“Hai Keke, apa kabar?”
“Hey Keke, how are you?”
Sapaan itu menyambut tibanya saya di rumah Andre hari Jumat
lalu.
That greeting
welcomed my arrival at Andre’s place last Friday.
Paginya Andre menaruh link film Narcopolis di wall facebook saya
dan mengajak saya untuk datang ke rumahnya untuk menonton film itu.
In the
morning Andre shared the movie Narcopolis link on my facebook wall and asked me
to come to his place to see it.
Malamnya ketika dia menjemput saya, baru dia bilang kalau
dia juga mengundang beberapa teman kami dan mereka sudah berkumpul dirumahnya.
When he
picked me up in the evening he told me that he also asked few of our friends
and they have gathered at his place.
“Kejutan” dia nyengir ketika melihat alis mata saya terangkat
tinggi “Dan itu juga tidak direncanakan. Ada yang nanya soal link film yang
saya taruh di wall facebook kamu. Jadi deh pada saling telpon dan rupanya
mereka sepakat buat ikutan nonton bareng kita”
“Surprise” he
grinned when he saw I lifted my eyebrows high “It was so unplanned too. Somebody
asked about the link of the movie that I posted on your facebook wall. So one
phone call after another and they decided to join our movie night”
Saya tertawa “Yah, lebih seru nonton rame-rame”
I laughed
“Yeah, the more the merrier”
Dan alangkah menyenangkannya bertemu dengan mereka lagi
karena kami semua tidak tinggal satu kota dan karenanya tidak bisa bertemu
setiap saat. Tapi ketika mendengar mereka menyapa saya ‘apa kabar?’, sapaan yang menyejukkan hati.
It was so
great to see them again. But when I heard them greeted me ‘how are you?’ it soothed
my heart.
Apa kabar?
How are you?
Pertanyaan sederhana.
Simple
question.
Saking sederhananya kadang jadi seperti tidak ada artinya
dan seringkali menjadi pertanyaan basa-basi.
So simple
that sometimes it holds no significant meaning and quite often becomes nothing
but a chit chat question.
Tapi justru pertanyaan itulah yang ingin saya dengar dari
orang tua saya.
Gimana kabar kamu hari ini?
How are things with you today?
Jalanan macet tadi pagi. Kalau pagi tidak ada pilihan, mau
berangkat lebih pagi atau siangan sama saja macetnya. Tapi kalau pulang lebih
enak di atas jam lima sore. Macetnya tidak terlalu parah dan udaranya lebih
sejuk.
There was
traffic jam in the morning. There’s not much of an option when it’s morning
time, it’s useless to leave early as the traffic is just the same. It is nicer
to go back home after five in the afternoon. The road is less jammed and the
weather is cooler too.
Gimana kerjaan hari ini?
How’s work today?
Akhir-akhir ini rasanya saya baru benar-benar bisa fokus
pada pekerjaan setelah jam satu siang. Kalau pagi rasanya susah banget
konsentrasi. Padahal kantor sunyi sepi jadi seharusnya bikin saya lebih bisa fokus ke kerjaan tapi yah mungkin justru karena sunyi sepi jadi
rasanya tidak semangat buat kerja. Dulu selama setahun ada Dessy yang bawel dan
lucu yang menemani saya di kantor. Entah dia menyebalkan atau menyenangkan, dia
menjadi teman saya selama setahun. Lalu bulan Mei lalu masa kerja prakteknya
berakhir dan dia kembali ke kampusnya. Saya tidak pernah mengatakan pada siapa
pun kalau saya sebetulnya merasa kehilangan dan kesepian setelah dia tidak ada
lagi di kantor saya. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan dia.
Lately I can
really focus on my work after one in the afternoon. It is hard to consentrate
in the morning. Funny to think that my office is so quiet so it should make me able to focus on my work but yeah, perhaps the
quietness has made me lost my mood to work. There was the noisy and funny Dessy
who kept me company in the office. Either she was fun or annoying, she had
become my friend for a year. May came and that was the end of her
apprenticeship in my office and she returned to her campuss. I never told
anyone I actually feel a great loss and have been feeling lonely after she
left. No one can replace her.
Apa kamu baik-baik aja?
Are things okay with you?
Saya bosan dengan segalanya. Saya seorang yang selalu ingin
bergerak tapi hidup dan karir saya seperti jalan di tempat. Saya jengkel, saya
tidak sabaran dan saya mulai lagi mempertanyakan apa saya berada di tempat yang
tepat? Dulu ketika saya bekerja sebagai guru, saya benar-benar merasakan diri
saya berguna dan saya menemukan panggilan jiwa saya serta jati diri yang saya
cari begitu lama. Sekarang saya merasa hati saya kosong dan kegelisahan yang
dulu saya rasakan sebelum saya menemukan panggilan diri saya kembali, mendesak
dan membakar di dalam diri saya.
I am bored
with everything. I am a mobile person but my life and career are stuck in one
place. I am upset, I feel impatient and I start to question myself again
whether I am in the right place? When I worked as teacher I felt I was useful
for something and I found my call along with my long sought real identity. Now
I feel emptiness in my heart and the old restlessness that I felt before I
found my call has returned, urging and burnt in me.
Apa ada hal menarik yang terjadi?
Is there anything exciting happened in your life?
Oh ya, ada! Empat bulan lalu saya jatuh cinta pada seseorang
dan demi dia, saya rela memutuskan hubungan delapan tahun saya dengan Andre. Saya
tahu itu keputusan yang benar. Saya tidak menyesalinya biar pun banyak yang
mengatakan saya gila dan saya harus berhadapan dengan ketidaksetujuan orang tua
saya. Dia seorang laki-laki yang baik dan dia membuat saya bahagia.
Oh yes, there
is! Four months ago I fell in love with somebody and for him, I broke my eight
years relationship with Andre. I knew it was the right decision. I never regret
it eventhough many said I have lost my sanity and I have to deal with my
parents disapproval. He is a good man and he makes me happy.
* * * * *
Orang tua saya tidak menanyakan hal-hal di atas. Kalau pun
saya sedang bicara kepada mereka tentang hal-hal yang terjadi di kantor atau
hal lainnya, pembicaraan saya bisa terpotong begitu saja karena tiba-tiba seorang
dari mereka ingin makan atau merasa tidak sehat atau teringat harus melakukan
sesuatu.
My parents
don’t ask those things. Even when I was telling them about the things in the
office or other things, it can be abruptly stopped when one of them wanted to
have dinner or feeling unwell or remembered to do things.
Saya pun harus menghentikan apa pun yang sedang saya
bicarakan dan tidak lagi berharap ada yang ingat untuk menyambung pembicaraan
itu.
I had to stop
whatever I was talking and not hoping any of them remember to continue the
conversation.
Ya, saya harus mengerti bahwa kepentingan saya dan kebutuhan
saya harus dikalahkan dengan kepentingan serta kebutuhan mereka.
Yes, I have
to understand that my interest and my needs have to come before theirs.
Tapi semakin lama saya semakin tidak bisa menerimanya. Saya
bekerja menanggung mereka juga. Saya banyak mengalah dan berkorban untuk
mereka. Dan ketika saya sedang bicara, saya bahkan harus mengalah dan menerima sikon
yang membuat mereka tidak bisa mendengar saya.
But I just
can’t accept it anymore. I work to support them too. I have made many
sacrifices for them. And when I was talking, I have to accept the situation and
condition that make them unable to listen to me.
Pada akhirnya saya kehilangan selera untuk bicara pada
mereka.
Eventually I
lost all my mood to talk to them.
Akhir-akhir ini saya merasa kesepian.
I have been feeling lonely lately.
Saya menjalani sebagian besar umur saya sebagai anak
tunggal. Saya terbiasa sendiri. Saya tidak takut sendiri. Saya terbiasa
melakukan apa-apa sendiri. Tapi baru sekali ini saya merasa sendiri.
I have lived
most of my life as an only child. I am used to on my own. I am not afraid to be
on my own. But I have never felt so alone.
Ketika Jumat lalu Andre mengundang saya untuk nonton film
itu dirumahnya, saya langsung mengiyakan tanpa memberitahu atau meminta ijin
pada pacar saya dan orang tua saya.
When Andre
invited me to watch the movie at his place last Friday, I took it right away
without telling it or asked for permission to my boyfriend or my parents.
Saya tidak ingin berada di rumah. Saya kesepian di rumah.
I didn’t want
to stay at home. I felt lonely at home.
Jam enam sore ketika saya berangkat untuk menemui Andre,
pacar saya mungkin saat itu baru sampai tempat kostnya atau malah mungkin masih di kantor. Saya tidak bisa menemui
pacar saya di tempat kostnya. Saya tidak bisa menginap disana kapan pun saya
mau. Kalau bisa memilih, tentu saja saya lebih suka berada dengannya.
My boyfriend
was probably just got at his place or probably was still in his office when I left to meet Andre at six in the
evening. I can’t meet my boyfriend at his rented place. I can’t stay there
anytime I want. If I could choose, I’d rather be with him.
Saya bisa saja menelpon pacar saya tapi saat itu yang saya inginkan dan yang saya butuhkan adalah tidak hanya bicara dengannya di telpon. Saya tidak kepingin berada di rumah, saya ingin berada di antara orang-orang yang responsif kepada saya. Tapi karena kondisi tidak memungkinkan untuk saya berada dengan pacar saya, jadi saya mencari alternatif lain.
I could call my boyfriend but at that time what I wanted and needed was not just talk to him on the phone. I didn't want to stay at home, I wanted to be among people who are responsive to me. But since it was not possible for me to be with my boyfriend, I had to look for other alternative.
Karena itu ketika Andre menawari saya untuk nonton film dirumahnya, tanpa pikir panjang saya langsung menerima ajakannya dan saya gembira ketika mengetahui teman-teman kami juga berada di sana. Menyenangkan untuk mendengar mereka bicara dan betapa
membahagiakannya ketika mereka mendengar saya bicara, memperhatikan apa yang
saya katakan, mengingat serta meresponinya.
That is why when Andre invited me to watch the movie at his place, I said yes right away and I was happy to know that our friends were there too. It was such a pleasure to hear them
talking and what a joy it was to me when they listened to me, paid attention to
what I said, to remember the things I said and responded.
Rasa sendiri dan kesepian itu hilang.
The feelings
being alone and that loneliness were gone.
Setelah semuanya pulang, Andre dan saya membereskan ruangan,
mencuci piring dan gelas.
Andre and I cleaned
the room and washed the dishes after everyone left.
“Vodka atau eskrim?” Andre membuka kulkas.
“Vodka or ice
cream?” Andre opened the fridge.
"Sudah malam, saya harus pulang" saya tertawa "Dan kamu harus antarkan saya pulang, jadi tidak ada vodka malam ini"
"It is late, I have to go home" I laughed "And you have to drive me home, so no vodka tonight"
Dia tertawa dan mengambil dua mangkok dari lemari serta eskrim dari kulkas.
He laughed and took two bowls from the cupboard and ice cream from the fridge.
“Mari bersulang untuk malam ini”
“Let’s make a
toast for tonight”
“Cheers” saya tersenyum.
“Cheers” I
smiled.
“So, gimana kabarnya kamu?” Andre menatap saya "Saya kangen ngobrol sama kamu.
“So, how are
things with you?” Andre stared at me "I miss talking with you.
Saya terpana menatapnya.
I stared at
him with disbelief.
“Kenapa?” dia menatap saya dengan tatapan menyelidik “Semua
baik-baik saja? Mau cerita ke saya apa pun yang ada dalam kepalamu itu?”
“What?” he
gave me an intense look “Is everything okay with you? Wanna share whatever you have in your mind with
me?”
Dan jadi kami bicara tentang berbagai macam hal.
And so we
talked about many things.
“Terima kasih” saya tersenyum sesaat sebelum kami meninggalkan rumahnya “Untuk menanyakan kabar saya dan untuk mendengarkan saya”
“Thank you” I
smiled a moment before we left his place “To ask how I was doing and to listen to
me”
“Sama-sama” dia menepuk pipi saya “Kalau kamu ingin bicara,
kamu tahu kamu bisa bicara ke saya”
“You’re
welcome” he patted my cheek “If you want to talk, you know you can come to me”
*
* * * *
Jadi, bagaimana kabarmu hari ini,
teman?
So how are you today, my friend?
No comments:
Post a Comment