Kamis (17/4) hari yang panjang sekali buat saya.
Thursday (April
17th) was a long day for me.
Untung malamnya saya tidur lebih awal so dengan bekal tidur
9 jam bikin saya masih punya enerji untuk kerja selama lebih dari 12 jam.
I am glad I went
to bed early the night before so with 9 hours of sleep I still had energy to
work for more than 12 hours.
Soalnya, saya tipe manusia pagi. Bisa saja sih saya
beraktivitas sampai malam tapi tenaga dan konsentrasi saya sudah jauh menurun,
kepala biasanya terasa pusing, mata sepat dan jeleknya lagi, kalau sudah begitu
saya jadi gampang kesal dan cepat tersinggung.
I am a morning
person. I can remain active till late hour but my energy and focus are not in
good condition, I have dizzy, my eyes hurt and worst is I easily get upset and become
touchy.
Gejala-gejala itu saya rasakan ketika hari semakin sore.
I felt those
sympthoms as the day was getting late.
Saya tidak berminat untuk mengikuti acara Kamis Putih yang
diadakan sore itu. Saya masih berada di tempat kerja cuma karena saya harus
standby. Saya tidak tertarik pada acaranya. Untung juga saya tidak harus
memotret karena bagian dokumentasi datang so saya bisa menarik napas lega.
I had no
interest to join the Holy Thursday event held on that evening. I was at work
only because I had to stay in the office. The event didn’t interest me at all.
I could sigh my relief because the person incharge for documentation was
present so I was off the hook.
Saya suka motret tapi mungkin sudah setahun terakhir ini
saya tidak mau terlibat lagi dalam kegiatan apa pun yang diadakan oleh tempat
kerja saya.
I like taking
picture but it has probably been a year that I have cut my participation off
any event held in my workplace.
Sejak panitia paskah dibentuk, saya sudah mengatakan bahwa
saya tidak mau terlibat didalamnya. Saya bahkan sudah menghapus nama saya dari
daftar panitia itu. Jadi saya kaget dan kesal ketika mendapati
nama saya dicantumkan lagi.
I have informed the Easter committee that I didn't want to involve in it. I have even taken my name off the list. So I was surprised and upset to see my name was back on the list.
Jadi hari itu saya ada di tempat kerja sampai malam
karena saya berpikir itu bagian dari pekerjaan. Bukan karena saya anggota
panitia. Kalau pun pagi dan siangnya saya memotret ibu-ibu memasak untuk
konsumsi acara ini maka hal itu saya lakukan karena mereka memang narsis
semua.. hehe.. pada suka mejeng buat di foto.
So if I stayed
in the office after office hour it was because it was part of the job. Not because I am
part in that committee. When I took pictures, in the morning and afternoon, of
the ladies preparing meals for the event.. I did that because they were all
narcist.. hehe.. they have always like to have their pictures taken.
Nah, lain cerita waktu acara berlangsung. Seperti yang sudah
saya tulis tadi, saya tidak berminat pada acaranya dan masih tetap jengkel
dengan pemaksaan harus masuk dalam tim dokumentasi, maka bergembira hatilah
saya ketika mengetahui PIC dokumentasi hadir… haha.. terlepaslah saya dari beban..
It was a
different thing when the event was taken place. just as I have written above, I
had no interest on the event and since I am still upset for being put in the
documentation section, I was so joyous knowing the person incharge for
documentation was present.. haha.. I was off the hook..
Jadi saya bisa menggabungkan diri dengan anak-anak muda yang
sedang bersiap-siap untuk acara drama.
So I could join
myself with the young ones who were getting ready for the play.
Karena sementara itu saya sudah mulai merasa capek, pusing, ngantuk
dan mood kacau. Saya ingin pulang. Saya ingin istirahat. Saya benci dengan
acara Kamis Putih ini. Saya bosan berada di kantor.
Because I started to feel tired, dizzy, sleepy and had bad mood. I wanted to go home. I
wanted to get rest. I hated this Holy Thursday event. I was bored to be in the
office.
Saya menggabungkan diri dengan anak-anak muda ini
supaya aura negatif saya tidak menguasai dan mengalahkan diri saya.
So I joined the young people in my effort to prevent negative aura to overcome and got
into me.
Keceriaan mereka dan kesamaan rasa humor kami berhasil
mengembalikan akal waras saya.
Their
cheerfulness and our same sense of humor were able to put me back to my senses.
Amat sangat menyenangkan untuk berada bersama mereka. Saya bisa sepenuhnya menjadi diri saya sendiri ketika berada diantara
mereka. Bebas.
It was so very
fun to be with them. Oh, I could completely be myself among them. It was great
to be that free.
Di tempat kerja saya ini, saya lebih banyak dikelilingi oleh
orang-orang yang sebagian besar usianya lebih dari 50.
At work I am
surrounded mostly by people who are above 50 years old.
Ya, tidak jadi masalah. Saya bahkan cenderung
lebih suka berada dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua dari saya
karena mereka umumnya lebih sabar serta punya pengertian dan pengalaman lebih
dibandingkan dengan yang muda.
I don’t have any
problem with that. I even tend to like being with older people because they
have more patience, have better understanding and more experienced than the young
ones.
Dan saya tahu mereka tidak melihat saya hanya sebagai
karyawan ditempat ini. Mereka melihat, menganggap dan memperlakukan saya seperti
adik, anak dan cucu.
And I know they
see me not just as an employee in this place. They see, take and treat me like
a sister, a daughter and a granddaughter.
Saya tentu saja gembira, bersyukur dan menikmati perhatian
dan kasih sayang mereka kepada saya.
I am of course happy, grateful and enjoy to have their attention and love.
Tapi setahun terakhir ini saya mulai gelisah karena merasa
walaupun diperhatikan, disayang dan dilindungi tapi saya merasa mereka ingin
memiliki saya, ingin menjadikan dan membentuk saya seperti yang mereka
inginkan.
But in the past
year I started to get restless because despite receiving their attention, love
and protection but I feel they wanted to own me, to make and form me the way
they wanted.
Jangan salah mengerti, saya menghormati, mengagumi, menyukai
dan menyayangi mereka.
Don’t get me
wrong, I respect, admire, like and love them.
Selama hampir 3 tahun ini saya telah berhasil menyesuaikan
diri dengan mereka. Saya mengikuti apa yang mereka inginkan. Saya membiarkan
diri saya menjadi seperti yang mereka minta.
For nearly 3
years I have adapted myself with them. I have done what they asked me. I have
let myself be a person they wanted me to be.
Tapi saya tidak bisa membohongi diri bahwa saya jenuh menjadi
boneka yang manis, lucu dan penurut.
Kadang saya ingin lari dari mereka.
Sometimes I just
wanted to run away from them.
Sedangkan bersama anak-anak muda ini saya menemukan keceriaan dan
kebebasan tanpa ada beban harus menjadi seperti diri mereka atau harus mengikuti
mau mereka.
On the contrary, being with these
young blood made me found joy and freedom without any expectation to be like
them or to follow their wishes.
Mereka mungkin tidak memiliki kesabaran, kebijaksanaan,
pengertian atau pengalaman sebanyak dan sedalam orang-orang yang lebih tua tapi
itu tidak membuat mereka menjadi manusia yang tidak menyenangkan atau tidak
layak disukai dan dihormati.
Their patience,
wisdom, understanding and experience may not be as much and as deep as the
older ones but it doesn’t mean they become sort of unpleasant people to be
with or less likeable and less respected.
Saya suka bergaul dengan mereka.
I like being
with them.
Dan Kamis malam itu saya benar-benar bisa menjadi diri saya
sepenuhnya ketika bersama dengan mereka. Saya bisa bercanda sebebas-bebasnya.
Tertawa sepuas-puasnya.
And that
Thursday evening I really could completely be myself when I was with them. I
could joke freely. To have a great laugh.
Malam itu jadi lebih menyenangkan dengan adanya kehadiran
mereka.
The night turned
into a pleasant one with their presence.
No comments:
Post a Comment