Pernah dengar lagu dengan judul di atas itu? Saya tidak tahu siapa penyanyinya tapi yang pasti ini lagu lumayan jadul. Entah tahun berapa persisnya. Tapi kata-katanya ada yang berkesan bagi saya.
You are my sunshine
My only sunshine
You make me happy when sky is grey
You never know, dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away
Di tengah-tengah dunia yang semakin kacau dan di antara manusia-manusia yang semakin singit, saya memiliki suatu nirwana yang hampir tak tersentuh dengan semua itu.
Nirwana itu adalah saat saya sedang bersama anak-anak. Walau pun mereka tak jarang membuat pusing kepala dengan berbagai keadaan, keterbatasan dan ulah masing-masing tapi mereka memberikan kesejukan, penghiburan dan keindahan kepada saya.
Bersama mereka saya sejenak bisa melupakan kepsek yang menjengkelkan; hernia ayah saya, gangguan kesehatan ibu saya yang serangannya datang bagaikan terror; kesepian, kecemasan, ketakutan, kemarahan dan frustrasi saya; bahkan juga cuaca Bogor yang tidak karuan juntrungan.
Saya memang adalah guru mereka tapi bagaikan ikan, mereka adalah akuarium dimana saya berada. Menghirup kebebasan, kepolosan, kebahagiaan, keceriaan, kesederhanaan dan spontanitas mereka. Itulah yang membuat ‘hidup menjadi lebih hidup’.
Saya tidak butuh rokok, alkohol, dugem atau narkoba dalam bentuk apa pun untuk membuat hidup saya terasa lebih indah, lebih berarti, lebih bahagia dan lebih patut di syukuri selama saya memiliki mereka dan berada di antara mereka.
Fotoan dulu ah sebelum ke lapangan voli / Take a pic first before we go to volleyball court to have P.E. |
Anak TK B berbaris siap berangkat duluan ke lapangan voli / B class kids & their teacher marched up. We are going to volleyball court |
Mendung tidak menghalangi kami untuk berolahraga di lapangan voli hari Jumat pagi ini (27/9).
Diam-diam di belakang kami kepsek menggerutu ‘sudah tahu semalam becek kok nekad juga olah raga dilapangan’ (teteh yang mengadu kepada kami. Kesal karena tidak diijinkan ikut bersama kami dan harus membersihkan kaca-kaca jendela).
Oh, kepsek tidak tahu dan mungkin tidak akan bisa mengerti keceriaan yang kami dapatkan saat kami bisa beraktivitas di luar kelas dan di luar sekolah. Mungkin dia sudah lupa bagaimana rasanya menjadi kanak-kanak. Atau mungkin sebagai kanak-kanak, keceriaan itu dirampas dari dirinya sehingga kesannya terhadap dunia kanak-kanak disamakan dengan dunia saat dia menjadi seorang kanak-kanak.
Sekolah sudah memenjarakan anak-anak itu selama 6 hari seminggu. Membuat mereka terkurung di dalam ruangan kelas yang mungil. Terkungkung dalam halaman sekolah yang sempit. Pulang ke rumah mungkin harus menghadapi lingkungan yang tidak kurang imutnya. Nah, apa salahnya kalau hanya sekali dalam 6 hari itu kami pergi keluar ke tempat yang lapang?
Yee, kita duluan ya balik ke sekolah, kata anak TK B / Bye, we'd go back to school, said B class kids |
Balik ke sekolah / Going back to school |
Kembali ke kelas saya minta anak-anak untuk mencari kata yang di mulai dengan huruf j.
Lalu kami mengadakan sedikit percobaan menggunakan air sebaskom, kertas, jarum dan magnet.
Saya sudah pernah melakukannya dulu tapi karena saat itu hanya sesaat sebelum bel berbunyi menandakan kami harus berbaris sebelum masuk kelas maka tidak semua anak di kelas saya menyaksikan percobaan ini. Karena itu saya ulangi lagi pagi ini sebelum kami masuk ke 3 pelajaran inti.
Tugas pertama adalah mengerjakan soal-soal pengurangan. Kalau kemarin kami mengerjakan soal pengurangan dengan satu maka hari ini pengurangan dengan dua. Nah, ternyata Kim sudah bisa. Justin mulai mengerti. Tapi kok Vivien yang kemarin bisa kok hari ini hasil berhitungnya salah semua?? Waduh, bisa lolos dari perhatian saya ya?
Tugas terakhir menempel potongan rumah yang sudah saya sediakan. Ditambahi dengan gambar pohon, awan, matahari, orang. Bebas. Pilih sendirilah.
Kim |
Jantung saya nyaris berhenti berdetak sewaktu tiba-tiba kepsek masuk ke kelas saya. Wah, tapi loloslah kami semua. Beliau tidak berkomentar sekalipun pastilah melihat March dan Kim masih di dalam kelas sambil mengerjakan tugas mereka.
Leganya bukan main karena saya masih ingat betul bagaimana kemarin beliau sedang di hinggapi semangat untuk mengoreksi, mengkritik apa dan siapa saja sehingga semua rasanya tidak ada yang benar dimatanya.
Karenanya selamatlah hati dan telinga saya hari ini. Hehe. Hal yang patut amat sangat di syukuri, saudara-saudara.
________________________________________________________________
Have you ever heard that song? It’s an old song but the words stuck in my heart.
You are my sunshine
My only sunshine
You make me happy when sky is grey
You never know, dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away
In this chaotic world. Among so many troubled people. They can’t touch my paradise because it is a place when I am with the kids.
Whenever I’m in my paradise I can forget and even cope with the complicated headmaster; my father’s hernia, my mother’s terror out of her health condition; my loneliness, frustration, fear, anxieties and anger; even Bogor’s extreme weather.
I’m the kids’s teacher but like a fish, they were my aquarium where I swim & breathe their joy, innocence and spontaneity.
I don’t need cigarette, alcohol, night life or drug to make my life meaningfull, worthwhile and wonderful as long as I have them and with them.
Because my love to them as well as their love to me helps me keep my sanity when trouble and hardship hit my life. You might find this expression rather odd or mellow but it’s what I honestly feel.
Well, it was cloudy but didn’t stop us to have P.E. at the usual volleyball court this Friday morning (May 27th).
Behind our back headmaster grumbled (as the cleaning lady told us) that we were not thinking to take the kids to the court while it was cloudy and last night’s rain has left the soil wet. She just doesn’t understand the kids world, does she.
Probably she couldn’t. for 6 years school keeps the kids like a prison. Stuffed them in small classrooms. Keep them in the tiny school’s yard. Then they go home to the place which probably as tiny as their school is.
Nothing is wrong to give them space by taking them to a wider public area so they could do their activities there.
Perhaps as a child she never experienced the joy of younghood. Or perhaps she has forgotten how it felt being a child.
Back to school I started the class by allowing the kids to do a little experiment using a basin of water, sheet of paper, needle and magnet.
I’ve done it before but since not all of my kids were presence at the time I did it a moment before we started class, I intend to repeat it today.
The main activities were do substraction. Kim has understood it. Justin begun to grasp the context of substraction. But to my surprise Vivien who did well yesterday made it all incorrect. How could that passed my attention?
After that cutting and arranging the numbers.
The last is stick the house in the drawing book and add it with any drawing they like.
March and Kim were so behind that they had to stay in class though their friends have had their snack and were playing outside.
I stayed with them in the class to assist and keep their spirits up. But suddenly the door swung open and headmaster went inside. Gosh! I held my breath. She must has seen the kids inside.
Still fresh in my memory how yesterday she was so in the spirit to make correction and criticisim that made everything and everyone was not good enough in her eyes made my heart seemed stop beating. Waited intensely of what she would say.
No comments:
Post a Comment