Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, October 1, 2015

Never Lose Yourself, Keke

“Kok ga pake rok lagi?” pertanyaan itu beberapa kali saya dengar ketika dua minggu lalu saya muncul di kantor dengan gaya casual ciri khas saya; jeans dan sepatu kets.

“Why aren’t you wearing skirt?” few people asked me that question when I came to work in my casual appearance; jeans and sneakers.

Sudah sebulan lebih ini setiap hari Minggu saya ‘jadi perempuan’ meminjam istilah yang diberikan seorang rekan kerja saya ketika dia melihat penampilan saya yang jadi bedaaaa banget.


It has been going for more than a month that I appear ‘as a female’ as one my colleague refers it when he saw my totally different appearance.

“Emang sebelumnya saya apa? wadam?” tanya saya.

“So what was I before? A transvestite?” I asked him

“Banci tercantik” teman saya cekikikan ketika saya ceritakan tentang komentar-komentar mengenai penampilan saya.

“The prettiest transvestite” my friend giggled when I told her about the comments on my appearance.

“Kelihatan bagus kok, Keke”

“It looks good on you, Keke”

“Kamu lebih cocok pakai rok”

“You look much better on skirt”

Pujian-pujian yang saya dengar itu tetap tidak bisa menghilangkan antipati saya pada rok.

Those compliments still can’t get rid my disliking of skirt.

Hari Selasa saya libur dan sore setelah selesai mengajar les bahasa Inggris, saya bisa menghabiskan waktu satu jam atau malah lebih untuk memilih baju mana yang akan saya pakai hari Minggu dan mencobanya satu persatu. Hari Jumat saya mencuci baju itu. Hari Sabtu disetrika.

Tuesday is my day off and in the evening after give English tutoring, I could spend an hour or even more to find something proper in my wardrobe to wear on Sunday. I wash it on Friday. Iron it on Saturday.

Hari Minggu pagi..

On Sunday morning..

“Waduh..” saya meringis melihat bayangan saya di cermin “Gue ga pede deh”

“Oh no..” I grinned when I saw my reflection on the mirror “I gotta find my self-confident”

“Kamu cantik” kata Andre ketika dia menelpon saya beberapa hari lalu “Akhir-akhir ini kamu tambah cantik. Dulu kan saya pernah bilang kamu cantik kalau pakai rok”

“You are beautiful” said Andre when he called me few days ago “Lately you look even more beautiful. Back in the past I have told you that you look beautiful on skirt”

“Bener?” saya tetap skeptis “Saya berasa kayak ondel-ondel”


“Really?” I remain skeptical “I feel like ondel-ondel”

Dia tertawa.

He laughed.

“Atau saya kelihatan kayak banci kan?” saya meringis karena setiap hari Minggu demikianlah perasaan saya.

“Or I look like a transvestite, right?” I grinned because that’s how I feel on Sunday.

“Kalau memang itu bikin kamu merasa tersiksa, kenapa kamu masih tetap pakai rok?”

“If it makes you feel like living in hell, then why are you still wearing it?”

Saya cuma senyum-senyum.

I just smiled.

“Pasti ada yang menyuruh kamu, iya kan?” dia menghela napas tapi suaranya terdengar gusar “Jangan bilang tidak, Keke, kita sudah bersama-sama selama delapan tahun. Saya kenal kamu. Kamu tipe orang yang selalu ngotot mengikuti kata kemauanmu sendiri. Kamu cuma mau tunduk pada orang yang kamu sayang karena kamu selalu berusaha untuk menyenangkan hatinya”

“Somebody must have told you to wear it, right?” he took a deep breath but there was upsetness in his voice “Don’t say it’s not true, Keke, we have been together for eight years. I know you. You have always persistent on following your own will. You only give in to a person whom you love because you always want to please that person”

Senyum saya hilang ketika mendengar kata-katanya berikut ini..

What he said later wiped that smile off my face..

“Saya mau lihat berapa lama kamu bisa tahan menjadi seperti yang dia inginkan?” dia tertawa. Sinis.

“I just want to see how long can you stand to become what he wants you to be” he laughed. Cynical.

Hmm..

“Saya tidak tahu bagaimana cara dia membujuk kamu sampai kamu mau memakai rok yang amat sangat kamu benci tapi saya tahu kamu tidak bisa menipu siapa pun. Dari pengakuan kamu sendiri bahwa kamu melihat dirimu seperti ondel-ondel atau banci sudah menyatakan bahwa kamu tidak bahagia tampil seperti itu”

“I don’t know how he persuaded you to make you wear skirt that you hate so much but I know you can’t fool anyone. You admitted that you see yourself like ondel-ondel or a transvestite, it’s all too clear how you hate to have to appear that way”

“Tapi perempuan harus tampil..” saya mencoba membela diri.

“But a female should appear..” I tried to defend myself.

“Kamu mungkin tidak tampil seperti perempuan. Penampilan dan kelakuan kamu tidak serapih, semanis atau feminin seperti perempuan pada umumnya. Tapi apa itu berarti kamu bukan perempuan? Delapan tahun saya bersama-sama dengan kamu, ok.., saya ingin kamu tampil lebih feminin tapi saya terlalu mencintai kamu sehingga saya membiarkan kamu untuk menjadi dirimu sendiri karena buat apa saya melihat kamu menampilkan diri sangat feminin tapi hatimu tidak bahagia? Rasanya seperti mengulum obat yang luarnya dibalut dengan lapisan gula tapi dalamnya pahit”

“You may not appear like a female. Your appearance and behavior are not as neat, sweet and feminine like most female. But would it make you not a female? I have spent eight years with you, okay.., I wanted you to be more feminine but I loved you too much that I let you to be yourself because what good would it for me to see you appear yourself so feminine but your heart is unhappy about it. Feels like chewing a medicine that is sugar coating on the outside but inside it tastes bitter”

Saya diam mendengarkan.

I quietly listened to him.

“Kamu selalu mengatakan ingin tampil sebagai dirimu sendiri, kamu ingin orang melihat kamu tidak lewat penampilan luar, kamu ingin orang bisa menerima kamu karena kepribadianmu ketika kamu bergaul dan bekerja. Kamu tidak mau dilihat cantik dari pakaian, muka atau kemanisan sikap yang palsu. Nah, jangan hilangkan prinsip itu”

“You always say you want to be yourself. You want people to see you not from your outer appearance, you want people can accept you because of your personality either when you are socializing and when you are working. You don’t want to be seen beautiful from your clothes, your face or artificial sweet attitude. So, don’t lost that principle”

Ya, dia benar.

Yes, he was right.

Perempuan terjebak dalam stereotipe bahwa dia harus tampil, bersikap dan bicara dengan suara feminin, manis, lembut, cengeng, keibuan, handal di dapur bla, bla, bla..

Female is stuck in this stereotype image that she has to appear, behave and speak femininely, sweetly, gently, meek, gives motherly figure, great at cooking bla, bla, bla..

Saya tidak pernah bisa menjadi seperti itu.

I can never be like that.

Saya bukan perempuan biasa.

I am not an ordinary female.

Saya tidak suka bunga, saya anti berkebun, saya ogah masak, saya lebih suka (dan merasa lebih nyaman) tampil dengan celana panjang (jeans yang paling favorit), sepatu kets, ransel dan rambut pendek.


I don’t like flower, I hate gardening, I am not into cooking, I prefer (and feel comfortable) wearing pants (jeans is my favourite), sneakers, backpack and short hair.

Lalu sejak hampir empat bulan saya menjalin hubungan dengan seseorang.

And then I am seeing someone for almost four months.

Dia meminta saya memakai rok. Dia ingin melihat saya tampil lebih rapi.



He asked me to wear skirt. He wanted me to appear neatly.

Saya menurutinya karena saya mencintainya tapi Andre benar, saya tidak benar-benar bahagia karenanya dan belakangan ini saya mulai gelisah karena saya merasakan dorongan untuk kembali ke diri saya yang asli.

I did what he ask because I love him but Andre was right, it didn’t make me happy and I have been feeling restless lately because I feel the urge to get back to the real me.

Saya merasa lebih nyaman dengan penampilan sleboran saya, dengan gaya tomboy itu, saya tidak pernah peduli apakah saya terlihat cantik atau berantakan.. yang penting saya bahagia, tentram dan nyaman karena bisa menjadi diri sendiri.

I feel more comfortable in my sloppy appearance, with my tomboy style, I never care whether I look pretty or sloppy.. what’s important is I am happy, I feel at ease and comfortable because I can be myself.

“Cinta seharusnya membuat seseorang menemukan dirinya dan bukannya kehilangan dirinya” kata Andre.

“Love should make any person finds him/herself and not losing one’s self”

Saya merenungkan kata-katanya.

I thought about his words.

“Cinta sejati seharusnya membebaskan dan bukannya membelenggu” dia melanjutkan.

“True love should free you and not chained you” he went on.

Dia benar.

He is right.

“Mencintai seseorang berarti menerima dan melihatnya tidak hanya dari keindahan sampulnya. Mencintai berati menerima keseluruhan diri kamu”

“Loving somebody means accepting and viewing that person not from the beauty of the cover. Loving means accepting you wholely”

“Jangan kehilangan dirimu, Keke” Andre mengatakan itu dengan nada sungguh-sungguh “Jangan berubah menjadi orang yang bukan dirimu. Jangan sampai terjadi pada suatu hari kamu terbangun dan menyadari kamu bukan lagi dirimu”


“Don’t lose yourself, Keke” Andre really meant what he said “Don’t become somebody whom is not you. Don’t let it happen that one day you woke up and realize you were not yourself”

No comments:

Post a Comment