Segimana pun nyebelin atau beratnya satu hari, tapi selalu
ada yang menunggu kamu pulang dengan muka gembira. Begitu terjemahan bebasnya.
Yang bermuka gembira ini bisa anak, pasangan, orang tua,
adik, kakak atau hewan peliharaan.
It could be your
child, spouse, parents, sibling or pet.
Buat saya, penyambut bermuka gembira itu adalah anjing saya,
Doggie.
For me, the one who greets me
once I get home everyday is my dog, Doggie.
Biar pun tidak pake jam tangan (atau jam kaki?) dia sepertinya
tahu saya biasanya sampai di rumah sekitar jam 5 sore. Karena dari jam 4.30
sampai jam 5 sore dia tidak mau di suruh masuk ke dalam rumah.
It seems know the usual time I
get home is at around 5 pm because it doesn’t want to stay in the house from
4.30 to 5 pm. It insists to stay in the front terrace, waiting for me get home.
Kalau saya sampai di rumah lebih sore dari itu, dia akan
mengeluarkan suara ‘waaaww’ dengan keras dan berkali-kali ketika dia menyambut
saya. Mungkin dia bertanya ‘kemana aja sih, Ke, kok sampe sore banget?’
When I get home later than 5 pm,
it growls loudly and repeatedly as if it asks ‘where have you been that makes
you get home this late?’
Such genuine and spontaneous
animal happiness can only be compared with that of children’s.
Orang dewasa sulit untuk bisa menunjukkan reaksi kegembiraan
yang demikian tulus dan spontan ketika melihat anggota keluarga, teman,
kerabat, rekan kerja atau atasannya datang.
Grown ups can’t show same
reaction when they see their family member, friend, relatives, colleague shows
up.
Reaksi kita menyambut seseorang yang datang sangat
dipengaruhi dengan suasana hati (mood), suasana badan (sehat, sakit), adanya
hal-hal menarik atau aktivitas yang sedang dilakukan (menonton, membaca,
bekerja dll).
That’s
because our reaction is very much influenced by our moods, physical condition
(being well or unwell), either there are things that distract our attention
(watching tv, reading, working, etc).
Suasana hati yang enak, badan yang sehat, tidak adanya
tontonan-bacaan atau pekerjaan yang menyita perhatian kita membuat kita
bereaksi positif, menunjukkan muka ceria, sikap ramah, suara dan bahasa tubuh
yang menyiratkan kegembiraan.
Good mood, being well physically,
no distraction make us react positively toward anyone who enters our door.
Tapi jangan salah juga, pribadi dari orang yang datang itu
juga bisa membuat kita bereaksi negatif sekali pun cuaca hati kita sedang baik,
badan sehat, tidak sedang sibuk atau ada hal-hal lain yang menarik perhatian
kita.
But that can’t be applied to all
people because there are certain kind of people whom we greet coldly and sometimes our dislike for their presence is clearly shown in our faces or gestures.
Ada orang-orang tertentu yang ketika mereka datang, orang
akan bereaksi datar, dingin, menjauh, bahkan menunjukkan sikap atau raut muka
tidak suka. Hehe.. amit-amit, jangan sampai ya hal demikian terjadi pada diri
saya dan anda.
I hope it will never happen to me
or to you.
Karena itu diperlukan introspeksi diri untuk bisa melihat
apakah sifat dan kepribadian diri sendiri menyenangkan atau menyebalkan. Dan
kalau pun menyenangkan, apakah itu memang benar-benar menyenangkan yang murni,
yang tulus dan asli.
Self introspection therefore is an essential
thing to do to see if our characters and personalities are that annoying to
others. And check if the pleasant or good characters and personalities are
genuine and sincere.
Nah, kembali ke judul, Orang-Orang Tercinta Di Rumah, buat
saya, penyambut setia adalah Doggie.
Now back to the topic, my greeter is
my dog. It one who puts happy face when it sees me get home.
Saya tidak berharap banyak orang tua saya akan menunjukkan
muka cerah ketika saya pulang. Bukan berarti mereka tidak suka atau tidak lega
melihat saya sudah berada kembali di rumah.
I don’t expect much from my
parents. Not that they are not happy to see me get home.
Ayah saya biasanya sudah kelelahan karena tanggung jawab
mengurus rumah menjadi bagiannya. Itu di tambah dengan mengurus ibu saya. Jadi
kalau saya sampai di rumah, yang saya temui adalah seorang ayah yang kelelahan
atau yang masih sibuk melakukan pekerjaan rumah atau yang sedang mengurusi ibu saya
atau sedang mengorok tidur sambil duduk di sofa atau kalau lagi musim
pertandingan sepak bola, sedang duduk di depan tv sampai rasanya tidak
menyadari kalau anaknya sudah pulang.
My father is usually tired
because the responsibility to take care the house has been given to him. With
addition of taking care my mother. So when I get home I met my tired father or
a busy one doing housework or caring for my mother or snoring on the sofa or
stuck in front of tv watching soccer that sometimes he doesn’t realize I have
already in the house.
Ibu saya.. yah, berjuang mengatasi berbagai kelemahan fisik
dan mental. Di hari-hari baik, ketika saya pulang, nyokap kelihatan segar
bugar, sudah mandi, sedang duduk menonton tv, bisa di ajak ngobrol dan
bercanda. Tapi di hari-hari tidak baik, yang saya temui adalah nyokap yang
belum bangun tidur, kuyu, belum mandi atau sedang duduk dengan muka yang
menyiratkan sedang menahan sakit dan panik didampingi oleh ayah saya yang sama
saja kelihatan senewen.
My mother.. well, struggling with
physical and mentally problems. In her good days, she looks fresh, has taken a
bath, sit in the livingroom, watching tv, I can have a conversation with her
and even joke her around. But in bad days, what I met at home is a sick mother,
looking tense, panic and distress of the pain, fear and worries. At time like this, my father
doesn’t look any better.
Ada hari-hari dimana saya tidak kepingin pulang ke rumah.
There are days when I just don’t
feel like going back home.
Tapi ada masa ketika saya pulang dan sama sekali tidak ada
yang menyambut saya. Itu saya alami ketika saya tinggal di tempat kost dan
kemudian di mess karyawan. Yang ada paling hanya teman-teman se-kost, induk
semang serta keluarganya atau pembantu. Dengan mereka, ya, jangan berharap
banyak akan mendapat sambutan penuh kasih sayang atau penuh perhatian.
But there were times when I got
home and no one greeted me. It was when I stayed in rented places. The ones I
met were another leaser, the landlord or his family, or the maid. Don’t expect
them to greet you with love or showing lots of interest on whether you are
around or not.
Mana yang lebih enak? Seburuk-buruknya keadaan di rumah,
tentunya jauh lebih menyenangkan ada bersama dengan keluarga sendiri. Kecuali
kalau keluarga menciptakan neraka dunia di rumah.
Which one better? Though things
are not good at home, it is still much better to be among your own family.
Unless your family creating hell at home.
Satu dari sekian banyak hal yang saya sukai dari kehadiran
Andre adalah usai jam kantor, saya bisa menemuinya menunggu saya di mobil atau
di tempat bilyard. Dan melihat mukanya menjadi cerah begitu saya muncul,
rasanya keletihan fisik dan mental yang saya bawa dari kantor bisa hilang dalam
sekejap. Dia bahkan tidak perlu mengucapkan sepatah kata pun.
One of the many things about Andre’s presence is that after work I find him waiting for me in the car or at the snooker house. Seeing his face brims brightly when he sees me make all physical and mental weariness gone in a second. He doesn’t even have to say a word.
Saya menyukai kemandirian, ketegaran dan kesendirian tapi
saya tetap mencari dan membutuhkan kebahagiaan dengan berada di antara mereka
yang mengasihi saya dan yang saya kasihi karena kasih itu mencegah hati saya
menjadi terlalu keras karena harus menghadapi kekerasan, kesulitan dan berbagai
penderitaan yang diberikan oleh kehidupan.
I like being independent, tough
and be on my own but I still seek and need the happiness from being with those
who love me and whom I love because that love prevents my heart from being
hardened after having to deal with many troubles, challenges and pain of life.
Beberapa tahun terakhir ini hal itu menjadi semakin berarti
bagi saya.
No comments:
Post a Comment