Kira-kira dua minggu sebelum saya berangkat ke Malang, ada satu benda yang sempat bikin saya pusing tujuh keliling mencarinya.
About two weeks
before I left to Malang there was one item which really gave me a headache
looking for it.
Saya mencarinya kemana-mana tapi tidak berhasil
menemukannya.
I looked everywhere
but couldn’t find it.
Saya memeras otak mencoba mengingat dimana saya menyimpannya
tapi saya tidak bisa mengingatnya.
I pressed my memory
tring to remember where did I put it but I couldn’t remember it.
Arrrrggghhh..
Sementara itu waktu berjalan dan waktu keberangkatan saya ke
Malang pun semakin dekat.
In the meantime the
clock was ticking and my departing time for Malang was getting nearer.
Wah gimana dong? Apa saya harus berangkat ke Malang tanpa
membawa benda itu atau saya beli saja yang baru?
What’s gonna be?
Should I go to Malang without it or I just bought a new one?
Saya penasaran tapi yah, apa boleh buat. Tidak mungkin saya
pergi tanpa membawa benda itu. Jadi terpaksalah harus beli yang baru.
I was curious but
well, what option did I have? I couldn’t leave without it. It seemed I gotta
buy a new one.
*
* * * *
Empat hari sebelum berangkat, saya sedang memasukkan pakaian
ke lemari dan tiba-tiba saja ujung jari saya menyentuh sesuatu di sudut lemari.
Apa ini ya? Saya tarik benda itu dan…
Four days before the
departure date, I was putting some clothes to my closed and suddenly my finger
touched something in the corner. What’s it? I pulled it and..
Whatta!
Itu dia benda yang selama hampir dua minggu saya cari-cari!
That’s the thing I
have been looking for almost two weeks!
Lega dan senangnya seperti menemukan segenggam berlian.
The relief and
happiness could be pictured as finding a handful of diamond.
* * *
* *
Pengalaman saya itu mengingatkan saya pada perumpamaan
tentang dirham yang hilang.
My experience reminds me to a
parable of the lost coin.
“Perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika
ia kehilangan satu diantaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta
mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?”
“What woman, having ten silver
coins, if she loses one coin, does not light a lamp, sweep the house, and
search carefully until she finds it?”
“Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil
sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah
bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan”
“And when she has found it, she
calls her friends and neighbors together, saying, ‘Rejoice with me, for I have
found the piece which I lost”
(Lukas 15: 8-9)
(Luke 15: 8-9)
*
* * * *
Menjelang akhir tahun 2015, Yesus datang kepada saya.
Approaching the end of
2015, Jesus came to me.
Saya telah meninggalkanNya, mengusirNya, telah memutuskan
untuk menjadi seorang atheis.
I have left Him, I have
told Him to get lost, I have decided to become an atheist.
Sesuatu terjadi dalam hidup saya yang membuat saya menjadi
demikian tawar hati dan merasa tidak sanggup lagi untuk hidup mengikutiNya.
Something happened in my
life that turned me cold and felt I just couldn’t follow Him anymore.
Apakah Yesus menghajar saya dengan pentungan atau melempari
saya dengan batu atau memalingkan mukaNya dari saya atau menurunkan tulah dari
langit?
Did Jesus smack me with rod
or stone me or turned His face away from me or had plague from the sky?
Tidak.
No.
Yang dilakukanNya adalah Dia tidak pernah meninggalkan saya
karena Dia mengetahui bahwa pemberontakan saya hanyalah karena saya bingung,
takut, kecewa, sedih, marah.. Dia melihat isi hati saya yang sebenarnya.
What He did is He never
left me because He knew my rebelation was because I was confused, scared,
disappointed, sad and angry. He saw what was really in my heart.
Satu peristiwa ajaib terjadi di malam menjelang akhir tahun
2015 dan itu membuat saya bertobat.
A supernatural thing
happened at one night as 2015 was drawn to an end and it made me repent.
Setelah itu saya memutuskan untuk mulai membenahi hidup saya
dan menutup masa lalu.
After that I decided to
rearrange my life and closed the door to the past.
Pertobatan yang hanya diketahui segelintir kecil orang
terdekat.
The repentance only known
by a very few closest people.
Saya memilih untuk diam karena buat apa juga
digembar-gemborin. Lagi pula selama sekitar tiga bulan pertama, saya berjuang
melawan begitu banyak roh kegelapan yang rupanya tidak mau melepaskan saya
begitu saja dan juga begitu banyak hal yang harus saya benahi serta harus
dipulihkan.
I chose to keep it a hush
hush because what is the point to show it to all. Beside, I had to fight so
many evil spirits in the first three months, they obviously didn’t want to let
me go that easy and there were so many things I had to rearrange, to restore.
Orang-orang yang tidak mengetahui kalau saya sudah kembali
pada Tuhan (karena mereka tidak melihat
proses pertobatan itu, mereka tidak melihat bahwa sebetulnya saya sudah
beberapa kali menyelinap masuk ke ruang ibadah untuk mendengarkan khotbah di
kebaktian hari Minggu dan mereka tidak melihat bahwa ada lebih dari satu orang
mendatangi saya minta supaya saya mendoakan mereka), mereka mengira saya
masih terhilang.
People who don’t know that
I have returned to God (because they
don’t see that repentance process, they don’t see that I have sneaked into the
chapel to hear the Sunday service preach and they don’t see that there are more than
one person came to me asking me to pray for them), they thought I was still
lost.
Sangat menarik untuk melihat reaksi orang-orang itu ketika
mereka menghubungkan kesalahan yang saya perbuat dengan keterhilangan saya.
It is very interesting to
see how those people react when they connect my wrong doing with me being lost.
Menarik untuk melihat bagaimana mereka mengecam saya karena
mengira saya masih terhilang.
It is interesting to see
how they condemn me because they think I am still lost.
*
* * * *
Orang tua saya melewatkan waktu selama dua tahun mendoakan
saya dengan lebih intens.
My parents
spent two years praying intensely for me.
Mereka mengetahui saya sedang melalui masa kritis dan mereka
tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi saya.
They
knew I was going through critical time and they didn’t know how to handle me
anymore.
Hal itu masih ditambahkan dengan fakta bahwa selama hampir
setengah tahun saya berhubungan dengan seorang lelaki yang membuat saya semakin
menjauh dengan orang tua saya. Saat itu kalau dia meminta saya untuk menikah
dengannya dan meninggalkan orang tua saya kalau mereka tidak menyetujui
pernikahan kami, saya pasti akan melakukan apa yang dimintanya.
Adding
to it, I have had a relationship with a man for almost six months which brought
me farther from my parents. At that time if he asked me to marry him and left
my parents if they disapproved our marriage, I would definitely do what he
asked me.
Orang tua saya tidak mengetahui tentang hubungan ini dan
tidak mengetahui sampai sejauh mana hubungan itu telah berjalan tapi mereka
sudah mendapat firasat. Mereka demikian cemas dan takut. Mencemaskan keadaan
saya dan takut saya akan semakin terhilang.
My
parents didn’t know about this relationship and how far it has gone but they
got a hunch about it. They became so worry and scared. Worried about me and
feared I would go farther and farther.
Mereka tidak bisa mengurung saya karena saya bukan anak
kecil. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena takut salah bertindak karena
resikonya adalah mereka bisa kehilangan saya sepenuhnya.
They
couldn’t lock me because I am not a kid. They couldn’t do a thing for fearing
they would do something unwise that it would make them lose me forever, it was
the ever present risk.
Jadi mereka mulai mendoakan saya sepanjang waktu. Tanpa
henti sekalipun bulan demi bulan lewat tanpa ada tanda-tanda baik.
So
they started to pray for me all the time. They didn’t stop though months passed
without any good sign.
Lalu mendekati akhir tahun lalu, saya mulai merasa
terganggu dengan beberapa hal yang terjadi dalam hubungan saya dengan laki-laki
itu.
Finally
as the year was getting to its end, I started to feel uneasy about some things
in my relationship with that man.
Saya berusaha untuk mencari jalan untuk mengatasinya tapi
laki-laki itu tidak meresponinya.
I
tried to solve it but that man didn’t respond it.
Saya menunggu tapi dia tidak berbuat apa-apa sehingga
akhirnya saya mengambil keputusan; saya memutuskan hubungan kami.
I
waited but he did nothing so finally I made a decision; I broke up with him.
Saya sedih luar biasa tapi saya tahu saya telah melakukan
hal yang benar.
It
broke me so bad but I knew I have done the right thing.
Akhir tahun 2015 menandai kembalinya saya pada Tuhan, kasih
saya dengan orang tua saya dipulihkan dan hubungan saya dengan lelaki itu pun sudah saya akhiri.
The
end of 2015 marked my return to God, the love between me with my parents was
restored and I have ended my relationship with that man.
Tapi masih banyak kejutan yang menanti di tahun 2016..
But there are many surprises await me in 2016.
*
* * * *
“Keke” Andre tersenyum menatap saya yang kaget setengah mati
karena tidak menduga akan bertemu dengannya.
“Keke” Andre smiled as he
looked at me who was so surprised as I didn’t expect to meet him.
Kami bertegur sapa. Saling menanyakan kabar.
We greeted each other.
Asking the news from other’s side.
Saya merasa agak canggung.
I felt a bit ackward.
“Tunggu, jangan pergi” Andre memegang lengan saya “Keke,
please, saya ingin melihatmu”
“Wait, don’t go” Andre
held my arm “Keke, please, I want to see you”
Kami berada di rumah kawannya yang mengundang saya makan
malam tapi tidak memberitahu saya kalau diam-diam dia menghubunginya,
memintanya untuk datang juga.
We were at his friend’s
house who invited me to dinner but unknown to me has secretly called him, asked
him to come.
“Aku baca tulisan-tulisanmu di blog” dia tersenyum “Look,
aku tahu kita sudah pisah dan kamu tidak mau lagi bersama denganku tapi kalau
kamu membutuhkan seorang teman.. yah, kamu.. bisakah kita ngobrol sebagai
teman?”
“I read your blogs” he smiled
“Look, I know we are no longer together and you don’t want to be with me
anymore but if you need a friend.. well, you.. could we talk as friends?”
Saya tidak bisa bersuara karena merasa hati saya penuh
dengan rasa haru.
I couldn’t say a thing as
my heart filled with tears.
Saya memalingkan muka karena tidak mau dia melihat air mata
saya.
I turned my head away
because I didn’t want him to see my tears.
“Ada apa?” Andre meletakkan tangannya dengan hati-hati ke
pipi saya “Keke..” tangannya merasakan air mata saya.
“What is it?” Andre
carefully put his hand on my cheek “Keke..” he felt my tears.
“Saya telah membuat banyak kesalahan dalam hidup saya” aduh,
saya tidak bisa menahan air mata “Saya mengkhianati cinta kita, saya lari
tinggalin kamu.. maafkan..” saat itu rasanya kata maaf tidak cukup untuk
menghapus segala kepedihan yang saya berikan padanya.
“I have done many
mistakes in my life” gosh, I couldn’t hold my tears. “I betrayed our love, I
left you.. I’m sorry..” at that time sorry seemed wasn’t enough to wipe all the
pain I have given him.
Dia memeluk saya erat dan mencium saya.
He hug me tightly and
kissed me.
“Cuma orang bodoh yang menganggap dirinya tidak pernah
berbuat salah” katanya lembut.
“Only a fool thinks he never
done wrong” he said tenderly.
Kami melewatkan malam itu dengan berpelukan sambil bicara
panjang lebar. Syukurlah teman-teman kami punya pengertian sehingga tidak
seorang pun yang mengganggu dan dengan demikian memberikan kami privasi.
We spent the night talking
while hugging each other. Thanfully our friends showed their understanding so
that none bothered us and it gave us some privacy.
“Tuhan memaafkanmu, orang tuamu memaafkanmu dan aku juga
memaafkanmu” Andre mencium saya “Sudahlah, jangan dipikirkan lagi semua yang
ada di masa lalu. Kita mulai lagi dengan awal yang baru”
“God forgave you, your
parents forgave you and I forgive you too” he kissed me “Let go, don’t think
about the past. Let’s have a new start”
*
* * * *
Saya pernah terhilang dan kembali ditemukan.
I was once lost and found.
Memerlukan waktu penantian yang panjang, menuntut kesabaran
tanpa batas, meminta iman dan doa tanpa henti sebelum akhirnya anak yang hilang
itu kembali.
It took a long wait,
needed unlimited patience, required continuous faith and prayer before the lost
child returned.
Saya kembali dalam keadaan emosi, fisik dan mental yang
tidak stabil. Dihitung-hitung memerlukan waktu sekitar empat bulan untuk
memulihkan diri.
I returned with
unstable emotion, physical and mental. It took about four months to recover.
Kasih yang demikian besar dan murni dari Tuhan, orang tua,
Andre dan beberapa sahabat terdekat menjadi kekuatan, obat dan dorongan semangat
yang mempercepat pemulihan saya.
The tremendous and
sincere love from God, parents, Andre and few closest bestfriends have become
the strength, medicine and support to make the recovery goes faster.
No comments:
Post a Comment