Semua orang punya impian.
We all have our own dreams.
Gantungkan impianmu setinggi
langit..
Dream
big..
Impian saya datang ketika saya berusia 17 tahun.
I was 17 when that dream came to
me.
Entah dari mana asal muasalnya, tiba-tiba saja muncul dalam
pikiran saya, suatu hari nanti saya akan mendirikan sekolah untuk mereka yang
datang dari golongan ekonomi lemah. Sekolah dengan fasilitas dan guru-guru
terbaik. Sekolah yang tidak akan mengeluarkan murid yang tidak mampu membayar
uang sekolah. Sekolah yang tidak mengharuskan calon murid untuk membayar
jeti-jeti untuk bisa masuk.
I don’t know what inspired me, it
just popped into my mind that one day I will have schools for needy children.
Good quality school, well equipped in facilities and qualified teachers. School
that will not expel children who cannot pay their school fees. School that will
not burden children with high entrance fee.
Hampir 25 tahun telah lewat tapi setitik pun belum ada yang
terwujud.
25 years have passed and there is
no one tiny sign to indicate that it will come to pass.
Dua puluh lima tahun..
Twenty
five years..
Banyak hal terjadi dalam kurun waktu 25 tahun. Pahit manis.
Naik turun. Kemajuan kemunduran. Saya telah banyak berubah. Menjadi lebih kokoh
dan lebih pahit. Menjadi lebih bijak dan lebih sinis. Menjadi lebih luwes dan
lebih skeptis.
Many things have happened in the
past 25 years. Sweet and bitter. Ups and downs. Moving forward and set backs. I
have changed. Stronger and bitter. Wiser and cynical. Flexible and skeptical.
Tapi apa pun yang telah terjadi, seperti apa pun keadaan
pribadi saya sekarang ini, satu hal tetap tidak berubah.. satu hal tetap
berdiam dalam hati saya.. impian itu menolak untuk pergi dan menolak untuk
dilepaskan.
But whatever happens, whatever
personality I may have now, one thing remain the same and it stays in my heart.
That dream refuses to go away and insist to stay.
Ketika semua orang mengatakan impian itu terlalu besar, saat
mereka mengatakan saya hanya berkhayal, bahkan pada waktu akal logika saya
menyangkalinya.. impian itu bertahan.
When people say the dream is way
too big, when they said I was delusional, even when my own logic said against
it.. that dream stays.
Pada 10 tahun terakhir ini saya akhirnya menjadikan impian
itu sebagai jangkar. Ketika segalanya terlihat begitu gelap, impian itu
bersinar. Saat saya merasa kesulitan seperti akan menenggelamkan saya, impian
itu menjaga saya untuk bisa tetap mengapung.
In the past 10 years I have even
made it an anchor. When everything looked so dark, the dream shone brightly.
When I had trouble keeping my head above the water, the dream kept me from
drowning.
Perkaranya adalah saya tidak mau mewujudkan impian itu
sendiri. Saya akan mewujudkannya dengan didampingi dan ditopang oleh orang tua
saya. Karena itu saya meyakini bahwa orang tua saya akan tetap hidup untuk
melihat semua impian saya terwujud nyata.
The thing is I don’t want to see
it come to pass without my parents at my side. They have been supporting me all
this time. I have this believe that my parents will be alive to see the dream
come into reality.
Tapi ketika melihat ibu saya mendapat serangan demi serangan
berat yang membuatnya dua kali di rawat di rumah sakit hanya berselang waktu 2
minggu saja sampai terlihat seakan umurnya sudah sampai disitu saja, … untuk
pertama kalinya dalam kurun waktu 25 tahun ini, saya bertanya-tanya apakah
impian itu hanyalah impian di siang hari bolong.
But then came the time when my
mother’s condition was so critical that she had to be hospitalized twice in
just 2 weeks apart. It looked like she would not make it,.. for the first time
in 25 years, I asked myself if the dream was just an empty dream.
Kemudian kondisi kesehatan saya mengalami gangguan selama 8
bulan dan menjadi parah pada hari Selasa, 16 April lalu.
I had my own set back for 8
months when my health deteriorated. It reached its top worst moment on Tuesday,
16th April.
Pada waktu itu runtuhlah pertahanan terakhir saya.
I lost my last faith.
Mungkin saya menipu diri sendiri, demikian pikir saya pada
waktu itu, bagaimana saya bisa mewujudkan impian itu tanpa kehadiran ibu saya?
Bagaimana saya masih berani berharap impian itu bisa terwujud ketika badan saya
sendiri didera dengan penyakit?
Maybe I fooled myself, I thought
at that time, how could I make my dream came into reality without my mother by
my side? How could I even hope it would come to pass with my own health
problem?
Ketika saya dalam segala keputusasaan dan kepedihan
memutuskan untuk melepaskan impian itu… justru pada waktu itu ibu saya menjadi
sembuh dan begitu pula saya. Aneh..
And when in my desperation and
devastation I let go that dream, strangely my mother and myself were healed.
Dan impian itu kembali mendatangi saya. Dia telah mendampingi
saya selama 25 tahun ini. Dia datang lagi bagaikan seorang sahabat lama yang
setia berjalan bersama saya selama 25 tahun ini tanpa terlihat oleh orang lain
kecuali oleh mereka yang sangat dekat dengan saya.
The dream returned. It has been
with me all this time. It returned like a long time friend who has faithfully
walked with me, invisible to many but to those closest to me.
Dia menggenggam tangan saya seperti ingin menyampaikan pesan
kepada saya untuk tidak menyerah, untuk tidak takut dan untuk tidak melepaskan
harapan.
It hold my hand like wanting to
pass me a message, don’t give up, don’t be afraid and don’t loose hope.
Saya tidak tahu bagaimana semua impian saya akan terwujud
karena ini membutuhkan dana yang besar. Dan saya mempertahankan keyakinan untuk
menyediakan sendiri dana itu. Saya tidak mau meminta-minta kesana kesini karena
saya tidak mau dikemudian hari akan ada omongan bahwa kalau bukan karena dana
dari bapak ini atau ibu itu atau yayasan ini atau organisasi itu maka impian
saya tidak akan pernah terwujud. Saya tidak mau ada pihak yang merasa dirinya
berjasa. Saya tidak mau mereka nantinya merasa dapat mendikte impian saya.
I don’t know how the dream will
come to pass because it needs lots of money. I keep the believe I will provide
the source of financing. I don’t want to go around asking for donation because
I don’t want to hear anyone says that I wouldn’t able to make my dream come
into reality without the help of that man or this woman or that foundation or
this organization. I don’t want there shall be people who think they have play
huge part in bringing my dream into reality. I don’t want them to feel
justified to control my dream.
Di dalam diri saya masih tersisa banyak ketulusan dan
kemurnian sehingga saya meyakini saya bisa mengontrol impian saya untuk tetap
berjalan sesuai dengan tujuan awalnya.
There are still many sincerity
and innocence left in me so I believe I can control my dream to stick on its
original purposes.
Tapi bila impian ini diwujudkan oleh karena bantuan dana
dari pihak-pihak luar, saya tidak yakin impian saya bisa tetap berjalan dengan
segala ketulusan dan kemurniannya. Pihak luar yang merasa telah memberikan
kontribusi bisa saja memiliki tujuan atau keinginannya sendiri dan merasa
berhak untuk menentukan, mengatur atau mengendalikan impian saya.
I am not so sure it would go that
way if there should be people who due to the feeling of having their shares and contribution on
bringing my dream into reality making them want to turn my dream go according
to their will and control.
Saya tidak mau hal itu terjadi.
I don’t want it to happen like
that.
Selama 25 tahun saya telah berupaya tapi rejeki belum
sepenuhnya terbuka. Tapi saya yakin keadaan ini akan berubah. Pasti akan ada
jalannya.
I have had my effort for 25 years
but the way to prosperity has not opened widely. I am sure present condition
and situation will change. There will be way to make this happen.
Setiap manusia memiliki impiannya. Ada yang terwujud dalam
jangka waktu singkat, ada yang harus menunggu bertahun-tahun. Ada yang terwujud
tanpa memerlukan banyak usaha, ada yang harus melalui banyak tantangan. Ada
yang menyongsong impian itu dengan banyak harapan, ada yang menjadi putus asa
oleh karena hal-hal tertentu.
Everybody
has their own dream. Some happen in short time, others have to wait years
before it really come true. Some have it with less effort while others have to
go through many challenges. Some embrace it with optimism and there are others
who left in desperation.
Jangan pernah melepaskan impianmu betapapun banyak
tantangannya, tidak perduli bahkan ketika seluruh dunia mengatakan hal itu
tidak masuk akal, ketika tahun demi tahun lewat tanpa ada setitik tanda akan
terbuka jalan untuk mewujudkan impian itu..
Never let go your dream no matter
there are many challenges, not even when the whole world say it is impossible,
never give up even when years pass by without any sign that the road is finally
open for you to bring it into reality.
Karena tantangan dan waktu yang terlewati sebetulnya adalah
masa persiapan.
No comments:
Post a Comment