Kalau tidak terpaksa sebetulnya saya tidak mau minum obat
lagi.
I really didn’t
want to take the meds anymore if it was up to me.
Tapi dari tanggal 1
sampai 26 Mei menstruasi saya masih berjalan walau volumenya memang
sudah hampir senormal dulu dan ada saat-saat tertentu dimana polanya sehari
keluar-sehari berhenti sehingga tadinya saya berharap akan berhenti sendiri
secara alami.
But I have been
having my menstrual from 1st of May to the 26th without
any sign it would stop. The volume was almost normal and there were days when
it went for a day and stopped for the next day so I was kind a hoping it would
eventually stop by itself.
Cuma karena sudah hampir sebulan tidak ada tanda mau
berhenti akhirnya mau tidak mau saya harus minum lagi 3 macam obat yang sama
yang diberikan oleh dokter kandungan pada bulan April.
But since it has
been going on for almost a month, it left me with no other option than to take
the same 3 meds that were given to me by the gynaecologist in April.
Yang bikin saya segan minum 3 obat itu adalah karena efek
sampingnya. Nafas saya jadi pendek sehingga membuat saya tersengal-sengal kalau
saya terlalu banyak bicara atau bergerak, lalu jari-jari tangan serta kaki saya
bengkak dan cepat lemas.
I didn’t want to
take those 3 meds because of their side effects. I had trouble with breathing
if I talked or move too much, my fingers and feet swelled and they drained me
up.
Tapi berhubung tidak ada obat lain dan 3 obat ini terbukti
berhasil menghentikan menstruasi saya yang keluarnya gila-gilaan banyaknya
selama 8 bulan, maka mereka harus kembali saya minum kali ini supaya hormon
gila ini bisa kembali normal.
But since I had
no other meds and these 3 meds have been succeededly stopped my raging menstruation
that has been going on for 8 months, I had to take them again to make sure my
insane hormones will be normalized.
Saya mulai minum 3 obat ini hari Senin (27/5). Selasa malam
menstruasi saya berhenti! Dan tetap berhenti.
I took those 3
meds on Monday, May 27th. Tuesday night, my menstrual stopped! And
it remains stop.
Mungkin karena ini pemakaian obat untuk ronde ke dua dan
karena volume menstruasi sudah nyaris normal maka tidak dibutuhkan waktu lama
untuk menormalkan hormon dan dengan demikian menghentikan menstruasi ini.
Maybe because
this is the second round that I am taking these meds and my menstrual volume
was almost normal making it didn’t need long time to normalize my hormone and
stop the menstruation.
Buat saya, ini benar-benar luar biasa.
This is so
amazing.
Apalagi karena efek sampingnya baru muncul seminggu kemudian
dan tidaklah separah sebelumnya. Yang muncul dari awal hanyalah rasa mengantuk
dan perut cepat terasa perih sehingga selama seminggu itu adalah saya rajin
menguap dan badan jadi melar karena tidak berhenti makan.
The side effects
came a week after I took those 3 meds and it they were not as bad as before.
What came from the first day I took them are just feeling sleepy all the time
and pain in my stomach so it only made me yawned more often and gained more
weight for unable to diet.
Yah, akhirnya yang terburuk telah berlalu.
Well, the worst
have gone.
Bulan April saya merasa hidup saya mendekati titik. Tidak
ada lagi koma. Titik.
In April my life
seemed to reach its period. No more comas. Period.
Pada bulan itu ibu saya sakit, saya ikut sakit, dokter
memberikan diagnosa yang menyeramkan, hubungan saya dengan Andre ikut
kocar-kacir, keuangan kami morat-marit sampai saya harus buang malu, lempar
gengsi dan tebalkan muka ketika minta bantuan dari kiri kanan.
In that month,
my mother was ill, I was ill myself, doctors gave gloomy diagnosis, my
relationship with Andre was in critical term, our financial went downhill that
I had to throw away my shame, ego and my face when I sought for funds.
Belum pernah saya merasa demikian rendah dan direndahkan
oleh situasi.
I have never put
so low and be so degraded by situation.
Tapi kini satu persatu mulai membaik.
But now things
get better, one by one.
Saya dan orang tua saya telah melalui neraka dunia. Kami
selamat. Kami telah melalui hari-hari terkutuk itu dan kami selamat.
My parents and I
have gone through hell on earth. We survived. We have survived those damn worst
days. We are surviving.
Tapi sementara itu masih banyak orang di luar sana yang
berkubang dalam neraka jahanam itu, tetap hidup tapi tersiksa dalam penderitaan
fisik dan mental.
But in the
meantime there are many people out there who are still paddling in that damn
hell, still alive but living torture physically and mentally.
Saya bersimpati dengan penderitaan mereka. Saya berharap,
penderitaan itu akan berlalu dan kesedihan berganti dengan kebahagiaan.
I symphatize
with their sufferings. I hope, those sufferings may go away and joy will take
over the sorrow.
Bagaimana kalau tidak berakhir? Bagaimana kalau akhirnya
tidak bagus?
How if it never
ends? How if it is not a happy ending?
Saya mempertanyakan hal itu kepada diri saya sendiri.
You know, I
asked myself those questions.
Seandainya bukan hormon yang membuat menstruasi saya keluar
demikian banyak selama 8 bulan itu, seandainya obat tidak dapat menghentikan
pendarahan itu, seandainya penyebabnya adalah tumor atau kanker.
How if the cause of
my raging menstrual was not hormones, how if the meds couldn’t stop the
bleeding?, how if it was a tumor or cancer?
Seandainya ibu saya tidak tertolong? Seandainya hal itu
terjadi, apakah yang dapat saya katakan?
What if my
mother couldn’t be saved? If it happened, what would I say?
Kenapa hal-hal seperti itu tidak terjadi pada saya atau pada
kami tapi terjadi pada orang-orang lain? Saya tidak tahu. Saya tidak bisa
menjawabnya.
Why such things
didn’t or do not happen to me or to us but it happens or happened to other
people? I don’t know. I don’t have the answer.
Saya tidak akan memberikan jawaban ilmiah atau jawaban
teologis karena ketika anda atau saya mengalami masa-masa sulit, tidak ada satu
hal bisa memuaskan keingintahuan kita atau bisa menghilangkan kemarahan,
ketakutan, kebingungan atau keputusasaan yang kita rasakan.
I will not give
scientific or theological answer because when you or I myself have to endure
hardship, none can satisfy our curiosity or make the anger, fear, confusion or
desperation we feel to go away.
Berharaplah masa sulit itu pada akhirnya akan berlalu.
Hope that the
hardship will eventually go away.
Dalam situasi apa pun, bagaimana pun rasa yang ada dalam
fisik atau perasaan, kita adalah pejuang dan pemenang.
In any
situation, whatever we feel inside, we all are fighters and survivors.
Penyakit tidak akan mengalahkan kita. Bahkan kematian pun
tidak menjadikan kita sebagai yang gagal bila kita telah berjuang dan berusaha
semaksimal mungkin.
Illness will not
defeat us. Even death will not make us as losers if we have fought the battle
well and done the best we could.
Kita semua adalah pemenang.
No comments:
Post a Comment