Perjalanan saya kali ini lain dari yang sudah-sudah.
This trip was different with the ones I
have made before.
Perkaranya adalah karena: Emak babe kagak setuju.
The thing is: Mom
and dad were against it.
Sebelum-sebelumnya mereka juga sering paranoid kalau saya
mengatakan saya akan pergi traveling tapi sekali ini parno-nya benar-benar
tidak masuk akal.
They became paranoid when I told them I would go traveling but this
time it was really an absurd one.
Menurut mereka di Ambon banyak kerusuhan..
According
to them there are many riots in Ambon..
Rupanya berita kerusuhan tahun 1999 terlalu membekas dalam ingatan mereka sehingga mereka
beranggapan kerusuhan itu tidak pernah berakhir.
Obviously
the 1999 riots stuck deeply in their
memory that they assumed it never ends.
Keparnoan berlanjut dengan.. perkara pesawat. Karena
beberapa bulan lalu pesawat Air Asia jatuh maka orang tua saya beranggapan naik
pesawat sama juga dengan naik peti mati bersayap.
The
paranoid went on to.. the plane thing. Air Asia plane crushed few months ago and
thus my parents assumed flying with airplane is just like riding on a wings
coffin.
Keparnoan berikutnya adalah ‘Apa yang mau dilihat di
Ambon?’ mereka melanjutkan dengan mengatakan bahwa seorang teman mereka yang keturunan
Ambon tidak pernah pulang ke kampung halamannya.
map: nationsonline.org |
Kalau mendengar omongan orang tua saya, Ambon seakan-akan
lebih berbahaya dari Irak, lebih menakutkan dari pada berhadapan dengan ISIS, lebih
gersang dari pada Gurun Sahara dan lebih tidak menarik dari pada rutinitas.
My
parents’ description made it looked as if Ambon were more dangerous than Iraq,
scarier than came face to face with ISIS, drier than Sahara Desert, less
interesting than routinity.
Semua argumentasi saya tidak bisa diterima. Mereka jauh
lebih tahu dari saya.. ehem..
All
of my argumentation was unacceptable. They knew it better than me.. umm..
Akhirnya saya diam untuk menghindari pertengkaran yang
sia-sia.
It
turned me into silence to avoid unnecessary fights.
Tapi apakah saya mundur?
But
did I back off?
Orang tua saya memang seperti itu dan mereka telah berhasil
membuat saya bertumbuh menjadi pribadi yang pemalu, pendiam, penuh keraguan,
ketakutan dan kecemasan. Diperlukan waktu belasan tahun, kebulatan tekad dan
kemauan keras dari diri saya sendiri untuk merubah diri saya.
My
parents are like that and they have succeeded in turned me into a shy, quiet,
full with doubt, fear and worries person. It needed many years, determination
and strong will to change myself.
Bersyukurlah saya karena saya dikaruniakan sifat keras
kepala. Dulu hal itu merugikan tapi setelah saya menjadi dewasa, saya belajar
memakainya untuk melawan keraguan, ketakutan dan kecemasan saya.
I
am so grateful to be born headstrong. It brought nothing good in the past but
as I matured, I learned to use it to conquer my doubt, fear and worries.
Karena saya menilai argumentasi orang tua saya tidak
berdasar.. saya membulatkan seluruh tekad, kemauan dan keberanian saya.
Since
I found my parents’ argumentation was not valid.. I gathered all my
determination, will and guts.
* * *
* *
Tiket
dibooking..
Booked the ticket..
Dan tutup mulut..
And say nothing about it..
Ambil cuti tiga hari..
dan kemudian pusing sendiri mikir harus bilang apa ke emak babe supaya mereka
dengan ‘tenang dan rela’ melepas saya pergi selama tiga hari itu.
Took three days leave..
and had headache after
that for thinking what excuse should I tell mom and dad to make them ‘quietly
and peacefully’ let me go for three days.
* * *
* *
Waduuhhh… sorry,
bgtz..
Klo gitu ceritanya..
Ga brani ach….
Masalahnya beresiko
berattt…
Amit”, yaaaa… Klo lg
su’e… bisa fatal…
Mannn… so, sorry..
If that is the case..
Don’t have the balls….
It’s too riskyyy…
Crap… what if shit happens… could be
fatal…
Santi ikut parno waktu saya menghubunginya lewat BBM.
Padahal saya hanya memberitahunya kalau saya akan memakai ‘pergi ke rumah Santi’ sebagai alibi selama tiga hari saya
menghilang ke Ambon.
I sent BBM
message to Santi and it made her paranoid. And all I told her was that ‘go to
Santi’s place’ as an alibi for my three days disappearing to Ambon.
Saya akan menelpon ke rumah setiap hari selama tiga hari itu
jadi orang tua saya tidak akan cemas dan menelponnya. Tapi saya tetap merasa
berkewajiban untuk memberitahunya kalau saya terpaksa harus memakai alibi
palsu.
I would call
my parents every day in those three days so my parents wouldn’t worry and call
her. But I still felt obliged to tell her that I made a fake alibi.
Dia takut kalau ada apa-apa nanti dia dipersalahkan.
She scared
she would be blamed should anything bad happen.
Hal buruk apa sih yang
bakal terjadi?, gerutu saya dalam hati, apa pesawat yang saya tumpangi akan
jatuh, gitu? Atau saya akan hilang di Ambon?
What kind of bad stuff would happen
anyway?, I grumbled
quietly, would my plane crash? Or would I be missing in Ambon?
Tapi toh keparnoannya sempat menulari saya. Selama
beberapa hari saya gelisah.
However, her
paranoid did get to me. I felt uneasy for few days.
Terlambat Keke,
kata saya pada diri sendiri, sekarang
bukan waktunya buat jadi pengecut. Tiket sudah dipesan. Rencana perjalanan
sudah dibuat. Kamu tidak bisa mundur lagi..
Too late, Keke, I
told myself, now is not the time to
chicken out. The ticket has been booked. The traveling has been arranged. You
can’t back off..
* * *
* *
Menjelang akhir bulan Mei..
As end of May was approaching..
Malam itu cerah dan bahkan bulan terlihat bersinar di langit
ketika kami meninggalkan Bogor menuju bandara Sukarno-Hatta di Jakarta.
It was a clear night and the moon
even shone on the sky when we left Bogor to Sukarno-Hatta airport in Jakarta.
Kegembiraan saya bercampur dengan keresahan.
My excitement was mixed with the
restless feelings.
Perjalanan menuju Ambon baru saja dimulai dan hanya
segelintir orang yang mengetahuinya.
It was the beginning of the trip to
Ambon and only few people knew about it.
Saya lebih banyak diam sepanjang perjalanan menuju bandara.
I was quiet on the way to the
airport.
Pertama karena saya ngantuk, ya jam segitu kan biasanya saya
sudah siap-siap untuk tidur, lalu saya juga capek karena seharian sibuk di
kantor dan dengan segala macam urusan lainnya dan saya gelisah.
First is because I was sleepy, that
was the hours when I get ready to go to bed, I was also tired as after spent
the day working in the office and taking care lots of things, plus I was
anxious.
Gembira dan gelisah bikin saya melek sepanjang perjalanan.
Excitement and anxieties kept my
eyes wide open all the way to airport.
Hati saya terhibur dengan pemandangan malam kota Jakarta.
Jakarta night view eased my
feelings.
Semangat saya kembali ketika kami tiba di bandara.
My spirit was up when we arrived at
the airport.
Semua akan baik-baik
aja, Keke, saya berbisik pada diri sendiri, kamu akan sampai di tujuan dengan selamat, jadi berhentilah parno. Hey
jangan lupa, non, kamu lagi pergi berlibur dan kamu pergi dengan orang yang
kamu sayang. Nikmatilah saat ini.
Everything will be
okay, Keke, I whispered to myself, you will get there safely so stop being paranoid. Hey girl, don’t forget, you
are going on a vacation and you go with somebody whom you love dearly. Enjoy
this moment.
* * *
* *
Yang paling tidak saya suka dengan pesawat adalah saat naik
dan turun. Bayangkanlah ratusan orang dengan gembolan masing-masing yang segede
gaban berdesakan di alley yang sempit.
The thing I
dislike about airplane is when we get in and out of it. Just imagine hundreds
of people, each carries gigantic luggage stuffed along the narrow alley.
Semua harus super sabar.
Everybody has to
have super patience.
Kalau jalan dengan Andre untungnya dobel. Karena tinggi
dan besar, dia enak saja mengangkat, menaikkan dan menurunkan barang-barang
bawaan kami di bagasi. Jadi saya tidak pernah harus bersusah payah.. hehe.. dan
tidak usah minta bantuan pramugara walaupun.. sst,.. selalu saja ada pramugara
ganteng yang dengan sigap menolong saya.
Traveling with
Andre gives double benefit. Being tall and big makes it like a piece of cake
for him to lift up, put and retrieve our luggage in the cabin luggage. So I
don’t have to shed a sweat.. lol.. and don’t have to ask the male flight attendant either though.. psst, there was always cute male attendant came to help me.
Sayangnya Andre selalu punya kalimat pamungkas ‘terima kasih, saya bisa sendiri’ atau ‘terima kasih, saya bisa tolong pacar saya’
untuk mengusir pramugara itu.. dodol, kagak rela dia melihat saya didekati sama
pramugara ganteng… hehe..
Unfortunately
Andre has always have his ultimate answer ‘thanks,
I can handle it’ or ‘thanks, I can
help my girlfriend’ to get rid that
cute attendant.. crap, he never lets any cute flight attendant to get near me… lol..
Dan tanpa menunggu waktu lama pesawat kami pun lepas landas.
And it didn’t take
long for our plane to take off.
Saya teringat pada orang tua saya, pada rumah dan Doggie di
Bogor.
My mind flew to my
parents, to my house and to Doggie in Bogor.
Maafkan saya, ucap
saya dalam hati, karena tidak memberitahu
kalian kemana saya pergi.
I am sorry, I
whispered in my heart, for not telling
you where I am going.
Sudah beberapa kali saya melakukan hal ini dan tidak pernah
terasa enak. Tapi kalau saja mereka mau melepas saya dengan keyakinan bahwa
saya akan baik-baik saja..
I have done it
before and it never feels good. If only they would let me go and believe I will
be alright..
Saya menghela napas.. memejamkan mata dan tertidur. Tiga
perjalanan tidak usah saya lewatkan dengan menjadi mellow, jadi lebih baik
istirahat.
I took a deep
breath.. closed my eyes and fell to sleep. It was a three hours flying, no need
to spend it by being mellow, so better get some rest.
Penasaran mw baca ceritanyaaaa ^O^.. aku blm prnh ke ambon, dan pengeeennnn bgtttt bs kesana... pemandangan alam indonesia timur itu kyknya juara dibandingin yg lain ya mba ;)..
ReplyDeletePemandangannya memang bagus banget. semakin kurang penduduk, semakin jauh dari kota besar.. pemandangannya makin bagus. saya aja jatuh cinta sama Ambon.. lebih pengen tinggal disana dari pada di Bali
ReplyDelete