Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Wednesday, June 5, 2013

I have, I am and I will Survive!

Kalau tidak terpaksa sebetulnya saya tidak mau minum obat lagi.

I really didn’t want to take the meds anymore if it was up to me.

Tapi dari tanggal 1  sampai 26 Mei menstruasi saya masih berjalan walau volumenya memang sudah hampir senormal dulu dan ada saat-saat tertentu dimana polanya sehari keluar-sehari berhenti sehingga tadinya saya berharap akan berhenti sendiri secara alami.

But I have been having my menstrual from 1st of May to the 26th without any sign it would stop. The volume was almost normal and there were days when it went for a day and stopped for the next day so I was kind a hoping it would eventually stop by itself.

Cuma karena sudah hampir sebulan tidak ada tanda mau berhenti akhirnya mau tidak mau saya harus minum lagi 3 macam obat yang sama yang diberikan oleh dokter kandungan pada bulan April.

But since it has been going on for almost a month, it left me with no other option than to take the same 3 meds that were given to me by the gynaecologist in April.

Yang bikin saya segan minum 3 obat itu adalah karena efek sampingnya. Nafas saya jadi pendek sehingga membuat saya tersengal-sengal kalau saya terlalu banyak bicara atau bergerak, lalu jari-jari tangan serta kaki saya bengkak dan cepat lemas.

I didn’t want to take those 3 meds because of their side effects. I had trouble with breathing if I talked or move too much, my fingers and feet swelled and they drained me up.

Tapi berhubung tidak ada obat lain dan 3 obat ini terbukti berhasil menghentikan menstruasi saya yang keluarnya gila-gilaan banyaknya selama 8 bulan, maka mereka harus kembali saya minum kali ini supaya hormon gila ini bisa kembali normal.

But since I had no other meds and these 3 meds have been succeededly stopped my raging menstruation that has been going on for 8 months, I had to take them again to make sure my insane hormones will be normalized.

Saya mulai minum 3 obat ini hari Senin (27/5). Selasa malam menstruasi saya berhenti! Dan tetap berhenti.

I took those 3 meds on Monday, May 27th. Tuesday night, my menstrual stopped! And it remains stop.

Mungkin karena ini pemakaian obat untuk ronde ke dua dan karena volume menstruasi sudah nyaris normal maka tidak dibutuhkan waktu lama untuk menormalkan hormon dan dengan demikian menghentikan menstruasi ini.

Maybe because this is the second round that I am taking these meds and my menstrual volume was almost normal making it didn’t need long time to normalize my hormone and stop the menstruation.

Buat saya, ini benar-benar luar biasa.

This is so amazing.

Apalagi karena efek sampingnya baru muncul seminggu kemudian dan tidaklah separah sebelumnya. Yang muncul dari awal hanyalah rasa mengantuk dan perut cepat terasa perih sehingga selama seminggu itu adalah saya rajin menguap dan badan jadi melar karena tidak berhenti makan.

The side effects came a week after I took those 3 meds and it they were not as bad as before. What came from the first day I took them are just feeling sleepy all the time and pain in my stomach so it only made me yawned more often and gained more weight for unable to diet.

Yah, akhirnya yang terburuk telah berlalu.

Well, the worst have gone.

Bulan April saya merasa hidup saya mendekati titik. Tidak ada lagi koma. Titik.

In April my life seemed to reach its period. No more comas. Period.

Pada bulan itu ibu saya sakit, saya ikut sakit, dokter memberikan diagnosa yang menyeramkan, hubungan saya dengan Andre ikut kocar-kacir, keuangan kami morat-marit sampai saya harus buang malu, lempar gengsi dan tebalkan muka ketika minta bantuan dari kiri kanan.

In that month, my mother was ill, I was ill myself, doctors gave gloomy diagnosis, my relationship with Andre was in critical term, our financial went downhill that I had to throw away my shame, ego and my face when I sought for funds.

Belum pernah saya merasa demikian rendah dan direndahkan oleh situasi.

I have never put so low and be so degraded by situation.

Tapi kini satu persatu mulai membaik.

But now things get better, one by one.

Saya dan orang tua saya telah melalui neraka dunia. Kami selamat. Kami telah melalui hari-hari terkutuk itu dan kami selamat.

My parents and I have gone through hell on earth. We survived. We have survived those damn worst days. We are surviving.

Tapi sementara itu masih banyak orang di luar sana yang berkubang dalam neraka jahanam itu, tetap hidup tapi tersiksa dalam penderitaan fisik dan mental.

But in the meantime there are many people out there who are still paddling in that damn hell, still alive but living torture physically and mentally.

Saya bersimpati dengan penderitaan mereka. Saya berharap, penderitaan itu akan berlalu dan kesedihan berganti dengan kebahagiaan.

I symphatize with their sufferings. I hope, those sufferings may go away and joy will take over the sorrow.

Bagaimana kalau tidak berakhir? Bagaimana kalau akhirnya tidak bagus?

How if it never ends? How if it is not a happy ending?

Saya mempertanyakan hal itu kepada diri saya sendiri.

You know, I asked myself those questions.

Seandainya bukan hormon yang membuat menstruasi saya keluar demikian banyak selama 8 bulan itu, seandainya obat tidak dapat menghentikan pendarahan itu, seandainya penyebabnya adalah tumor atau kanker.

How if the cause of my raging menstrual was not hormones, how if the meds couldn’t stop the bleeding?, how if it was a tumor or cancer?

Seandainya ibu saya tidak tertolong? Seandainya hal itu terjadi, apakah yang dapat saya katakan?

What if my mother couldn’t be saved? If it happened, what would I say?

Kenapa hal-hal seperti itu tidak terjadi pada saya atau pada kami tapi terjadi pada orang-orang lain? Saya tidak tahu. Saya tidak bisa menjawabnya.

Why such things didn’t or do not happen to me or to us but it happens or happened to other people? I don’t know. I don’t have the answer.

Saya tidak akan memberikan jawaban ilmiah atau jawaban teologis karena ketika anda atau saya mengalami masa-masa sulit, tidak ada satu hal bisa memuaskan keingintahuan kita atau bisa menghilangkan kemarahan, ketakutan, kebingungan atau keputusasaan yang kita rasakan.

I will not give scientific or theological answer because when you or I myself have to endure hardship, none can satisfy our curiosity or make the anger, fear, confusion or desperation we feel to go away.

Berharaplah masa sulit itu pada akhirnya akan berlalu.

Hope that the hardship will eventually go away.

Dalam situasi apa pun, bagaimana pun rasa yang ada dalam fisik atau perasaan, kita adalah pejuang dan pemenang.

In any situation, whatever we feel inside, we all are fighters and survivors.

Penyakit tidak akan mengalahkan kita. Bahkan kematian pun tidak menjadikan kita sebagai yang gagal bila kita telah berjuang dan berusaha semaksimal mungkin.

Illness will not defeat us. Even death will not make us as losers if we have fought the battle well and done the best we could.

Kita semua adalah pemenang.

We all are survivors. 

No comments:

Post a Comment