Hari Minggu kemarin saya sebenarnya ada menumpuk sedikit
rasa kesal pada pacar saya karena beberapa sms dan pesan whatsapp saya tidak
dibalasnya.
Last Sunday I
have actually kept a bit of upsetness on my boyfriend because he didn’t reply
few of my text and whatsapp messages.
“Heran, apa susahnya sih kasih balasan pendek” gerutu saya
dalam hati “Kan ga ngabisin waktu sampai semenit cuma buat ngetik ‘tq, say’ atau ‘iya, say’ atau kalau itu juga masih kepanjangan, ya taruh aja
emoticon jempol atau ciuman”
“Geez, what’s
so hard to send me short reply” I grumbled quietly “It wouldn’t take a minute
to type ‘thanks, hun’ or ‘yes, hun’ or if it’s still too long,
just put emoticon sign of thumb or kiss”
Sudah empat bulan kami pacaran dan selama itu saya belajar
mengenali sifat dan kebiasaannya. Kami punya beberapa kesamaan dan segudang
perbedaan.
We have been
together for four months and during that time I learned about his character and
habit. We have few things in common and tons of differences.
Dalam hal merespon sms atau pesan-pesan yang masuk, sesibuk
apa pun saya, saya berusaha selalu membalas walaupun singkat seperti ‘Ok’ atau ‘Tq’ atau ‘sama2’
When it comes
to responding text or incoming messages, no matter how busy I am, I try to
always give respond though it’s only short ones such ‘Ok’ or ‘Thanks’ or ‘ur welcome’.
Nah, pacar saya tidak seperti itu. Sibuk atau tidak sibuk,
tidak terlalu terpikir olehnya untuk memberikan respon pendek untuk pesan-pesan
yang diterimanya.
Now, my
boyfriend doesn’t think that way. Whether he is busy or not, it doesn’t cross
his mind to give short respond to the messages he received.
Saya pernah menegurnya sekali “dibalas dong, sayang, pendek
juga tidak apa-apa. Supaya juga orang yang mengirim pesan itu tahu kalau
pesannya sudah kita terima. Lha, kalau kita diam, kan si pengirim pesan tidak
tahu apa pesannya sampai atau tidak, itu bikin dia bisa bertanya-tanya” (atau jadi uring-uringan, tambah saya dalam
hati teringat pada reaksi saya ketika pesan-pesan saya tidak diresponnya).
I once talked
to him about this “please respond it, hun, it doesn’t matter to give short one.
It is to make the message sender knows we have received his/her message. If there’s
no respond, the sender will wonder if we have received the message or haven’t
received it” (or would get upset, I quietly
added as I remembered my reaction when he didn’t respond my messages).
Tapi yah.., mungkin karena tidak terbiasa atau mungkin
saking kelewat cuekan, tetap saja dia begitu lagi.
Yeah well..,
maybe because he is not accustomed with it or perhaps he is way too easy going,
he’s doing it again.
Beda dengan saya yang mungkin karena faktor kebiasaan karena
saya lama bekerja sebagai sekretaris dan kemudian sebagai guru, memaksa saya
untuk memperhatikan pesan yang saya terima dan memberikan respon, kalau bisa
tidak terlalu lama setelah saya menerima pesan tersebut. Ya, soalnya kalau
tidak, saya diprotes orang.
It is so
different with me who have developed it into a habit probably after years of having been in the job as secretary and later
as a teacher force me to pay attention to the messages given to me and duly
respond them, right away, if it’s possible, after I received them. Or
otherwise, people would protest me.
Nah, selama enam hari (sebelum kami bertemu hari Minggu itu)
saya memendam kejengkelan karena beberapa pesan saya kok tidak direspon oleh
pacar saya.
So, for six
days (before we met on that Sunday) I kept my upsetness for not received any
respond from my boyfriend.
Akhirnya saking kesalnya, saya sempat mogok mengiriminya
pesan ucapan selamat pagi dan hari Sabtu sengaja saya cuekin permintaannya
untuk mengirimkan sms kalau saya sudah sampai di rumah.
On top of
that upsetnes,s I stopped sending him good morning message and on Saturday I
deliberately ignored him when he asked me to text him once I have got home.
Hari Minggu kami bertemu di kantor saya dan saya menyadari
cuaca hati saya tidak terlalu baik.
We met in my
office that Sunday and I knew I wasn’t in quite a good mood.
Kami berdua sibuk sampai hampir tengah hari.
We were busy
until it was almost noon.
Setelah orang-orang pulang, saya mencarinya ke halaman
kantor dimana dia memarkir motornya dan menemukan dia, dengan dibantu oleh
rekan saya, sedang memperbaiki bagian motornya yang terlepas.
After
everyone has left the office, I went looking for him at the office yard where
he parked his motorcycle and I found him, working on something on it that fell
off, with the help of my colleague.
Saya diam-diam memperhatikan mereka berdua bekerja.
I quietly
watched them working.
Dan saya teringat pada seluruh kekesalan serta berbagai
pikiran saya yang membuntuti saya selama hampir seminggu.
And I
remembered all of my upsetness along with my thoughts that have followed me for
almost a week.
Tapi sementara memperhatikannya bekerja, melihat mukanya
yang tetap riang dan mendengar nada suaranya yang ringan ketika dia bicara pada
rekan saya, bahkan sempat-sempatnya dia bergurau tentang bagian motornya yang
copot itu, semuanya membuat saya berpikir.
But as I
watched him working on his bike, seeing his cheerful face, hearing his light
tone when he spoke to my colleague, even joked about the part of his bike that
fell off, the whole thing made me thinking.
Saya membandingkan situasi yang masing-masing kami hadapi.
Saya begitu cepat uring-uringan dan memendam kekesalan cuma karena beberapa
pesan saya tidak diresponnya. Lalu saya melihat bagaimana dia menghadapi
masalah dengan motornya dan dia tetap tenang serta tidak kehilangan
keceriaannya.
I compared
our situations. I was easily annoyed and stored my upsetness just because few
of my messages were not responded by him. And then I saw how he dealt with the
problem on his motorcycle and how he remained cool and didn’t lost his
cheerfulness.
Itulah perbedaan di antara kami berdua.
That’s the
difference in both of us.
Tapi bukankah keceriaannya itu yang membuat saya tertarik
padanya? Bukankah itu juga satu dari beberapa hal yang saya kagumi dari
dirinya?
But isn’t it
because of his cheerfulness that made me attracted to him? Isn’t it one of the
things that I admire in him?
Saya terlalu mengenal diri saya. Saya tahu sekalipun saya
punya rasa humor tinggi tapi saya pemikir, saya cepat parno, gampang stress dan
cenderung bisa jadi depresi.
I know myself
all too well. I know despite my great sense of humor, I am also a thinker, I
easily get paranoid, get stressed and then fall into depression.
Karena itu entah disadari atau tidak, saya selalu mencari
orang-orang yang lebih kokoh dari saya tapi memiliki ketenangan serta keceriaan
untuk mengimbangi hal-hal dalam sifat serta kepribadian saya.
Therefore,
whether I realize it or not, I always seek for people who are stronger than me
but have calmness and cheerfulness to balance my character and personality.
Saya sudah mengagumi pacar saya sejak di hari pertama kami
bertemu beberapa tahun lalu karena saya melihat dia menghadapi sikon dan
tantangan yang jauh lebih berat dari saya tapi dia menghadapinya dengan penuh
ketenangan, keyakinan, ketegaran, keberanian, keceriaan dan optimisme.
I have
admired my boyfriend on the first day we met few years ago because he faces
tougher situation and challenges than mine but he deals it with calmness,
faith, resilience, courage, cheerfulness and optimism.
Jadi ketika kami jadian empat bulan lalu, saya tahu saya menemukan
seseorang yang saya anggap cukup kuat untuk bisa tahan menghadapi segala
keruwetan dalam diri saya, laki-laki yang tegar dan kokoh untuk menjalani
hari-hari bersama saya tapi memiliki ketenangan, keceriaan, keyakinan serta
optimisme untuk mengimbangi saya.
So when we
got together four months ago, I knew I found someone who I think strong enough
to deal with my complexity, a tough and solid man with whom I want to spend my
days but he has calmness, cheerfulness, faith along with optimism to balance
me.
Dan siang itu dia tidak menyadari bahwa sikapnya saat
menghadapi masalah telah memberikan contoh sangat baik. Buat saya ini jauh
lebih mengena dari pada seribu nasihat.
And that
afternoon he didn’t realize the way he handled his problem has set a very good
example. It gave deeper effect on me than thousands of advices.
Segala kekesalan saya padanya pun hilang.
All my
upsetness to him was just gone.
Dia memang orang yang luar biasa tapi dia juga tetap
manusia. Ada hal-hal dalam sifat dan pribadinya yang tidak sempurna. Tapi bukankah
saya juga tidak sempurna?
He is indeed a
remarkable person but he is still a human being. There are imperfectness in his
character and personality. But I am not perfect either.
Jadi manakah yang harus lebih saya perhatikan? Cinta saya
padanya, cintanya pada saya atau memperhatikan setiap ketidaksempurnaannya?
So which one
should I put my focus? My love to him, his love to me or watching his every
imperfectness?
Setelah urusan dengan motornya beres, kami berdua kembali ke
ruangan saya untuk duduk-duduk dan mengobrol. Ditengah-tengah obrolan, dia berhenti
bicara, menatap saya dan kemudian menarik saya dalam pelukannya dan menghujani
saya dengan ciuman.
After he was
done with his bike, we returned to my room to sit and talked. He stopped
talking in the middle of the conversation, he stared at me and then he pulled
me into his arm and gave me kisses.
Saya tahu bahwa saya amat sangat mencintainya dan bersyukur
karena saya sudah berhasil mengusir keruwetan pikiran saya.
I knew I love
him so very much and glad I have able to get rid all of the things that
burdened my mind.
Jadi berpikirlah sederhana saja seperti dia, kata saya dalam
hati.
So think
simple just like him, I thought to myself.
Kalau dia tidak membalas pesan-pesan saya saat itu juga,
kadang dia menelpon saya besok paginya. Kadang juga tidak. Tapi toh pesan-pesan
itu juga tidak terlalu penting karena kalau penting, saya pasti akan menelponnya.
Sederhana aja kan?
If he didn’t
answer my messages right away, sometimes he would call me the next morning.
Sometimes he didn’t call. But those were not important messages anyway, if it
was important, I would definitely call him. There, it’s simple, right?
K.I.S.S. (Keep It
Simple, Stupid; sederhanakanlah itu)
Saya tersenyum sendiri.
I smiled to
myself.
Saya balas memeluknya dan menciumnya.
I hugged him
back and kissed him.
No comments:
Post a Comment