“Gitu dong, Ke.. kamu itu perempuan. Kamu harus jadi
perempuan”
“That’s more
like it, Keke.. you’re a girl. You have to be one”
Nah lo.. pikir saya sambil cengar-cengir antara geli, malu
dan kikuk.. emang selama ini saya apa dong? Wadam?.. hehe..
Oh oh.. I
thought as I grinned, feeling tickled, shy and ackward.. what am I all this
time? a transvestite?.. hehe..
Paskah tahun ini diadakan di Kebun Raya Bogor.
This year’s
Easter was held in Bogor Botanical Garden.
Dari seminggu sebelumnya saya pusing memikirkan baju yang
mana yang akan saya pakai.
A week earlier..
it gave me a headache thinking what I would wear for the occasion.
Maunya sih bergaya cuek dengan kaos dan jeans. Tapi rasanya
kok kurang enak juga kalau tampil terlalu santai.
Just wanted to
appear with jeans and t-shirt. But would it be too casual?
Pilih sana, pilih sini. Coba yang ini, coba yang itu..
One clothes
after another..
Akhirnya saya nemuin juga baju yang rasa-rasanya cocok buat
dipakai pada acara itu.
Finally I found
an outfit that I thought fit for the occasion.
2 hari sebelum Paskah, saya bela-belain pergi mencari sepatu
yang cocok karena sepatu kets yang biasa saya pakai sehari-hari rasanya kurang
pas untuk dipadukan dengan baju itu.
2 days before
Easter, I went to find a matching shoes as I thought my sneakers mismatch my
outfit.
Topi? Mata saya
tidak tahan sinar matahari jadi saya selalu berbekal payung. Tapi masa harus
bawa-bawa payung sih? Topi lebih praktis.
Hat? My eyes are
sensitive to sun light so I always bring umbrella. But I didn’t feel like
bringing it to the occasion. Hat is much practical.
Tas.. hmm.. kayaknya ga cocok banget bawa ransel. Ma, pinjam tas mama yang kecil ya.. hehe..
Bag.. hmm.. backpack seemed unfit. Mom, can I borrow your small handbag.. hehe..
Secara keseluruhan saya nilai penampilan saya cukup santai
tapi tidak terlalu santai, cukup manis tanpa meninggalkan ciri khas gaya tomboy
saya.
Speaking
generally, I thought my appearance would be casual but not too casual, sweet
but without leaving my tomboy trade mark.
Yang tidak saya duga adalah saya jadi kelihatan luar biasa
beda karenanya… hehe..
What I didn’t
expect is those outfit made me appeared so different… hehe..
Saya ini tomboy dan saya juga tidak terlalu peduli dengan
urusan penampilan.
I am a tomboy
and I don’t really care about appearance.
Tapi orang sering salah berpikir bahwa karena sikap,
kelakuan, rambut pendek dan gaya berpakaian saya kelaki-lakian serta saya tidak
pernah membawa pacar maka saya bukan perempuan atau mungkin saya perempuan
abnormal.
But people
mistakenly thought that since my attitude, my short hair and the way I dress
are very much of a tomboy and I never bring my boyfriend so I am not a girl or
that make me an abnormal girl.
Saya tidak tahu apa ke-tomboy-an saya ini ada hubungannya
dengan keinginan ayah saya untuk memiliki anak lelaki sebagai anak pertamanya.
I don’t know if
my father’s wish to have his first child to be a son has thing to do in making
me a tomboy.
Tapi saya tidak pernah dibesarkan untuk menjadi anak lelaki.
Orang tua saya memperlakukan dan membesarkan saya sebagai perempuan. Semasa
kecil saya punya banyak boneka dan rok.
But I was not raised
to be a boy. My parents treated and raised me as girl. I had plenty of dolls
and skirts as a child.
Malah ada periode waktu yang cukup panjang ketika saya
senang tampil sebagai perempuan sebelum kemudian merasa lebih nyaman dengan
gaya tomboy dan jadilah kembali ke bawaan alami yang memang sudah demikian
adanya.
There was even a
quite long period of time when I enjoyed appear as a girl before I finally concluded being a tomboy fits my true
character.
Dan bukan berarti saya tidak punya rasa tertarik pada
laki-laki. Umur 15 tahun saya sudah pacaran. Jadi ya, mantan pacar saya lumayan
juga banyaknya kalau mau dibikin daftar.. hehe..
And don’t assume
that I have no feeling of attraction toward male. I had my first boyfriend when
I was 15. So yes, I had quite many ex-boyfriends if a list is drawn.. hehe..
Hanya saja satu hal belum berubah dari dulu sampai sekarang
dan itu adalah saya tidak mudah jatuh cinta.
One thing
remains the same, ever, and that is.. I am not easily fall in love.
Lelaki-lelaki yang pernah atau sedang menjadi pacar saya
adalah mereka yang lebih dulu tertarik pada saya dan kemudian menyadari bahwa
memerlukan waktu untuk bisa membuat saya tertarik pada mereka.
The men who
become my boyfriend in past or present time are the ones who feel attracted to
me and then realized that it took time to make me attracted to them.
Karena saya baru akan merasa tertarik pada seorang laki-laki
kalau saya melihat sifat-sifat kami bisa berjalan dengan harmonis. Kalau tidak,
saya akan menerimanya hanya sebagai teman atau saudara, tidak peduli orangnya
amat sangat menarik dari segi fisik atau memiliki segudang kelebihan.
It is because I
feel attracted to a man after I see our characters can walk harmoniously. If
not, I would only accept him as a friend or a brother, no matter how attractive
he might be physically or having so many things is in his possession.
Lalu apakah karena kelakuan saya kelaki-lakian maka saya
tidak memiliki hasrat kewanitaan?
Would my boyish
attitude make me not having female’s passion?
Saya tetaplah perempuan normal. Ketika seorang laki-laki
menyentuh saya.. apalagi kalau dia seorang yang saya sukai, sentuhan selintas
saja bisa bikin jantung saya berdetak tidak karuan, kaki saya gemetar, darah
saya mengalir lebih kencang sampai membuat saya merasa ingin melompat-lompat
dan pikiran saya mendadak jadi kosong atau malah jadi kacau.
I am still very
much a normal girl. When a man touches me.. especially if he is somebody whom I
like, a slight touch can make my heart beats like crazy, my feet shaken, my
blood runs faster it makes me feel like jumping and my mind turns blank or I
just can’t think straight.
Itu sebabnya saya takut berada di dekat laki-laki yang saya
sukai. Saya memilih untuk menghindarinya. Takut saya tidak bisa mengendalikan perasaan.
It is why I am
afraid to be around the man I like. I choose to avoid him. Afraid I'd loose control on my emotion.
Dengan bertambahnya usia, pengendalian diri saya semakin
baik sehingga sekali pun saya merasakan semua gejala-gejala itu tapi saya mampu
menahannya, bisa menampilkan muka dan sikap biasa-biasa saja. Atau saya akan
menyamarkannya dengan humor. Kalau saya merasa saya tidak sanggup menahan atau
mengendalikannya, barulah saya pergi menghindar.
As I grow older,
my self control improves that though I feel those symptoms, I can control
them, I can set my face and attitude as if I don’t feel a thing. Or I can cover
them with humor. Only when I feel it too powerful than what I can handle, I
retrieve.
Masih belum percaya juga kalau saya ini perempuan normal?
Kalau begitu anda harus tanya Andre, waktu dia mencium saya, dia merasa dia
sedang berciuman dengan seorang perempuan atau dengan seorang laki-laki…
hahaha..
Still have doubt
whether I am a normal girl or not? If so, well, you have to ask Andre, when he
kisses me, does he feel he kisses a girl or a man… hahaha..
Saya tidak perlu untuk membuktikan apa pun. Setiap manusia
tercipta unik. Saya unik. Anda unik.
I have no
obligation to prove anything. Every human being is unique. I am unique. You are
unique.
Gaya saya mungkin membuat orang bertanya-tanya apa saya perempuan
atau bukan, apa saya normal atau tidak.. tapi buat saya, bagaimana saya menjadi
seorang individu adalah lebih penting karena apalah gunanya saya menjadi
seorang perempuan feminin tapi sifat dan kepribadian saya lebih banyak
mendatangkan dukacita dari pada sukacita pada orang-orang disekitar saya..
Ssst... tapi sekali-sekali asyik juga tuh tampil jadi perempuan.. hehe.. kasih kejutan ke orang-orang.
Ssst... it is fun anyway to dress up like a girl once in a while.. hehe.. to surprise people.
No comments:
Post a Comment