Semalam saya bermimpi melihat gunung salak yang megah dan indahnya menjulang tinggi itu tiba-tiba terpapras sehingga seperempat dari puncaknya hilang. Lalu awan datang menyelubungi sampai gunung itu tidak bisa dilihat lagi.
Saya masih terkenang-kenang dengan mimpi itu bahkan setelah saya berada di sekolah Sabtu ini (4/6). Apa ya arti mimpi itu? Rasanya tidak seperti mimpi.
Saya memang beberapa kali melihat hal-hal dalam bentuk mimpi dan ada juga yang langsung melintas dalam sekian detik di depan mata saya.
Dulu sekali saya pernah bermimpi sahabat karib saya dari jaman SMA sedang berenang di sungai yang sangat kotor dan bau sampai saya heran melihatnya. Beberapa waktu kemudian saya mengetahui dari pengakuannya kalau dia terlibat dengan seks bebas dan bahkan telah melakukan aborsi.
Lalu saya juga pernah bermimpi nenek saya mengetuk pintu rumah kami dan saya yang membuka pintu itu. Begitu melihat saya, nenek saya langsung menangis dan ingin memeluk saya tapi anehnya walaupun kami berdiri berhadapan dalam jarak demikian dekat, seperti ada jurang yang sangat lebar di antara kami sehingga tidak bisa kami berpelukan. Beberapa bulan kemudian nenek saya itu meninggal.
Di saat lain saya bermimpi melihat seorang berjubah panjang yang menutupi kepalanya mendatangi dan bahkan mengejar saya. Ada kesan mengerikan sekaligus menjijikkan pada sosok itu yang membuat saya tentu saja lari tunggang langgang. Tidak sampai 24 jam kemudian, kereta api yang saya tumpangi dalam perjalanan pulang dari Jakarta menuju Bogor terhenti tidak jauh dari stasiun Manggarai karena aliran listrik terputus. Dalam keadaan gelap hampir gulita itu karena hari sudah maghrib, diluar hujan dan lampu dari rumah penduduk samar-samar saja serta sinyal yang tidak memberitahu ada kereta di depan yang membuat kereta yang datang dari belakang tidak melihat kereta yang saya tumpangi itu sehingga tabrakan tidak bisa dihindari.
Pengelihatan lain yang saya nilai unik terjadi tepat di saat saya bersalaman dengan adik sepupu saya karena saat tangan kami bersentuhan itu saya melihat gambaran seorang anak muda sedang berada di laut yang demikian ganas, hampir tenggelam dan melambaikan tangannya sambil berteriak minta tolong. Beberapa bulan kemudian saya mendengar bahwa adik sepupu saya itu terlibat narkotika. Butuh waktu mungkin lebih dari 10 tahun untuk membebaskannya dari narkoba. Sejak saya mendapat pengelihatan itu saya mulai berdoa untuk dia. Sekarang dia bekerja, menikah dan punya anak.
Jadi dengan sejarah panjang pengelihatan itu, saya bertanya-tanya apakah arti dari mimpi semalam. Rasanya karena saat ini saya sedang berkutat dengan urusan pengunduran diri dari sekolah ini masuk akal kalau pengelihatan itu mengenai sekolah ini.
Gunung Salak adalah gunung yang terlihat jelas dari kota Bogor. Bahkan puncak gunung itu bisa saya lihat dari rumah saya. Setiap pagi dia terpampang didepan mata saya saat saya berjalan menuju sekolah. Sudah 13 tahun kami tinggal di Bogor dan saya tidak pernah merasa bosan memandangi gunung yang satu ini.
Dia begitu tinggi, gagah, megah dan indah dengan puncaknya yang berbentuk kerucut itu. Jadi saat saya melihat seperempat puncak itu hilang seperti ada yang memotongnya tentu yang tertinggal adalah pemandangan yang kurang sedap dilihat.
Apakah itu melambangkan sekolah ini? Apakah tanpa saya sekolah ini menjadi seperti gunung yang kehilangan keindahannya? Entahlah. Tapi dari omongan ortu murid jelas terlihat bahwa bagi mereka saya adalah salah satu pesona / daya tarik pada TK ini. Ada pesona dan penarik yang hilang bila saya menghilang dari sini.
Ya sutralah. Setiap pengelihatan memberitahukan kepada saya tentang hal-hal yang sedang atau akan terjadi. Itu menjadi semacam pemberitahuan tidak resmi yang diberikan kepada saya.
Tapi kejutan… kejutan! Hari ini tidak ada gangguan saat saya melatih anak-anak menari sekitar 15 menit sebelum jam 9. Latihan berjalan cukup baik. Gerakannya tidak terlalu rumit dan anak-anak itu sudah lumayan hafal gerakannya.
Hanya saja Farrell dan Justin agak kesulitan untuk berlutut karena mereka memang montok-montok sih. Saya sudah ngeri saja setiap kali melihat Justin mengambil ancang-ancang untuk berjongkok. Takut dia hilang keseimbangan dan jatuh tertelungkup alias nungging ke depan. Hehe. Itu pantat dan perut adu mancung sih. Hehe.
Lha, saya saja yang tidak semontok mereka masih merasa agak-agak kerepotan saat harus turun berlutut dari posisi bergerak dalam tarian. Untung saja sendi-sendi kaki saya sudah pada waras semua. Kalau tidak bisa runyam.
Kejutan kedua adalah kira-kira jam 10 kepsek minta ditemani pergi ke BRI untuk mentransfer dari ATM.
“Ke, kamu tegang sekali sih di bonceng kepsek” kata wali kelas TK B saat kami sedang berdua saja setelah saya & kepsek kembali ke sekolah.
Kontan saya tertawa mendengar ucapan wali kelas TK B itu.
“Kelihatan banget ya?” saya terkekeh teringat kenapa saya merasa tegang. Alasan pertama adalah karena saya memang sedang tegang sejak saya memberitahu kepsek tentang pengunduran diri saya yang saya lakukan tanggal 1 Juni lalu dan kemudian menerima respon doi yang jauh dari bijaksana. Sejak itu pula ada ketegangan dalam hati saya. Rasanya seperti saya harus berjaga-jaga menghadapi apa pun yang bisa terjadi di sekolah sebagai hasil dari ulah atau perkataan kepsek. Jadi bagaimana hal ini tidak membuat saya jadi tegang?
Alasan kedua adalah karena saya harus dibonceng oleh kepsek. Soalnya terakhir kali saya di bonceng kepsek dalam perjalanan ke BRI, di tengah jalan doi nyaris kehilangan keseimbangan saat sedang membonceng saya dengan motornya yang membuat saya refleks berdiri supaya kedua kaki saya bisa menopang motor itu.
Untungnya motornya MIO yang tidak tinggi dan untung juga saya bertubuh tinggi sehingga kaki saya jadi terasa mudah menjejak ke tanah. Tapi karena terburu-buru menurunkan kaki membuat betis kiri saya menabrak ganjalan kaki di motor dan itu membuat ada garis sepanjang jari telunjuk saya yang membiru dan sedikit bengkak.
Lebam di betis itu sih tidak jadi masalah. Yang membuat saya tegang adalah bayangan duduk di atas motor yang tiba-tiba kehilangan keseimbangan tepat di tengah lalu lintas yang sedang padat. Waduh, naik motor itu kan kalau ada apa-apa penunggangnya kan langsung adu badan dengan kendaraan lain atau dengan aspal. Beda dengan mobil.
Saya ceritakan pada wali kelas TK B bagaimana sepanjang jalan pulang pergi tadi saya tidak henti-hentinya berdoa “Tuhan, lindungi kami. Sampaikan di tujuan dengan selamat”. Perjalanan yang hanya 5 menit itu terasa seperti 5 tahun bagi saya.
Wali kelas TK B tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Hehe.
Wali kelas TK B, Yohana dan Evelyn adalah orang-orang yang saya merasa aman di gonceng dengan motor. Padahal mereka bertubuh pendek yang membuat kakinya mengatung. Tapi rasanya tidak membuat saya yang duduk di belakang jadi sport jantung dan akhirnya berdoa tak henti-henti sepanjang perjalanan pulang pergi meminta Tuhan melindungi. Hehe.
Yohana, her daughter & Keke |
B class teacher, Yohana & her daughter / Wali kelas TK B, Yohana & putrinya |
Keke & Evelyn at Kidzania |
Melihat kepsek bersikap normal seperti itu membuat seperti ada balok besar yang berat terangkat dari pundak saya.
Hari ini anak-anak hanya saya beri 2 tugas karena jam 9.30 saya harus pindah ke kelas TK B untuk memberi mereka ulangan bahasa Inggris. Jadwal pelajaran bahasa Inggris di kelas itu kembali digeser dari Jumat ke hari ini.
Jadi anak-anak saya beri tugas sedikit dan yang sederhana supaya saya masih bisa mengawasi cara kerja mereka. Kalau saya tinggal sebelum mereka tuntas mengerjakannya, wah, ada yang bakal kacau kerjanya.
Karena itu kerja hari ini hanya menentukan pola buah dan angka.
Yang terakhir memasangkan benda /ataumakanan dengan pasangannya.
Sip. Gampang kan? Tapi itu juga jam 9.35 saya terpaksa harus terbirit-birit meninggalkan kelas menuju TK B sebelum Justin, Kelvin dan March selesai mengerjakan tugas terakhir.
Jadi inilah yang terjadi pada hari ini di sekolah dan didalam pikiran saya. Besok nyambung lagi ya. Mudah-mudahan catatan saya pada hari ini bisa memberi input berharga untuk siapa pun yang membacanya.
__________________________________________________________________________
Last night I dreamt that the top of Salak mountain was a quarterly looked gone as if it was cut. & then clouds covered it and I couldn’t see it anymore.
The dream still haunted me today (Sat, June 4th). It doesn’t look like a dream. It is more like a vision and I’ve long experience regarding receiving visions. Most of them came in dream but there were few which came as images that in just seconds flashed before my widely opened eyes.
The vision that came in a dream is when I dreamt I saw my bestfriend in highschool went swimming in a very dirty & smell river. Shortly after that I heard that she involved herself in freesex lifestyle and once had an abortion.
Another vision in a dream was when heard someone knocked the door of my house. When I opened it I saw my dad’s mother stood infront of it. She cried so sad once she saw me. This instinctively made me wanted to hug her but strange thing is we couldn’t touch eachother because it seemed there was a wide gap infront of us. Few months later she passed away.
The most scarry vision is when I dreamt that this man like figure in long black robe came to me, wanted to touch me but since he gave strong feeling of scarry and disgust, I ran away. Less than 24 hours after I had this weird dream the train I was riding home from Jakarta was hit by another train that didn’t see my train because it was dark, rained and power blackout. No one killed in this train collision though.
The unique vision is the one that came in images flashing before my eyes when I met my cousin. The moment our hands touched as we shook hands I saw images of a young man in the water in the middle of an ocean. He was nearly drowned and he waved his hands up screaming for help. Few months later I found out that my cousin was involved with drugs. It took him more than 10 years before he could come clean. He’s married, has kids and working. It took more than 10 years of pray, patience & faith to save him. Drugs didn’t drown him.
There are many other visions but they will make it too long to be noted here. One thing for sure is with long history of receiving visions make me wonder if last night’s dream is just another vision and since the resignation subject is still pretty much high on the agenda I think the vision is about it.
Mt. Salak is sort of an icon for the city of Bogor where my parents and I have been living for 13 years. It’s a beautiful mountain. I can see it from our house. I see it every morning when I walk to school. I’m telling you, I’ve never get tired of seeing or adoring it.
It looks so high and mighty that losing a quarter of its top really a big loss. It won’t make it looks the same as before. Some of the beauty and mightiness have gone. It wouldn’t be as beautiful as before. So I ask myself if the mountain represents this school & what it would make with resignation.
The kids’s parents feel sorry for my resignation because according to their own words it would change everything. The good image I carry all this year that made me earned what Nico’s mom said as the school’s icon would go with me when I leave this school. So gone is the enchantment in this school.
Well, whatever will be will be. Visions are like unofficial notification to me about what is happening or will happen about place, event or people.
Surprise. Surprise. I ran dance rehearsal about 15 minutes before 9 am & no interruption from headmaster. Good. I’m so glad.
Another surprise came at 10 am when headmaster asked me to accompany her to the bank to make a transfer through ATM because she never feel comfortable with ATM. The surprise came because things were back to normal between us like before June 1st when I informed her about my resignation.
“You looked so tense when you rode with her” said B class teacher when there was just the two of us after I’ve got back in school.
This made me laughed as I remembered what made me so tense.
“It was visible, wasn’t it?” I told her how I prayed for God to protect us all the way to the bank and on the way back to school. I couldn’t stop praying.
B class teacher laughed it out loud.
But it really made me so nervous to ride on headmaster’s motorcycle because few weeks earlier she lost her balance just in the middle of the traffic. I was glad her motorcycle isn’t a big or tall one so I just needed to stand up so I could help balance it with my feet. Unfortunately my left leg hit some part of it that left a long bruise.
I don’t really care about the bruise. It is the scary feeling of sitting on a motorcycle that looses its balance right in the middle of traffic that made me tense and nervous. It’s the fact that if you fell off a motorcycle it would be your body hit the vehicle or the ground. It’s different with riding in a car.
B class teacher, Yohana and Evelyn are short people but yet I don’t feel tense or nervous when they gave me a ride on their motorcycle.
But above all else it was the surprise to have a back to normal headmaster that really filled my heart with relief. I’ve spent about 3 days feeling sad, confuse, angry to face her unexpected respond to my resignation.
I just gave the kids 2 tasks today because at 9.30 am I had English class in B class as their Friday’s schedule is switched to today.
I asked the kids to follow a pattern of fruits and numbers.
After that they had to find the right match.
Simple right? Not really. At 9.35 am I had to leave my class though Justin, Kelvin and March haven’t completed their last tasks. I couldn’t wait any longer. I had to run an English test in B class.
No comments:
Post a Comment