Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Monday, September 28, 2015

Mind Your Own Business

“Saya paling sebal kalau ketemu orang yang permintaan pertemanannya baru saya terima dan dia langsung nanya-nanya punya anak berapa, tinggalnya dimana, kerjanya dimana..”

“I just dislike it when somebody whom I just accepted his/her friend request and that person asked me questions such as how many kids do I have, where do I live, where do I work..”

Itu status seorang teman facebook saya.

That was my facebook friend’s status.

Saya kira masalahnya terletak pada pola pikir mayoritas orang Indonesia tentang keramahan. Bagaimana pun juga Indonesia di kenal dengan keramahan orang-orangnya.

I think the problem lies on most Indonesian’s mindset about hospitality. After all, Indonesia is well known for the people’s friendlieness.

Tambahan lagi orang Indonesia itu rasa kekeluargaannya sangat kuat jadi ya dikombinasikan dengan keramahan tadi membuat kalimat pembuka percakapan modelnya seperti ini “Anaknya sudah berapa? Sudah menikah? Tinggal dimana?”

Furthermore, Indonesian have strong family bond so combine it with their hospitality make most conversation opening line would be like this “How many children do you have? Are you married? Where do you live?”

Jarang ada yang berpikir bahwa orang yang ditanya belum tentu senang ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan demikian.

They rarely thinks such questions would make somebody feels annoyed.

Ini contoh dari pengalaman saya; ada seorang teman facebook yang setiap kali saya nge-like atau mengomentari statusnya, dia akan merespon dengan mengirimkan pesan ucapan terima kasih disertai dengan pertanyaan “Apa kabar? Kapan menikah?”

Here’s taken from my own experience; I have a facebook friend who, after I liked or commented his status, he responded by sent me a message to thank me but also added with these questions “How are you? When will you get married?”

Pertanyaan apa kabarnya sih masih masuk akal tapi pertanyaan yang selalu diulang ‘kapan nikah’ bikin saya lama-lama jadi heran dan kesal. Ngapain sih lu nanya-nanya? Urusan amat, emang apa hubungannya gue sudah nikah atau kagak sama elu?..

image: www.yq.co.nz

The how are you question is acceptable but the same question of ‘when will you get married’ finally made me wonder and also annoyed. Why keep asking me that question? Fuck off, it has nothing to do with you whether I am married or not.

Sekali saya pernah blak-blakan bilang ke dia kenapa selalu nanya begitu dan bahwa itu tidak ada urusannya dengan dia. Sesudahnya dia memang tidak lagi bertanya tapi kemudian terulang lagi. Jadi deh sejak itu saya tidak pernah lagi nge-like atau mengomentari status-statusnya.

I once told him bluntly why he kept asking that question and how it has nothing to do with him. He did stop asking after that but then it happened again. So, eversince then I stopped liking or commenting his statuses.

Sudah sukur saya tidak bertindak drastis dengan menendangnya keluar dari daftar teman saya dan memblokirnya tapi ya patut disayangkan bahwa gara-gara dia tidak bisa membedakan mana pertanyaan yang netral dan mana yang melanggar batas privasi orang lain, akhirnya dia saya masukkan dalam kategori teman yang saya cuekin.


It’s a good thing that I didn’t take drastic action by kicking him out of my friendlist but it’s such a shame that just because he can’t make a difference which question is neutral with ones that violating people’s privacy have made him ended up in my list of friend whom I ignore.

So, beberapa waktu lalu saya mengetahui bahwa ada orang yang di belakang punggung saya menyebarkan berita tentang hubungan saya dengan pacar saya.

Some time ago I found out that a guy has spread the news about my relationship with my boyfriend and he did this behind my back.

Hal ini betul-betul bikin saya jengkel dan tersinggung.

It really upset and offend me.

Yang bikin saya kesal dan tersinggung adalah karena dia mengambil kesimpulan tanpa mengkonfirmasi secara pribadi kepada saya atau kepada pacar saya. Dan dengan seenaknya dia menyebarkan berita itu kemana-mana.

The thing that upset and offend me is because he made a conclusion and spread this conclusion around without privately confirmed it to me or to my boyfriend.

Perlu diketahui dan tolong diingat bahwa tidak semua orang senang kalau hubungannya dijadikan headline kemana-mana. Ada orang-orang tertentu yang memilih untuk diam dan bertindak hati-hati ketika mereka baru memulai suatu hubungan.

Let it be known and please put into your consideration that not all people are please when their relationship is made as headline. Some people choose to be discreet when they just start a relationship.

Ada beberapa alasan kenapa saya memilih untuk tidak mempublikasikan hubungan saya dan pacar saya.

There are some reasons why I choose not to go public about my relationship with my boyfriend.

Pertama adalah karena orang tua saya tidak memberi dukungan ketika saya memberitahu mereka tentang pacar saya sehingga saya memutuskan untuk menyembunyikan hubungan kami. 

First is because my parents are not supportive when I told them about my boyfriend so I decided to be completely quiet about our relationship.

Kedua adalah karena proses saya putus dengan mantan pacar saya terhitung sulit. Dia menolak untuk menerima dan mengakui bahwa saya sudah minta putus dari dia.

Second is because it took quite a painful process to breakup with my former boyfriend. He refuses to accept and admit that I have asked for a breakup.

Selain itu saya tahu mantan pacar saya cemburuan dan posesif, sementara pacar saya orangnya tegas, keras dan bisa jadi emosional. Gawat kan kalau dua lelaki ini bertemu dan ribut gara-gara memperebutkan atau mempertahankan saya.

Besides, I know that my former boyfriend is somebody who gets jealous easily and a possessive too while my boyfriend is firm, tough and can get emotional. It is not good if these two men met and got into a quarrel about keeping me as a girlfriend.

Saya berharap waktu akan mendinginkan dan mendamaikan hati mantan pacar saya sehingga ketika pada akhirnya dia mengetahui tentang identitas pacar saya, dia sudah bisa menerimanya.

I was hoping time would cool and calm my former boyfriend’s heart so when he finally knows my boyfriend’s identity, he can accept it.

Ketiga adalah karena saya juga perlu waktu untuk menyelidiki isi hati saya. Sungguh-sungguhkah saya kali ini dalam menjalani suatu hubungan? Maukah saya menjalani komitmen? Seberapa besar dan dalam cinta saya untuk pacar saya? Sanggupkah saya menjadi pendampingnya seumur hidup? Maukah saya menanggung segala resiko dan konsekuensi dari pilihan saya? Bagaimana saya bisa menjadi pasangan yang dapat mengisi dan melengkapi untuk diri pacar saya dan menjadikan dia sebagai seorang yang dapat mengisi serta melengkapi diri saya sementara belum lama ini hati saya sempat ciut ketika melihat kepribadian kami demikian bertolakbelakang.

Third is because I also needed the time to search my own heart. Am I really serious about this relationship? Will I make the commitment? How big and deep is my love for my boyfriend? Will I able to be his lifetime partner? Am I willing to take all the risk and consequences of my choice? How can I be his completing partner and make him completes me while not too long ago I freaked out when I saw how contrast our personalities are.

Jadi ketika anda mengetahui atau mengendus adanya hubungan istimewa di antara orang yang anda kenal tapi mereka tidak bicara apa pun tentang hal itu, hormatilah diamnya mereka itu dan hargailah hal itu sebagai bagian dari privasi mereka.


So when you find out or sense there is some special relationship going on between the people whom you know but they say nothing about it, respect their silence and take it as part of their privacy.

Kalau mereka adalah orang-orang yang dekat dengan anda dan anda sangat gembira serta bersemangat karenanya, bicaralah secara pribadi pada mereka untuk meminta konfirmasi, untuk menyatakan kegembiraan serta dukungan anda dan juga coba cari kepastian apakah hubungan mereka boleh dipublikasikan atau mereka memilih untuk merahasiakannya.

If it involves the people who are close to you and you are so happy and excited about it, talk privately with them to get the confirmation, to let them know of your joy and support on their relationship and to make sure if it is okay with them to make it known publicly or they choose to keep it private.

Tidak selalu saya tersinggung atau kesal ketika orang melanggar privasi saya, apalagi kalau saya tahu hal itu dilakukannya tanpa sengaja, tanpa berniat untuk membuat saya jadi susah atau ketika dia menyadari perbuatannya telah menyakiti hati saya dan dia segera minta maaf.

It is not always offend or upset me when somebody violates my privacy, especially when I knew it was done unintentionally, not meant to bring any trouble for me or when the person apologized right away after he/she realized I was hurt.

Tapi karena tidak ada permintaan maaf dari orang itu, saya pun mengeraskan hati dan mengambil tindakan-tindakan yang tidak pernah saya sesali.

But since I never get any apologize from that guy, I have no remorse that I have done some things to make things even.

Nah, supaya jangan sampai hubungan kerja atau kekawanan dengan orang lain jadi tegang atau malah jadi rusak gara-gara melanggar privasi, ada hal-hal yang perlu diingat;

So to prevent work relationship or friendship become tense or ruined only because of violating one’s privacy, pay attention to these stuff;

ð  Ketok pintu sebelum masuk ke kamar seseorang dan tanya apa boleh masuk.

ð  Knock the door before you enter somebody’s room or ask if it is okay for you to enter it.

ð  Jangan sembarangan memindahkan, mengambil atau bahkan menyentuh barang yang ada di rumah atau kamar seseorang.

ð  Don’t just move, take or even touch something in somebody’s house or room.

ð  'Kapan menikah’ dan ‘Kapan punya anak’ masuk dalam teritori privasi yang peka.

ð  'When are you going to get married’ and ‘When are you going to have children’ are in sensitive area of privacy.

ð  Agama, orientasi seksual, kondisi fisik, penyakit juga harus dihormati sebagai bagian dari privasi seseorang.

ð  Keligion, sexual orientation, physical condition, illnesses have also be respected as parts of somebody’s privacy.

ð  Masa lalu atau problem seseorang.

ð  Somebody’s past or problem.

ð  Hubungan pribadi seseorang.

ð  Somebody’s personal relationship.

ð  Keluarga, perceraian, kehilangan anak atau tanggal/tahun lahir seseorang.

ð  Somebody’s family, divorce, lost of a child or birthdate.

Jangan sembarangan bertanya, berkomentar atau menasihati orang untuk hal-hal yang saya tuliskan di atas itu. Apalagi kalau kita tidak dekat dengan orang itu. Niat kita mungkin baik tapi orang lain bisa menganggap kita lancang mencampuri urusan orang.


Don’t ask questions, commenting or advising somebody on the above stuff. Especially if we are not close with that person. Perhaps well meant but it could be perceived as not knowing to mind one’s own business.

Setiap orang punya pengertian dan batasan yang berbeda mengenai privasi. Jadi lebih baik berhati-hati.

Each one of us has different understanding and limit about privacy. So it is better to be cautious about it.

No comments:

Post a Comment