambon itu manis2 ;)... beda dgn org2 lain di Indonesia... mrk ada campuran asingnya kali ya? portugis bukan sih?
ReplyDeleteaku udh srg dgr kalo rujak ambon itu emg enak... sayang blm prnh nyobain :)... next kalo ke ambon, ini jd kuliner wajib pertama yg aku cari :)
Glenn Fredly itu ambon manise banget.. hehe
ReplyDeleteOrang Ambon memang beda profilnya.
ReplyDeletenabung deh dr sekarang, fan, jd thn depan bisa traveling ke sana.. hehe..