Sudah lima tahun saya jadi penulis blog, kenapa kok ya baru
dua hari lalu saya tahu kalau sejak 8 tahun lalu tanggal 27 Oktober telah ditetapkan
sebagai Hari Blogger Nasional di Indonesia.
I have become blog writer for five
years, howcome it was two days ago I learned 27th October has
been set as National Blogger Day in Indonesia since 8 years ago.
Dari delapan tahun
yang lalu, coy! Duileee, kemana aje lu, Ke?
Since eight years ago,
man! Sigh, where were you all this time,
Keke?
Tapi saya rasa masih banyak penulis blog yang belum tahu
tentang Hari Nasional Blogger.
But I think there are many blog
writers who don’t know about this National Blogger Day.
Saya mencoba googling untuk mencari
info tentang sejarah penetapan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Nasional
Blogger.
Pesta Blogger 2007
Menkominfo: 27 Oktober, Hari Blogger Nasional
Sabtu, 27/10/2007 17:31 WIB
Pesta Blogger 2007 (ash/inet)
Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh tanpa basa-basi mendeklarasikan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. Momentumnya dibuat seiring Pesta Blogger 2007. Hal itu dicetuskannya saat memberikan sambutan dalam Pesta Blogger 2007 (PB2007), sebuah acara gathering blogger nasional yang diadakan di Blitz Megaplex, Jakarta, Sabtu (27/10/2007). "Hari ini saya nyatakan sebagai Hari Blogger Nasional!" tukasnya disambut tepuk tangan meriah para penulis blog. "Momentumnya sangat tepat untuk mendeklarasikan hari ini sebagai hari blogger nasional. Sebelumnya hal ini belum direncanakan sama sekali," ujarnya kepada wartawan setelah memberi sambutan. Disinggung mengenai langkah selanjutnya dari deklarasi Hari Blogger Nasional dan apakah pemerintah akan membakukan sebuah kode etik bagi blogger, Nuh mengaku hal itu belum dipertimbangkan. "Ini masih awal, belum sampai sejauh itu untuk dipikirkan. Masih yang sederhana saja," tukasnya. Cetusan untuk menjadikan Hari Blogger Nasional muncul pada acara itu secara spontan. Diawali oleh Enda Nasution, Ketua Komite PB2007, dalam sambutannya. Menurut Nuh, blogger memiliki peran dalam hal edukasi dan memberdayakan masyarakat. Ia juga berharap blogger tidak 'malu-malu' atau takut dalam menulis blog. "Kami jamin tidak akan ada pembreidelan," ujarnya dalam acara PB2007. Enda, yang ditemui sewaktu makan siang, mengatakan deklarasi tersebut memang tidak direncanakan. Untuk ke depannya, Enda pun mengaku belum ada rencana spesifik. "Paling tidak sudah ada satu tanggal yang bisa dijadikan momentum. Nanti setiap komunitas atau individu blogger bisa membuat interprestasinya sendiri untuk memperingati hari ini," ia menjelaskan. PB2007 menghadirkan blogger dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Anging Mammiri dari Makassar, Go Ranah Minang dari Sumatera Barat, Loenpia.net dari Semarang, Komunitas Blog Jogja hingga blogger yang mewakili komunitas di Poso. Komunitas non-regional seperti Blogfam, id-Gmail, Multiply Indonesia, dan Muslim Blog juga ikut meramaikan acara ini. Keterangan Foto, ki-ka: Menkominfo M. Nuh, Dirjen Aplikasi Telematika Cahyana Ahmadjayadi, dan Ketua Komite PB2007 Enda Nasution. Fotografer: ash/inet. (Wicaksono Hidayat/wsh) courtesy: inet.detik.com
I tried googling the information
about the history of appointing 27th October as National Blogger Day.
Saya pikir hebat juga sampai ada hari Hari Nasional Blogger
mengingat penulis blog (blogger) berbeda dengan penulis buku atau penulis di
media massa yang lebih eksis, lebih tenar, lebih hebat (apalagi kalau
tulisannya sering muncul di media massa terkenal atau kalau bukunya terjual
sekian ribu copy) dan bisa jadi lebih kaya.
I think it is awesome to have
National Blogger Day since blog writer (blogger) is different with book writers
or mass media writers who are more exist, more popular, exceptional (especially
if their articles are oftenly appeared in well known mass media or if their
books have sold for thousands of copies) and probably are also richer.
Adanya Hari Nasional Blogger menunjukkan bahwa Indonesia menghargai
dan mengakui keberadaan, peran dan pengaruh para penulis blog.
This National Blogger Day shows that Indonesia appreciate and recognize the existence, contribution and
influence of blog .
Hal itu merupakan kejutan tapi juga menjadi kebanggaan untuk
saya pribadi.
It really is a surprise but personally
it makes me proud.
Karena umumnya penulis blog menulis bukan untuk tujuan
komersil. Blogging menjadi penyaluran hobi.
Most blog writer writes not for
commercial purpose. Blogging is just a hobby.
Saya, misalnya, mulai senang menulis sejak usia saya tujuh atau delapan
tahun. Menulis di buku harian dengan tulisan tangan anak-anak yang masih
berantakan dan tidak berurutan pula tanggalnya.
I, for instance, started to write when I was about
seven or eight years old. I wrote in my diary with my child-messy handwriting
and I didn’t make regular entry.
Kesukaan saya menulis itu berguna dalam pelajaran bahasa
Indonesia, terutama dalam hal mengarang. Kemudian ternyata juga berguna ketika
saya harus menyusun skripsi dan laporan kerja.
My interest in writing has become
useful when I was in school, especially in Indonesian language class when the
teacher gave essay writing task. Later it was also become useful when I worked
on my thesis and when I had to write report at work.
Sayangnya ayah saya tidak setuju ketika setelah lulus SMA
saya ingin kuliah di jurusan sastra. Ayah saya menyuruh saya masuk jurusan
manajemen perbankan karena menurutnya jurusan sastra tidak memberikan banyak
pilihan untuk berkarir dan jelas masa depannya kurang baik.
Too bad my father disagreed when I
wanted to study literature after graduating from highschool. My father told me
to take banking management as according to him, literature wouldn’t give much
career option so the future would be bleak.
Hiks.. saya benci dengan angka-angka dan selama dua setengah
tahun kuliah, saya harus jungkir balik berkutat dengan angka-angka yang memaksa
saya harus belajar dua kali lipat lebih keras kalau tidak mau nilai-nilai saya
jadi jeblok. Untung saja saya punya sekelompok teman sekelas yang pintar-pintar
tapi semuanya baik serta dengan sukarela mau jadi tutor pribadi saya tanpa
bayaran, sampai akhirnya saya dan mereka bisa jadi 12 mahasiswa pertama dari
kelas kami yang lulus.
A moment of happiness with my supportive friends in college after the graduation announcement |
Itu tahun 1992.
That was in 1992.
Menulis tetap menjadi bagian dari kehidupan dan diri saya
tapi medianya hanya sebatas pada diary. Saya tidak memiliki minat dan juga
keberanian untuk mempublikasikan tulisan-tulisan saya.
Writing was still pretty much the
part of my life and myself but it was only diary. I had no interest nor
confident to publicize my writings.
Baru tahun 2010 saya menjadi penulis blog.
I became blog writer in 2010.
Ketika itu saya masih bekerja sebagai guru TK. Saya
ingin ada satu media yang memungkinkan saya untuk melaporkan pada orang tua murid saya
tentang kegiatan anak-anak mereka dalam kelas saya dan bagaimana perkembangan
mereka.
At that time I worked as
kindergarten teacher. I needed a media to enable me to show to the parents of my
students of their children’s activities in my class and about their progress.
Orang tua murid saya sebagian besar jauh lebih muda dari
saya dan itu membuat mereka rata-rata tidak gaptek.
the goofy me with few of my students' parents (2011) |
a visit to kindergarten and had an unexpected reunion with moms of my former students (Oct 2015) |
But five years ago my knowledge in
blogging was practically zero. I learned it by doing.
Jadi awalnya semua serba sederhana. Tampilan blog dan gaya
menulis saya tidak sebagus sekarang.
So in the beginning everything was
so simple. The blog appearance and my writing were not as good as they are now.
Saya tidak berhenti belajar. Itu bagian yang paling
menyenangkan dari blogging dan menulis. Tidak ada yang memberikan perintah dan
tidak ada yang mengajari. Tidak ada syarat atau batasan. Semua terserah pada si
blogger.
I never stop learning. That is the
most fun part about blogging and writing. No one gives order and no one
lectures you. No condition or limitance. Everything is left to the blogger.
Cocok dengan tipe kepribadian saya yang mencari kebebasan
untuk berekspresi.
Menulis dan mengajar adalah dua hal yang saya cintai tapi
setahun berikutnya keadaan memaksa saya untuk melepaskan satu dari antaranya.
Writing and teaching are two things
I love most but the next year something forced me to let go one of them.
Saya harus kembali kerja kantoran. Sama seperti ketika saya
dipaksa untuk mengambil jurusan kuliah yang tidak sesuai dengan minat saya,
kerja kantoran menyiksa lahir batin.
I had to go back to office work. It
happens again when I was forced to major in something that is not in my
interest, office work is a torture both physically and mentally.
Ketika saya menjadi guru, saya menjadi diri saya sendiri sepenuhnya,
seluruh jiwa saya ada didalamnya.
When I become a teacher, I become
myself completely, I have all my soul in it.
Ketika saya bekerja kantoran, saya tidak menyertakan hati
dan jiwa saya didalamnya, saya lakukan itu karena saya memerlukan uang. Mereka
mengatakan saya adalah anak berbakti pada orang tua tapi saya hanyalah pemain
sandiwara terbaik, seorang pelacur yang menjual jiwanya demi kebutuhan ekonomi.
When I become office worker, I
exclude my heart and my soul, I do that for money. They said I am loving child,
dedicate myself to my parents but I am nothing but a great actor, a whore who
sold her soul for money.
Menulis menjadi tempat dan saat dimana saya kembali
menemukan hati dan jiwa saya, ketika saya bisa menanggalkan topeng
kepura-puraan itu dan kembali menjadi diri saya seutuhnya.
Writing becomes a place and moment
when I get back my heart and soul, when I can take off the mask and become
myself.
Saya menulis hal-hal yang membuat saya bahagia, sedih,
kesal, takut, cemas, marah. Saya memuji; saya memaki. Saya memberikan
inspirasi; saya membuat orang prihatin.
I write about the things that make
me happy, sad, upset, afraid, worry, angry. I make complimentary; I curse. I
inspire; I make people concern.
Karena melalui tulisan-tulisan saya di blog ini, saya
mengajak orang untuk masuk ke dalam pikiran saya, memahami jiwa saya dan
melihat dunia saya melalui mata saya.
Because through my writings in this
blog, I take people into the deepest mind of mine, to understand my soul and to see the world through my eyes.
Tulisan-tulisan ini memiliki napas karena saya menuliskannya
dengan seluruh hati dan jiwa saya.
These writings have their breath
because I write them with all my heart and my soul.
Menulis membuat saya merasa kembali hidup.
Writing makes me feel alive again.
Tekanan hidup dan manusia-manusianya ingin mengambil kehidupan itu dari saya tapi menulis mengembalikannya pada saya.
The pressure in life and people try to take life from me but writing has brought it back to me.
I love
blogging. I love writing. I love to feel alive.
Happy National Day to all blog writer