Tidak biasanya saya membuat catatan di hari Minggu tapi ini sedikit perkecualian karena ingin mencatat saja secara lebih rinci tentang apa yang saya ada dalam pikiran saya pada hari Minggu tanggal 19 Juni ini.
Saya memang mempunyai dua catatan harian. Satu yang di catat di buku tulis biasa dan disimpan di rumah sementara yang lainnya ada dalam bentuk jurnal di blog ini.
Catatan harian di rumah isinya singkat-singkat saja. Hanya mencatat yang saya anggap penting / perlu di ingat. Sedangkan yang dalam blog saya rangkai menjadi seperti bentuk cerita. Jelas lebih panjang dan lebih rinci.
Nah, karena kemarin saya tiba-tiba demam sewaktu masih di dalam kelas pada sekitar jam 9.30 maka sorenya ayah saya ngotot membawa saya ke dokter. Biar pun judulnya saya sudah berumur 40 tahun tapi ayah saya tidak peduli. Saya tetap anaknya dan dalam urusan sakit sikap bokap masih tetap sama. Penyakit tidak untuk dicuekin.
Secara tidak sadar saya sering membandingkan ayah saya dengan para orang tua murid di sekolah yang beberapa diantaranya ‘tega’ membiarkan anaknya tetap masuk sekali pun dari rumah anak itu sudah menunjukkan tanda-tanda / gejala-gejala tidak sehat (sakit). Bahkan dulu ada seorang anak perempuan yang sedang pilek tapi tetap dibiarkan ikut kami berenang ke kolam renang.
Di satu sisi saya mengakui kita semua pasti ingin anak-anak bertumbuh menjadi orang-orang berfisik & bermental kuat, pantang menyerah, tabah dan tegar. Tapi ada titik-titik tertentu di mana kita harus bisa membedakan kapan kita harus menegarkan anak dan kapan kita harus peka melindungi mereka.
Saya memang belum pernah menjadi orang tua. Saya belum pernah melahirkan anak. Tapi saya melihat banyak contoh orang tua di sekitar saya.
Orang tua saya contohnya. Mereka mempunyai 3 orang anak. 2 meninggal. Yang satu saat berumur 2 bulan karena radang paru-paru (pneumonia) dan yang terakhir meninggal karena demam berdarah di usia 5 tahun. Yang tertinggal hanyalah saya, si sulung.
Anda bisa berpikir / berkata karena itulah mungkin orang tua saya menjadi paranoid dan over protective. Saya juga berpendapat demikian. Tapi di sisi lain cara itu membuat saya banyak kali terhindar dan tertolong dari bahaya karena penyakit atau karena hal-hal lain. Saya harus bersyukur karena diri saya sendiri cenderung keras dan cuekan terhadap diri sendiri.
Sewaktu saya kost dan bekerja di Jakarta serta sewaktu di Indramayu, beberapa kali saya ambruk sakit dan lagi-lagi ke-ngotot-an bonyok (bokap nyokap) terutama bokap yang berhasil menyelamatkan dan menyembuhkan saya karena kalau bergantung pada diri saya maka saya akan makan apa saja yang saya suka, kapan saya mau dan dalam jumlah yang mengikuti selera sendiri. Dengan pola makan seperti itu bagaimana badan tidak jadi kurang / tidak seimbang gizinya? Ini mempengaruhi stamina.
Saya selalu senang kalau sakit berada dekat dengan orang tua karena perhatian dan perawatan mereka selalu memberi saya rasa nyaman. Mereka tidak akan menyuruh saya tetap mandi dan keramas (apalagi pergi berenang). Tidak pula terbayang mereka akan membiarkan saya ngotot tetap masuk kerja / sekolah setelah melihat betapa sedang tidak sehatnya saya.
Keke & Ortu. Natal 2010 / Keke with mom & dad. Christmas 2010 |
Bagi saya, itulah yang membuat orang tua saya istimewa. Memang menjengkelkan merasakan betapa mereka terlalu paranoid dan melindungi saya tapi percayalah, adakalanya & bahkan seringkali hal tersebut diperlukan oleh anak mana pun.
_______________________________________________________________
I don’t usually make journal on Sunday but I make an exceptional for this Sunday (June 19th) because I want to note down on the things on my mind in detail on this journal.
I keep 2 diaries. One is on a regular book at home and the other is my journal on this blog. I usually write things more in detail on this blog. My diary at home just store important notes. Not detail.
So I’ve caught fever out of the blue yesterday at around 9.30 am just in the middle of class activities. Once I was home my parents, especially my father, insisted to take me to the doctor in the afternoon.
I sometimes compare my parents with the parents I meet in school. How different they are. There are parents in school who allowed their kids to go to school eventhough the kids have clearly shown signs / sympthoms of them being unwell (a little girl’s parents even let her went swimming with us when she was having flu!).
It is true that I & most people want the kids to grow up strong, tough, independent & resilient physically and mentally but we have to know when we have to teach them to be that way & when to protect them.
So I’ve never been a parent. I’ve never given birth to a child. But I’ve seen samples of parenting from the parents around me.
My own parents for example. They had 3 kids. 2 died as toddlers. One is out of pneumonia at the age of 2 months old and the other was 5 year old out of dengue fever. The only one live to this present time is their oldest child. Me.
You may think or say it is what makes them so paranoid and over protective to me. I agree. But sometimes those are what saved me from worst things. I must be grateful for that because I tend to go easy and tough on myself.
When I lived and worked in Jakarta, later in Indramayu, I fell sick few times because I didn’t take care myself properly. I ate when I wanted, what I wanted and in the amount that I chose myself. Now how that wouldn’t make my body ran out of essentials stuff needed to keep it healthy and strong?
More over, I like it better to be around my parents when I get sick because they won’t let me bath or shower when I clearly show signs of being unwell let alone allowing me to go swimming nor would they allow me to go to work at such condition. They provide me the shelter, care and love that I need. It plays a huge impact to recover.
No comments:
Post a Comment