“Kalau kamu mencintai saya, tidak bisakah kamu menyisihkan
waktu kamu buat saya?”
“If you love me, can’t you spare me your time?”
Andre menatap saya dengan pandangan antara kesal dan putus
asa.
Andre
stared at me with the mixture look of upsetness and despair on his face.
Dalam waktu tiga bulan terakhir ini saya banyak mengurangi
waktu kebersamaan kami.
In the past
three months I have reduced many of our togetherness time.
Saya sibuk dengan pekerjaan di kantor. Saya sibuk dengan
kegiatan-kegiatan dan berbagai acara lainnya. Saya sibuk dengan urusan mengajar
les.
I am busy
with work. I am busy with many activities and events. I am busy giving
tutoring.
Dan dia tersisih.
And he has
been cast aside.
Biasanya kami melewatkan waktu dua hari setengah di akhir
minggu. Tapi akhir-akhir ini beberapa kali saya menelponnya untuk mengatakan
saya ada acara di kantor, atau saya harus menginap di kantor, atau saya akan
pergi jalan-jalan dengan teman, atau ada jadwal les yang padat atau saya hanya
akan mengatakan saya mau di rumah saja karena terlalu capek.
We usually
spent two and a half day at weekend to be together. But lately I have been
calling him to let him know that I have to attend an event in the office, or I had to stay over at the office, or I
would go traveling with a friend, or I had tight tutoring schedule or I simply
said I wanted to stay home because I was exhausted.
“Kamu punya waktu untuk semuanya, tapi kamu tidak punya
waktu buat saya” dia protes.
“You have
time for everything, but you don’t have time for me” he protested.
Bertahun-tahun kami menjalani hubungan jarak jauh. Dalam
setahun kami bertemu hanya 2-3 kali.
For years
we had long distance relationship. We met only 2-3 times in a year.
Masa-masa itu tidak ada yang pernah protes tentang ‘kamu tidak punya waktu buat saya’
karena tentunya saling mengerti sikon membuat kami hanya bisa bertemu pada saat
tertentu dan untuk jangka waktu yang terbatas.
At that
time none ever protested ‘you don’t have
time for me’ because we knew time let us met in certain time and for
limited time.
Keadaan berubah setelah Andre pindah ke negeri tetangga
Indonesia karena urusan pekerjaan. Dia jadi bisa lebih sering menemui saya.
Jumat malam dia sudah berada di Bogor dan baru kembali hari Minggu sore.
Things
changed after Andre moved to one of Indonesia’s neighboring country because of
work. This makes him can see me often. He gets in Bogor on Friday night and
returned on Sunday afternoon.
Wajarlah kalau kami kemudian menggunakan hari-hari itu untuk
bersama-sama. Tapi akhir-akhir ini saya sibuk dengan berbagai hal sehingga saya
hanya bisa menemuinya hari Jumat atau Minggu. Beberapa kali bahkan hanya di
hari Minggu sore.
It makes
sense that we use those days to be together but lately I have been busy with
many things that I could only be with him on Friday or Sunday. It even happened
few times when I could only see him on Sunday afternoon.
Kata-kata yang dulu tidak pernah terucapkan sekarang sering
diucapkannya ‘kamu tidak punya waktu buat
saya’.
The words
that have never spoken are now oftenly spoken by him ‘you don’t have time for me’.
Saya tidak mengelak bahwa hal itu memang benar.
It is true,
I don’t deny it.
“Kalau kamu mencintai
saya, tidak bisakah kamu menyisihkan waktu kamu buat saya?”
“If you
love me, can’t you spare me your time?”
Sulit untuk membuatnya mengerti bahwa ini tidak ada
hubungannya dengan saya menyayanginya atau tidak menyayanginya.
It is hard
to make him understand that it has nothing to do with loving him or not.
Kesibukan saya bertambah. Ada yang saya sukai tapi ada yang
harus saya lakukan karena kewajiban.
I have more
things to do. I like it some but others are simply a matter of obligation.
Saya tetap menyayanginya tapi waktu saya untuknya banyak
berkurang. Saya tidak minta dia mengerti, saya ingin dia bisa menerima fakta
ini.
I still
love him but I don’t have much time for him. I am not asking him to understand,
I want him to accept this fact.
* * * * *
Dari sekian banyak hal yang saya obrolkan dengan teman saya hari
Selasa lalu, hubungannya dengan seorang pria adalah satu diantaranya.
Her
relationship with a man was one of the many things I chatted with my friend
last Tuesday.
Bulan ini kami hanya bertemu sekali, katanya.
We met only
once this month, she said.
Kenapa? tanya saya.
Why? I
asked.
Waktu kerjanya tidak beraturan.
He is not
working on regular schedule.
Kan bisa ketemu kalau dia libur.
You can
meet him on his day off.
Anaknya sekarang tinggal dengan dia dan dia tidak mau
ninggalin anak itu.
His kid
lives with him now and he doesn’t want to leave the kid.
Memangnya umur berapa anak itu?, saya membayangkan mungkin
anak itu berusia dibawah sepuluh tahun.
How old is
the kid?, I thought the kid must be under ten years old.
Tiga belas.
Thirteen.
Ya astaga! Umur segitu sih sudah bisa mandiri dong.. masa
masih harus ditongkrongin bapaknya?
Get out of
here! Should able to be independent at that age.. don’t need daddy all the
time.
Ok deh kalau dia khawatir ninggalin anak remaja sendirian di
rumah. Kan bisa dia ajak kamu sarapan, makan siang atau makan malam
bareng-bareng dengan dia dan anaknya dirumahnya.
Ok, so he
worries to leave a teenager all alone at home. He can invite you to have
breakfast, lunch or dinner with him and his kid at his house.
Kalau dia benar-benar mencintai kamu, dia akan berusaha
untuk menyisihkan waktu supaya bisa menemui kamu atau bisa bersama-sama dengan
kamu, lanjut saya.
If he
really loves you, he will do his best to make time for you so he can see you or
get together with you, I went on.
Tapi kata-kata itu menempelak diri saya.
But those
words slapped my own face.
Lalu bagaimana dengan diri saya sendiri? Bukankah saya tidak
mau berusaha untuk menyisihkan waktu untuk Andre?
How about
myself? Didn’t I give no effort to make time for Andre?
Saya memikirkan hal ini. Saya memang tidak adil dan saya
egois.
I gave this
a thought. So I have been unfair and being selfish.
Saya membicarakannya dengan Andre. Ok, sikon memang membuat saya menjadi
lebih sibuk. Ok, hal itu membuat saya tidak lagi bisa melewatkan waktu untuk
dia sebanyak dulu.
Andre and I talked
about it. Ok, so things make me more busy these days. Ok, so it makes me unable
to more time for him as I used to be.
Ada hal-hal yang berubah dalam kehidupan saya dan kami harus
bisa menyesuaikan diri dengannya.
Some things
in my life are changed and we have to adjust ourselves with them.
Saya toh tidak terus menerus sibuk. Saya masih bisa
menyisihkan waktu untuk bisa bersama-sama dengan Andre dari hari Sabtu sore
sampai Minggu sore. Toh jadwal kegiatan saya hari Sabtu sore kan sebulan hanya
dua kali jadi masih ada dua kali Sabtu sore yang bisa saya lewatkan dengan
Andre.
I don’t
always busy. I still able to make time to get together with Andre from Saturday
evening to Sunday afternoon. The activity on Saturday evening is scheduled
twice a month so there are two free Saturday which I can spend with Andre.
Satu masalah terselesaikan. Tapi di sisi lain orang tua saya
juga mengeluhkan bahwa saya jarang meluangkan waktu mengobrol dengan mereka.
One problem
solved. But in other side my parents have complained that I rarely spend time
to talk with them.
Ahhhh… *tepok jidat*..
Ahhhh... *taping my forehead*..
No comments:
Post a Comment