Anak-anak gembira dan bersemangat sekali ketika saya menugaskan mereka untuk pergi keluar dan memetik 5 daun pada Rabu (8/6) pagi ini.
Saya memberi mereka masing-masing sebuah keranjang plastik dan gunting. Saya membiarkan mereka memilih sendiri daun mana yang mau mereka petik. Yang penting jumlahnya harus 5.
“Ini kayak lebah saja” kata mamanya Dea dan Kim.
Tertawalah saya karena baru menyadari bahwa anak-anak itu menggerombol. Bersama-sama mengerubuti serumpun tanaman yang ada di seberang sekolah. Dasar anak. Semua maunya serba bersama-sama. Jarang sekali ada yang mengambil inisiatif untuk memisahkan diri dari ‘gerombolan lebah’ itu untuk mencari daun di tempat lain.
Itu namanya ‘bersatu kita teguh’ (bercerai, kawin lagilah yaww. Hehe)
Kembali ke kelas mereka bertanya-tanya akan diapakan daun-daun itu. Saya memberi contoh dengan menempel daun ke papan tulis lalu menggambar kupu-kupu, rumah dan orang. Wah, semua langsung bersemangat ingin cepat-cepat mencoba membuat bentuk dengan daun-daun itu segera di tempel di buku gambar.
Rivandio making faces for the camera / Si badut Rivan |
Hasilnya banyak yang meniru contoh saya tapi ada juga yang membuat saya berdecak melihat kreativitas dan imajinasi mereka. Coba saja lihat, ada yang membuat matahari, putri duyung, bibir (alamak, itu bibir, neh! Saya langsung bernyanyi ‘bibirmu dower..’ dan tertawalah seisi kelas mendengarnya). Tapi saya betul-betul senang melihat bagaimana mereka berkreasi penuh kreativitas & imajinasi.
A mermaid / Putri duyung |
A house roof & sun / Atap rumah & matahari |
A girl's lip & butterflies / Bibirnya anak perempuan & kupu-kupu |
Saya hanya memberi sedikit contoh. Lalu membiarkan mereka berkreasi sebebas mungkin. Tanpa saya dikte atau kritik biarpun ada kreasi-kreasi yang sebetulnya membuat kening saya berkerut karena 2 alasan; antara bingung menebak-nebak bentuk apakah yang dibuat oleh anak ybs dg kerutan kening karena melihat gambarnya ancur kabeh. Hehe.
Tapi yang penting adalah berikan orang-orang disekitar anda kepercayaan dan lihatlah bagaimana mereka akan mengejutkan anda dengan hasil pekerjaannya yang baik dan maksimal.
Memang betul kebebasan tidak bisa diberikan secara mutlak dan ada tipe-tipe orang yang bertindak seperti kuda liar saat diberikan kebebasan tapi umumnya manusia akan memberi respon positif bila diberikan kebebasan yang disertai dengan kepercayaan dan dorongan semangat.
Saya telah merasakan bekerja untuk 2 tipe atasan. Yang bisa memberi kebebasan dan kepercayaan dengan yang selalu ingin mengendalikan segalanya.
Tipe atasan pertama membuat saya berkembang sebagai karyawan, bawahan dan pribadi. Sementara tipe atasan kedua membuat keinginan untuk berontak semakin membara dalam diri saya dan kepercayaan diri pun terasa seperti balon yang kempes.
Anda punya anak, bawahan, karyawan, pembantu? Saya tidak mengenal anda secara pribadi jadi ini bukan untuk menghakimi siapa pun. Saya hanya menceritakan apa yang saya lihat & alami mengenai kebebasan dan kepercayaan serta dukungan semangat. Saya harap anda adalah tipe atasan yang pertama dan bukan yang kedua.
Tugas berikut yang saya berikan adalah mengerjakan soal tambah-tambahan. Anehnya Dea, Michelle dan Kim yang sebetulnya sudah mengerti tentang konsep penambahan kok jadi seperti tidak bisa sampai harus saya tongkrongin.
Kelvin membuat saya senang karena dia sudah lebih bisa mengenali angka. Gitu dong, Vin!
Tapi heleh deleh, ditengah-tengah sibuknya ngajar berhitung begini kok ya ada yang datang mau mengantarkan formulir pendaftaran murid baru sekaligus mau membayar dan ambil seragam.
Tidak bisa! Sori, datang lagi deh besok. Saya menolak meninggalkan kelas untuk melayani tamu itu karena mengetahui urusannya pasti tidak bisa kelar dalam waktu 1-2 menit sementara di kelas masih ada Farrell, Sekar, Michelle, Dea, Kim dan Kelvin yang harus di pimpin saat mengerjakan soal tambah-tambahan. Lalu ada March, Kekey serta beberapa teman lainnya yang belum selesai mengerjakan kreasi daun mereka.
Saya paling tidak suka kalau sedang mengajar tiba-tiba ada tamu atau telpon. Masalahnya ini anak-anak umur TK. Sedangkan yang sudah kuliah saja bisa jadi ramai begitu ditinggal dosen apalagi anak-anak secuil ini yang nalurinya lebih banyak berkisar pada main dan bercanda hingga akhirnya jadi berkelahi.
Jadi saya menghimbau pada kalian yang membaca jurnal ini dan kebetulan memiliki anak, tolong deh, jangan minta bertemu guru tepat pada jam di mana kegiatan di kelas sedang berlangsung. Kecuali untuk hal yang amat sangat mendesak, darurat atau sekolah itu punya banyak guru atau karyawan yang bisa mengambil alih penerimaan tamu dan mengawasi kelas. Jadi kalau bisa ditunda, ya, ditunda deh datang pada jam yang lebih tepat.
Kepsek pergi karena harus mengurus beberapa hal jadi beliau tidak bisa mengambil alih kelas saya atau melayani kebutuhan tamu tsb. Tinggalah saya dan wali kelas TK B yang sama-sama sedang sibuk mengajar di kelas masing-masing. Teteh yang sedang bebas tugas tentunya tidak mungkin bisa diserahi tugas untuk menerima pembayaran uang biaya pendaftaran murid baru. Jadi ya, sori sori jek, datang lagi deh nanti atau besok.
Pulang sekolah wali kelas TK B dikerjai beberapa kali mondar-mandir karena harus mengantarkan beberapa benda yang tertinggal. Hehe. Itu resikonya jadi TKS (Tenaga Kerja Serabutan).
Resminya sih kita-kita guru tapi kadang-kadang merangkap jadi tukang ketik (saya), tukang ojek (wali kelas TK B) dan yang merata adalah jadi seksi kebersihan yang siap melantai alias ngepel kelas kalau teteh tidak masuk.
Karena kepsek tidak ada maka 15 menit sebelum pulang saya mengadakan latihan menari. Sip. Jadi besok tidak ada keharusan berlatih. Saya tetap berjaga-jaga. Sikap kepsek memang sudah membaik dan normal karena apa yang saya yakini sebagai hasil dari doa orang tua saya tapi tetap saja saya memilih untuk waspada.
Bahkan sebetulnya beberapa hari ini saya seperti pemain sandiwara. Saya bicara, mengobrol dan tertawa dengan kepsek tapi itu seperti hanya terjadi di kulit luar saya saja.
Saya hanya betul-betul merasa plong dengan anak-anak, ortu murid dan yang paling utama tentunya dengan wali kelas TK B & teteh. Dengan mereka saya merasa saya bebas menjadi diri saya sendiri tanpa harus khawatir mereka akan menyerang saya secara tiba-tiba. Jadi saya pun melebur dengan mereka. Mempercayai mereka. Menghargai mereka. Mengasihi mereka. Dengan segala ketulusan dan kemurnian yang ada dalam diri saya. Mengetahui dengan pasti bahwa mereka pun demikian terhadap saya.
Saya tidak menyukai kepura-puraan tapi yah, itulah yang terjadi. Dunia ini panggung sandiwara, bunyi salah satu syair lagu. Bagi saya kepura-puraan itu hanya berlaku untuk sikon dan orang-orang tertentu saja yang jumlahnya juga segelintir. Syukurlah. Itu artinya sebagian besar diri saya masih bisa tampil dengan bebas seperti apa adanya.
__________________________________________________________________
The kids were so excited when I gave them small plastic baskets and scissors. I told them to go out and gathered 5 leafs this Wednesday (June 8th) morning.
"They look like a bunch of little bees" said Dea's mother. Kim's mother nodded.
I laughed as I just realize how the kids would go in a group and wouldn't go on their own to gather the leafs.
What are we going to do with the leafs, they asked me as they got back in class. Oh, let's see... and I made few drawings on the whiteboard and their eyes widened in excitement.
I let them made their own creation out of their leafs. The above photos show you their creations that even surprised me. I have seen how their creativities and imagination work widely. You can see that a kid made a mermaid, another kid made the leafs into house's roof and sun, while the other kid made her leafs into a girl's lip and butterflies.
So do you see how if you give freedom, trust and support to people you will see how those things will bring the best out of them. I know this too well because I've seen it and experience it myself.
I've work for 2 types of employers. The type who gives space, trust and support that made me flourished as an employee and a person. While it gave me opposite impact when I worked for the second type of employer (boss).
If you happen to have employees, kids or maid, give them your trust, space and support and you will see how those things will bring positive impact on them.
Yes, there's of course no absolute freedom. Somethings aren't just for absolute freedom. Some type of personalities can't have it either.
The next task I gave to the kids is to do additional. Somehow Dea, Michelle and Kim couldn't do it well though they knew how to do additional so I had to sit next to them. Kelvin in the meantime has doing better in remembering numbers. Good work!
In the middle of this class acitivies came a woman who wanted to register her nephew. Oh no! Sorry, please come back tomorrow. I can't leave my class. She just came in the wrong time. B class teacher and I were each busy in our classes while headmaster wasn't in school and we surely can't let the cleaning lady to handle registration matter, right.
So I urge you not to come to your kid's school to see his or her teacher right at the time when class activities have begun. Unless for urgent matter or you know there is staff or teacher's assistant whom you can meet or can take over the control of your kid's class while the teacher is talk with you.
But this is a small school that don't have lots of teacher. It doesn't have administration staff so basically we do all the work.
I'm glad headmaster went out though. I've only feel at ease when I'm with the kids, their parents, B class teacher or the cleaning lady. With her feels like I'm in a play, pretending. I don't like it but have no choice.
No comments:
Post a Comment